Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

ALQUR'AN ONLINE

Rabu, 16 Juni 2010

- Kedatangan Bulan Rojab

Dalam setahun penuh, hari-hari yang kita lalui, seluruhnya adalah laksana sebatang pohon. Ketika datang bulan Rajab, tibalah hari-hari untuk menyirami. Ketika datang bulan Sya'ban, tibalah hari-hari putik berganti buah. Dan ketika datang bulan Ramadlan, tibalah hari-hari untuk memetik hasilnya.
Setiap kali Baginda Nabi saw. memasuki bulan Rajab, beliau berdoa,
اللَّهمّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
"Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikan kami pada bulan Ramadlan!" (HR. Ibnu Ahmad, Baihaqi, dan Ibnu Majah)
Doa Nabi saw. di atas menegaskan adanya harapan kuat agar kita diberkahi, ditambahkan kebaikan, di bulan Rajab dan Sya'ban, karena pada dasarnya kedua bulan tersebut adalah bulan penuh kebaikan, kemudian kita memohon untuk lebih ditambahkan lagi kebaikan yang ada. Bahkan Nabi saw. mengajari kita untuk memiliki tekad kuat, berharap selalu, agar tambahan kebaikan itu tidak hanya di hari-hari Rajab dan Sya'ban, namun terus dirasakan hingga pada hari-hari yang lain, pada bulan Ramadlan. Ini terlihat dari doa beliau, "dan sampaikan kami pada bulan Ramadlan!"
Bukankah Rajab adalah syahrullâh, bulan yang dinisbatkan kepada Allah Swt. Karena Rajab adalah bagian dari asyhur al-hurum sebagaimana Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, dan Muharam, bulan-bulan yang dimuliakan Allah.
Jika Rajab dinisbatkan kepada Allah Swt., maka Sya'ban disebut Nabi saw. sebagai bulan yang dinisbatkan kepadanya. Sedangkan Ramadlan, bulan yang mulia dan penuh berkah ini, dinisbatkan kepada umatnya. Suatu kebanggaan tersendiri bagi kita sebagai umat Muhammad saw.
Menurut Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani bulan Rajab adalah lambang dari suatu makna yang memiliki rahasia tafsirannya tersendiri. Kata "Rajab" yang bila ditulis dalam bahasa Arab (رجب) ini terdiri dari tiga huruf, masing-masing memiliki makna yang dalam dan agung. Râ adalah rahmatullâh, kasih sayang Allah. Jîm adalah jûdullâh, kemurahan Allah. Dan Bâ adalah birrullâh, kebaikan Allah atau keramahan-Nya. Maka dari awal hingga akhir bulan penuh berkah ini, Allah menganugerahi para hamba-Nya tiga karunia. Pertama rahmat tanpa azab. Kedua kemurahan tanpa kebakhilan. Ketiga kebaikan atau keramahan tanpa kekasaran.
Jika Rajab adalah kesempatan untuk meninggalkan kekasaran dan keburukan tabiat kita, maka Sya'ban adalah kesempatan untuk meningkatkan amal dan membuktikan kesetiaan diri sebagai hamba. Sebagaimana Ramadlan adalah kesempatan untuk bersungguh hati dan menjernihkan diri dari keruh kehidupan yang ada.
Jika Rajab adalan bulan untuk bertaubat, maka Sya'ban adalah bulan untuk memperoleh kasih sayang, dan Ramadlan adalah bulan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Rajab adalah bulan penghormatan, Sya'ban adalah bulan pengabdian, dan Ramadlan adalah bulan keni'matan.
Rajab adalah bulan untuk beribadah, Sya'ban adalah bulan untuk meninggalkan kesenangan dunia, dan Ramadlan adalah bulan untuk memperoleh kebaikan yang penuh berkah.
Pada bulan Rajab, dilipatgandakanlah setiap kebaikan; pada bulan Sya'ban, dileburlah seluruh keburukan; dan pada bulan Ramadlan, kita menanti turunnya segala kemuliaan.
Rajab adalah syahr al-sâbiqîn, bulan peluang bagi mereka yang berusaha lebih dahulu meraih kebaikan. Sya'ban adalah syahr al-muqtashidîn, bulan peluang bagi mereka yang pertengahan. Dan Ramadlan adalah syahr al-'âshîn, bulan peluang bagi mereka yang berlumur dosa dan alpa, untuk segera memperbaiki diri, hingga lebih baik dari sebelumnya.
Maka, kini kita sedang berada di hari-hari Rajab yang cerah, secerah peluang untuk menanti nafahât, mengharap jawâiz, meminta 'athâyâ, dan merindukan mawâhib. Menanti hembusan rahmat, mengharap hadiah, meminta anugerah, dan merindukan karunia dari Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, lagi Maha Pemberi segala harapan hamba-Nya.
Kita sedang berada di musim istighfar, musim saatnya memperbanyak permintaan ampun. Kita berada di musim shalat, musim saatnya menambah kualitas, kuantitas ruku' dan sujud, demi membuktikan diri sebagai seorang hamba sejati. Dan kita juga berada di musim shiyâm, musim saatnya memperbanyak puasa sunnah.
Inilah Rajab, musim saatnya menanam benih-benih kebaikan. Kemudian disiram, dipupuk, dan dirawat hingga Sya'ban menjelang. Karena ketika Ramadlan datang, tibalah saatnya untuk menuai setiap amal yang ditanam.

Senin, 14 Juni 2010

- Model Pembelajaran Tematik

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK
KELAS AWAL SD














SD/MI/SDLB
















DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NASIONAL
PUSAT KURIKULUM



KATA PENGANTAR

Pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi pengelolaan pendidikan dengan diberikannya wewenang kepada satuan pendidikan untuk menyusun kurikulumnya mengacu pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional dan pasal 35, mengenai standar nasional pendidikan.
Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kondisi daerah perlu segera dilaksanakan. Bentuk nyata dari desentralisasi pengelolaan pendidikan ini adalah diberikannya kewenangan kepada satuan pendidikan untuk mengambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan pendidikan, seperti dalam pengelolaan kurikulum, baik dalam penyusunannya maupun pelaksanaannya di satuan pendidikan.
Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengacu pada standar nasional pendidikan: standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Salah satu tugas Pusat Kurikulum adalah mengembangkan model-model kurikulum berdiversifikasi sebagai bahan pertimbangan bagi BSNP untuk dapat menetapkan model-model kurikulum. Model-model tersebut adalah sebagai berikut ini.
1. Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran.
2. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar.
3. Model Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal.
4. Model Pengembangan Diri.
5. Model Pembelajaran Terpadu IPA SMP.
6. Model Pembelajaran Terpadu IPS SMP.
7. Model Integrasi Pendidikan Kecakapan Hidup SMP dan SMA.
8. Model Penilaian Kelas.
9. Model KTSP SD
10. Model KTSP SMP
11. Model KTSP SMA
12. Model KTSP SMK
13. Model KTSP Pendidikan Khusus
Model-model ini bersama sumber-sumber lain dimaksudkan sebagai pedoman sekolah/madrasah dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, sehingga pengembangan kurikulum pada satuan pendidikan dapat memberi kesempatan peserta didik untuk : (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Salah satu model diatas adalah Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar. Model ini memberi contoh bagi guru di kelas awal SD untuk menyusun program kegiatan dan pelaksanaan kegiatan serta penilaiannya.
Pusat Kurikulum menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada banyak pakar yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi, Direktorat di lingkungan Depdiknas, kepala sekolah, pengawas, guru, dan praktisi pendidikan, serta Depag. Berkat bantuan dan kerja sama yang baik dari mereka, contoh-contoh KTSP dan model-model ini dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat.



Kepala Pusat Kurikulum
Badan Penelitian dan Pengembangan
Depdiknas,



Diah Harianti







DAFTAR ISI


Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN …………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Pembelajaran Tematik ………………………….. 2
B. Tujuan ……………………………………………………………. 2
C. Ruang Lingkup …………………………………………………….2
BAB II : KERANGKA BERPIKIR…………………………………………….3
A. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Kelas Awal SD………….3
B. Cara Anak Belajar……………………………………………….…3
C. Belajar dan Pembelajaran Bermakna………………………………4
D. Pengertian Pembelajaran Tematik…………………………………4
E. Landasan Pembelajaran Tematik…………………………………..5
F. Arti penting Pembelajaran Tematik………………………………..6
G. Karakteristik Pembelajaran tematik…………………………….….6
H. Rambu-Rambu………………………………………………….….7
BAB III : IMPLIKASI PEMBELAJARAN TEMATIK…..…………………..8
A. Implikasi bagi Guru……………………………………………….8
B. Implikasi Bagi Siswa…………………………………………...…8
C. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media...8
D. Implikasi terhadap pengaturan ruangan …………………………..8
E. Implikasi terhadap pemilihan metode …………………………….9
BAB IV : TAHAP PERSIAPAN PELAKSANAAN …………………………10
A. Pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator dalam tema.............................……………………………………10
B. Menetapkan Jeringan Tema …………………………………......11
C. Penyusunan Silabus ……………………………………...……...11
D. Penyususnan Rencana Pembelajaran ……………………………11
BAB V : TAHAP PELAKSANAAN ………………………………………...12
A. Tahapan Kegiatan………………………………………………..12
B. Pengaturan Jadwal Pelajaran …………………………………....13
BAB VI : PENILAIAN ……………………………………...………………...14
A. Pengertian …………………..……………………………………14
B. Tujuan……………………………………..……………………..14
C. Prinsip …………………………………………………………...14
D. Alat Penilaian ……………………………...………………….....14
E. Aspek Penilaian ………………………………...………………..15
PENUTUP …………………………………………………………………………...…15

LAMPIRAN
1 Contoh Pemetaan Standar Kompetensi Dengan Tema ……….………………………17
2. Contoh Jaringan Tema ………………………………………..………………………27
3. Contoh Silabus ………………………………………………………………………..31
4. Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……………………………...………….34



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Pembelajaran Tematik

Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung.

Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I – III untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistic), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.

Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang terpisah, muncul permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah. Angka mengulang kelas dan angka putus sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain. Data tahun 1999/2000 memperlihatkan bahwa angka mengulang kelas satu sebesar 11,6% sementara pada kelas dua 7,51%, kelas tiga 6,13%, kelas empat 4,64%, kelas lima 3,1%, dan kelas enam 0,37%. Pada tahun yang sama angka putus sekolah kelas satu sebesar 4,22%, masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas dua 0,83%, kelas tiga 2,27%, kelas empat 2,71%, kelas lima 3,79%, dan kelas enam 1,78%.

Angka nasional tersebut semakin memprihatinkan jika dilihat dari data di masing-masing propinsi terutama yang hanya memiliki sedikit taman Kanak-kanak. Hal itu terjadi terutama di daerah terpencil. Pada saat ini hanya sedikit peserta didik kelas satu sekolah dasar yang mengikuti pendidikan prasekolah sebelumnya. Tahun 1999/2000 tercatat hanya 12,61% atau 1.583.467 peserta didik usia 4-6 tahun yang masuk Taman Kanak-kanak, dan kurang dari 5 % Peserta didik berada pada pendidikan prasekolah lain.

Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta didik kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang telah masuk Taman Kanak-Kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan Taman Kanak-Kanak. Selain itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas satu dan dua sekolah dasar dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan peserta didik yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang kelas atau bahkan putus sekolah.

Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar yakni kelas satu, dua, dan tiga lebih sesuai jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik. Untuk memberikan gambaran tentang pembelajaran tematik yang dapat menjadi acuan dan contoh konkret, disiapkan model pelaksanaan pembelajaran tematik untuk SD/MI kelas I hingga kelas III.


B. Tujuan

Tujuan penyusunan dokumen model pengembangan silabus tematik pada kelas awal Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran tematik.
2. Memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematik yang sesuai dengan perkembangan peserta didik kelas awal Sekolah Dasar.
3. Memberikan keterampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan, melaksanakan dan melakukan penilaian dalam pembelajaran tematik.
4. Memberikan wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi pihak terkait, sehingga diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan pembelajaran tematik

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran pada kelas I - III Sekolah Dasar, yaitu: Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani,Olahraga dan Kesehatan.


BAB II
KERANGKA BERPIKIR


A. Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD

Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.

Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. Selain itu, perkembangan sosial anak yang berada pada usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri.

Perkembangan emosi anak usia 6-8 tahun antara lain anak telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar tentang benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.

B. Cara Anak Belajar

Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.

Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: (1) Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir secara operasional, (3) Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5) Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.

Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:

1. Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.

2. Integratif
Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.

3. Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi .

C. Belajar dan Pembelajaran Bermakna

Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya.

Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan.

Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan.

D. Pengertian Pembelajaran Tematik

Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awl SD sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:
1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,
2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;
3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
5) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;
6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain;
7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.


E. Landasan Pembelajaran Tematik

Landasan Pembelajaran tematik mencakup:

Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.

Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.

Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).

F. Arti Penting Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik).

Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu: 1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, 2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, 3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah. 4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat,

G. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
2. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

H. RAMBU-RAMBU

1. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan
2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester pada kelas yang sama
3. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan, namun dapat dibelajarkan melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.
4. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral
5. Setiap kegiatan pembelajaran hendaknya selalu mempergunakan alat peraga yang sesuai dengan tujuan
6. Judul maupun jumlah tema yang dipilih atau yang ditentukan oleh masing-masing sekolah, disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat
7. Agar pelaksanaan dapat optimal, jumlah peserta didik disesuaikan dengan jumlah guru di kelas



BAB III
IMPLIKASI PEMBELAJARAN TEMATIK


Dalam implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar mempunyai berbagai implikasi yang mencakup:

A. Implikasi bagi guru

Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh.


B. Implikasi bagi siswa

1. Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal.
2. Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah

C. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media

1. Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar.
2. Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya didisain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization).
3. Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak.
4. Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi


D. Implikasi terhadap Pengaturan ruangan

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan pengaturan ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan ruang tersebut meliputi:
• Ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan.
• Susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung
• Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet
• Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas
• Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar
• Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya kembali.


E. Implikasi terhadap Pemilihan metode

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik, maka dalam pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode. Misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, bercakap-cakap.



BAB IV
TAHAP PERSIAPAN PELAKSANAAN


Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.

A. Pemetaan Kompetensi Dasar
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah:


1. Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator
Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator. Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
• Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik
• Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
• Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan/atau dapat diamati


2. Menentukan tema
a. cara penentuan tema
Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni:

Cara pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.

Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

b. Prinsip Penentuan tema
Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:
• Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa:
• Dari yang termudah menuju yang sulit
• Dari yang sederhana menuju yang kompleks
• Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.
• Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa
• Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya


3. Identifikasi dan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi dasar dan Indikator
Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan indikator yang cocok untuk setiap tema sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator terbagi habis.


B. Menetapkan Jaringan Tema
Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.


C. Penyusunan Silabus
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, alat/sumber, dan penilaian.



D. Penyusunan Rencana Pembelajaran

Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:
1. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).

2. Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.


3. Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.

4. Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup).


5. Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.

6. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian).



BAB V
TAHAP PELAKSANAAN


1. Tahapan kegiatan
Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap hari dilakukan dengan menggunakan tiga tahapan kegiatan yaitu kegiatan pembukaan/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Alokasi waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan pembukaan kurang lebih satu jam pelajaran (1 x 35 menit), kegiatan inti 3 jam pelajaran (3 x 35 menit) dan kegiatan penutup satu jam pelajaran (1 x 35 menit)

a. Kegiatan Pendahuluan/awal/pembukaan
Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran untuk mendorong siswa menfokuskan dirinya agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

Sifat dari kegiatan pembukaan adalah kegiatan untuk pemanasan. Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian terhadap pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan menyanyi

b. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis dan hitung. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi/metode yang bervariasi dan dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan.

c. Kegiatan Penutup/Akhir dan Tindak Lanjut
Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Beberapa contoh kegiatan akhir/penutup yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan/mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng, membacakan cerita dari buku, pantomim, pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik.


Contoh jadwal pelaksanaan pembelajaran perhari dapat dijabarkan menjadi:

Contoh 1:

Kegiatan Jenis kegiatan
Kegiatan pembukaan Anak berkumpul bernyanyi sambil menari mengikluti irama musik

Kegiatan inti • Kegiatan untuk pengembangan membaca
• Kegiatan untuk pengembangan menulis
• Kegitan untuk pengembangan berhitung•
Kegiatan penutup Mendongeng atau membaca cerita dari buku cerita











Contoh 2:
Kegiatan Jenis kegiatan
Kegiatan pembukaan Waktu berkumpul (anak m,enceritakan pengalkaman, menyanyi, melakukan kegiatan fisik sesuai dengan tema)

Kegiatan inti • Pengembnagan kemmapuan menulis (kegiatan kelompok besar)
• Pengembnagan kemampuan berhitung kegiatan kelompok kecil atau berpasangan)
• Melakukan pengamatan sesuai dengan tema, misalnya mengamati jenis kendaraan yang lewat pada tema transporasi, menggambar hewan hasil pengamatan

Kegoiatan penutup • Mendongeng
• Pesan-pesan moral
• Musik/menyanyi

2. Pengaturan Jadwal pelajaran
Untuk memudahkan administrasi sekolah terutama dalam penjadwalan. Guru bersama dengan guru mata pelajaran pendidikan agama, guru pendidikan Jasmani dan guru muatan lokal perlu bersama-sama menyusun Jadwal pelajaran. Contoh jadwal yang dapat dikembangkan adalah:


Waktu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
7-7.35 Matematika
B. Indo Mat BI Penjaskes IPA
7.35-8.10 Matematika
B. Indo Mat BI penjaskes IPA
8.10-8.45 Matematika
B. Indo Mat KTK P. Agama mulok
8.45-9.00
Istirahat

9.00-9.35 B. Ind Mat
IPS KTK P. Agama mulok
9.35-10.10 B. Ind Mat
IPS KTK


BAB VI
PENILAIAN


A. Pengertian

Penilaian dalam pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar.

B. Tujuan

Tujuan Penilaian pembelajaran tematik adalah:
1. Mengetahui percapaian indikator yang telah ditetapkan
2. Memperoleh umpan balik bagi guru, untuk pengetahui hambatan yang terjadi dalam pembelajaran maupun efektivitas pembelajaran
3. Memperoleh gambaran yang jelas tentang perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa
4. Sebagai acuan dalam menentukan rencana tindak lanjut (remedial, pengayaan, dan pemantapan).

C. Prinsip

1. Penilaian di kelas I dan II mengikuti aturan penilaian mata-mata pelajaran lain di sekolah dasar. Mengingat bahwa siswa kelas I SD belum semuanya lancar membaca dan menulis, maka cara penilaian di kelas I tidak ditekankan pada penilaian secara tertulis.
2. Kemampuan membaca, menulis dan berhitung merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik kelas I dan II. Oleh karena itu, penguasaan terhadap ke tiga kemampuan tersebut adalah prasyarat untuk kenaikan kelas.
3. Penilaian dilakukan dengan mengacu pada indikator dari masing-masing Kompetensi Dasar dan Hasil Belajar dari mata-mata pelajaran.
4. Penilaian dilakukan secara terus menerus dan selama proses belajar mengajar berlangsung, misalnya sewaktu siswa bercerita pada kegiatan awal, membaca pada kegiatan inti dan menyanyi pada kegiatan akhir.
5. Hasil karya/kerja siswa dapat digunakan sebagai bahan masukan guru dalam mengambil keputusan siswa misalnya: Penggunaan tanda baca, ejaan kata, maupun angka.


D. Alat Penilaian

Alat penilaian dapat berupa Tes dan Non Tes. Tes mencakup: tertulis, lisan, atau perbuatan, catatan harian perkembangan siswa, dan porto folio. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas awal penilaian yang lebih banyak digunakan adalah melalui pemberian tugas dan portofolio. Guru menilai anak melalui pengamatan yang lalu dicatat pada sebuiah buku bantu. Sedangkan Tes tertulis digunakan untuk menilai kemampuan menulis siswa, khususnya untuk mengetahui tentang penggunaan tanda baca, Jean, kata atau angka

Berikut adalah contoh penilaian yang dapat dilakukan guru:

A. Kewarganegaraan dan
Pengetahuan Sosial : Tes Lisan
• Menyebutkan peristiwa/kegiatan yang dialami
• Mengemukakan peristiwa/kegiatan yang berkesan
• Mengekspresikan perasaan waktu memberi kesan.

B. Bahasa Indonesia : Perbuatan
• Kelancaran membaca
• Melafalkan kata
• Melagukan/intonasi
• Cara bertanya jawab
Tugas
• Melengkapi kalimat

C. Ilmu Pengetahuan Alam : Perbuatan
• Mendemonstrasikan cara menggosok gigi
: Lisan
• Menyebutkan cara memelihara gigi
• Menjelaskan manfaat menggosok gigi



E. Aspek Penilaian

Pada pembelajaran tematik penilaian dilakukan untuk mengkaji ketercapaian Kompetensi Dasar dan Indikator pada tiap-tiap mata pelajaran yang terdapat pada tema tersebut. Dengan demikian penilaian dalam hal ini tidak lagi terpadu melalui tema, melainkan sudah terpisah-pisah sesuai dengan Kompetensi Dasar, Hasil Belajar dan Indikator mata pelajaran.

Nilai akhir pada laporan (raport) dikembalikan pada kompetensi mata pelajaran yang terdapat pada kelas satu dan dua Sekolah Dasar, yaitu: Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatan.


PENUTUP
Pedoman ini merupakan acuan minimal, sehingga sekolah dan guru dapat mengembangan sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing.



LAMPIRAN-LAMPIRAN:

1. CONTOH PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI DENGAN TEMA
2. CONTOH JARINGAN TEMA
3. CONTOH SILABUS
4. CONTOH RENCANA PEMBELAJARAN





PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR DENGAN TEMA
KELAS I

Mata pelajaran Standar Kompetensi (*)
Kompetensi Dasar (**)
Indikator (***) Tema dan Waktu Per Minggu
Diri Sendiri Keluar ga Ling-kung an Tran spor-tasi Kesehatan, Kebersihan & Keamanan Hewan & Tumbuhan Pekerja-an Gejala Alam dan Pe-ristiwa Rekreasi Negara Alat Komunikasi
4 3 4 3 4 3 2 4 3 2 2
Matematika Bilangan
Melakukan
Penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20 Membilang banyak benda • Membilang atau menghitung secara urut        -   
• Menyebutkan banyak benda        -   
• Membandingkan dua kumpulan benda melalui istilah lebih banyak, lebih sedikit, atau sasma banyak        -   
• Membaca dan menulis lambang bilangan -    -  - - - - 
• Menyatakan masalah sehari-hari yang terkait penjumlahan dan pengurangan sampai 20 -      - -  - 
Geometri dan pengukuran
Mengguna
kan pengukuran waktu dan panjang
Menentukan waktu (pagi, siang, malam), hari, dan jam ( bulat)
• Menceritakan pengalaman saat pagi, siang atau malam hari v v v v v - v - v - -
• Menyebutkan perbedaan antara pagi dan malam hari v v v v v - v - v - -
Mengelompokkan berbagai bangun ruang sederhana (balok, prisma, tabung, bola, dan kerucut)
• Membedakan berbagai bentuk sesuai dengan cirinya - v v v v - v v - v v
• Menyebutkan hasil pengelompokkan bangun ruang sederhana - v v v v - v v - v v
Pendidikan Jasmani, olahraga dan kesehatan Permainan dan olahraga
Mempraktekkan gerak dasar ke dalam permainan sederhana/
Aktivitas jasmani dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya
Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari dan lompat dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri. • Menerapkan konsep arah dalam berjalan, berlari dan melompat.          -- 
• Berjalan dengan berbagai pola langkah dan kecepatan.          -- 
• Berlari dengan berbagai pola langkah dan kecepatan.         -- 
• Melompat ke berbagai arah.          -- 



PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR DENGAN TEMA
KELAS I

Mata pelajaran Standar Kompetensi (*)
Kompetensi Dasar (**)
Indikator (***)

Tema dan Waktu Per Minggu
Diri Sendiri Keluar ga Ling-kung an Tran spor-tasi Kesehatan, Kebersihan & Keamanan Hewan & Tumbuhan Peker-jaan Gejala Alam dan Peristiwa Rekreasi Negara Alat Komunikasi
4 3 4 3 4 3 2 4 3 2 2
Pengetahuan sosial Memahami identitas diri dan keluarga, serta skikap saling menghormamati dalam kemajemukan Keluarga Mengiden-tifikasi identitas diri, keluarga, dan kerabat • Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan   --   -    
• Menyebutkan nama ayah, ibu, saudara dan wali.      -    
• Menyebutkan alamat tempat tinggal.      -    
• Menyebutkan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah.      -    


PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR DENGAN TEMA
KELAS I

Mata Pelajaran Standar Kompetensi (*)
Kompetensi Dasar (**)
Indikator (***)

Tema dan Waktu Per Minggu
Diri Sendiri Keluar ga Lingkung- an Tran spor-tasi Kesehatan, Kebersihan & Keamanan Hewan & Tumbuhan Pekerja-an Gejala Alam dan Pe-ristiwa Rekreasi Negara Alat Komunikasi
4 2 4 2 4 3 2 2
3 2 2
Ilmu Pengetahuan Alam Makhluk Hidup dan proses kehidupan
Mengenal anggota tubuh serta kegunaannya serta cara perawatannya 1.1 Mengenal bagian-bagian tubuh dan kegunaannya • Menyebutkan nama bagian-bagian tubuh   -   - - -  - -
• menceritakan kegunaan bagian-bagian tubuh   -   - - -  - -
• Menyebutkan anggota gerak tubuh.   -   - - -  - -
Benda dan Sifatnya
Mengenal berbagai sifat benda dan kegunaannya melalui pengamatan perubahan bentuk benda




Mengidentifikasi benda yang ada di lingkungan sekitar berdasarkan cirinya melalui pengamatan • Mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak v v v v v v v v
• Menunjuk sebanyak-banyaknya benda yang mempunyai warna, bentuk dan ciri tertentu - v v v - v v - v v v
• Memasangkan benda sesuai dengan pasangannya v v - v v v - - v v -

PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR DENGAN TEMA
KELAS I

Mata Pelajaran Standar kompetensi (*)
Kompetensi Dasar (**)
Indikator (***)

Tema dan Waktu Per Minggu
Diri Sendiri Keluar ga Ling-kung an Tran spor-tasi Kesehatan, Kebersihan & Keamanan Hewan & Tumbuhan Pekerja-an Gejala Alam dan Pe-ristiwa Rekreasi Negara Alat Komunikasi
4 3 4 3 4 3 2 4 3 2 2

Seni
Budaya
dan Keterampilan Seni rupa
Mengapresiasi karya seni rupa 1.1 Meng-identi-fikasi unsur rupa pada benda di alam sekitar • Mengelompokkan berbagai jenis: bintik gari, bidang, warna dan bentuk pada benda dua dan tiga dimensi di alam sekitar. - -    - - -  - 
• Mengelompokkan berbagai ukuran: bintik, garis, bidang, warna dan bentuk pada benda dua dan tiga dimensi di alam sekitar. - -    - - -  - 
• Menyebutkan unsur rupa di lingkungan sekolah. - -    - - -  - 
Seni musik
Mengapresiasi karya seni musik Mengiden-tifikasi unsur/elemen musik dari berbagai sumber bunyi yang dihasilkan tubuh manusia • Bertepuk tangan dengan pola
Seni Tari
Mengapresiasi karya seni tari Mengiden-tifikasi fungsi tubuh dalam melaksanakan gerak di tempat • Bergerak bebas sesuai irama musik


PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR DENGAN TEMA
KELAS I

Mata Pelajaran Standar Kompetensi (*)
Kompetensi Dasar (**)
(Contoh)
Indikator (***)

Tema dan Waktu Per Minggu
Diri Sendiri Keluar ga Ling-kung an Tran sportasi Kesehatan, Kebersihan & Keamanan Hewan & Tumbuhan Pekerja-an Gejala Alam dan Pe-ristiwa Rekreasi Negara Alat Komunikasi
4 3 4 3 4 3 2 3 4 2 2
Bahasa Indonesia Mende-ngarkan
Memahami bunyi bahasa, perintah, an dongeng yang dilisankan
Membedakan bunyi bahasa • Membedakan berbagai bunyi/suara tertentu secara tepat.        -  - 
• Menirukan bunyi/suara tertentu seperti: suara burung, ombak, kendaraan, dan lain-lain.        -  - 
• Mengenal bunyi bahasa.        -  - 
• Membedakan bunyi bahasa.        -  - 
• Melafalkan bunyi bahasa secara tepat.        -  - 
Berbicara
Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi, secara lisan dengan perkenalan dan tegur sapa, pengenalan benda dan fungsi anggota tubuh. Memperkenalkan diri sendiri dengan kalimat sederhana dan bahasa yang santun • Menyebutkan data diri (nama, kelas, sekolah, dan tempat tinggal) dengan kalimat sederhana     - - - - - - -
• Menyebutkan nama orangtua dan saudara kandung.     - - - - - - -
• Menanyakan data diri dan nama oratua serta saudara teman sekelas     - - - - - - -
Membaca
Memahami teks pendek dengan membaca nyaring Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat • Mengenali huru-huruf dan membacanya sebagai suku kata, kata dan kalimat sederhana.           
• Membaca nyaring satu paragraf dengan lafal dan intonasi yang tepat.           
• Membaca teks pendek dengan lafal dan intonasi yang benar           
Menulis
Menulis permulaan dengan menciplak, menebalkan, mencontoh, melengkapi dan menyalin Menjiplak berbagai bentuk gambar,
lingkaran dan bentuk huruf • Menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf.           
• Menebalkan berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf.           


PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR DENGAN TEMA
KELAS I


Mata Pelajaran Standar Kompetensi (*) Kompetensi Dasar (**)
Indikator (***)

Tema dan Waktu Per Minggu
Diri Sendiri Keluar ga Ling-kung an Tran sportasi Kesehatan, Kebersihan & Keamanan Hewan & Tumbuhan Pekerja-an Gejala Alam dan Pe-ristiwa Rekreasi Negara Alat Komunikasi
4 2 4 2 4 3 2 2 2 2 2

Kewarganegaraan
1.1 Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, agama dan suku bangsa • Menyebutkan berdasarkan jenis kelamin anggota keluarga.   - - - - - - -  -
• Meyebutkan agama-agama yang ada di Indonesia.   - - - - - - -  -

Keterangan:
* : Diambil dari SK-KD
** : Diambil dari SK-KD
*** : Diambil dari penjabaran SK-KD ke dalam indikator













Lampiran3: CONTOH SILABUS

Mata Pelajaran KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN BELAJAR SARANA/SUMBER PENILAIAN
BAHASA INDONESIA MENDENGARKAN
Membedakan bunyi bahasa • Menirukan bunyi/suara tertentu seperti: suara burung, ombak, kendaraan, dan lain-lain. • Menirukan bunyi suara burung
• Bermain peran menjadi berbagai kendaraan
• Menirukan suara ombak Kaset dan tape Pengamatan
BERBICARA
Memperkenalkan diri sendiri dengan kalimat sederhana dan bahasa yang santun • Menyebutkan nama orangtua dan saudara kandung • tanya jawab tentang nama orang tuanya dan saudara kandungnya (berpasangan)

• Menanyakan data diri dan nama orangtua serta saudara teman sekelas • tanya jawab tentang nama orang tuanya dan saudara kandungnya (berpasangan)
• melakukan permainan menanyakan data diri temannya

• Menyebutkan data diri (nama, kelas, sekolah, dan tempat tinggal) dengan kalimat sederhana • melakukan permainan menanyakan data diri
• bercerita tentang data dirinya
MENULIS
Menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran dan bentuk huruf • Menjiplak berbagai bentuk gambat, lingkaran, dan bentuk huruf • Menjiplak kartu kata
• Menjiplah bentuk-bentuk gambar
• Menjiplak bentuk-bentuk geometri • Kartu kata
• Kartu bentuk gambar
• Kartu bentuk geometri
MATEMATIKA Membilang banyak benda • Membilang atau menghitung secara urut • Membilang benda-benda di kelas
• Membilang sambil Memantulkan bola • Bola
• Menyebutkan banyak benda • Mengamati lalu menyebutkan nama benda yang dilihatnya
• Membandingkan dua kumpulan benda melalui istilah lebih banyak, lebih sedikit, atau sasma banyak • Praktek langsung mengambil dua kumpulan benda lalu dihitung • Batu-batuan
Menentukan waktu (pagi, siang, malam, hari dan jam (bulat) • Menceritakan pengalamannya saat pagi, siang atau malam hari • Bercerita tentnag pengalamannya
IPS Menguindentifikasi identitas diri,keluarga, dan kerabat • Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan • Menyebutkan nama lengkapnya
• Menyebutkan alamat tempat tinggal • Menyebutkan alamat rumahnya
IPA Makhluk Hidup dan Proses kehidupannya
Mengenal bagian-bagian tubuh dan kegunaannya • Menyebutkan nama bagian-bagian tubuh • Menggambarkan tubuhnya lalu
• menyebutkan nama bagian-bagian tubuhnya dan kegunaannya
• Menyebutkan kegunaan bagian-bagian tubuh
Mengindetifikasi benda yang ada di lingkungan sekitar berdasarkan cirinya melalui pengamatannya • Mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak. • Praktek pengelompokkan Batu, daun, biji salak
• Menunjukkan sebanyak-banyaknya benda yang mempunyai warna, bentuk dan ciri tertentu
• • Praktek langsung mengamati lingkungan dan menyebutkan sebanyak-banyaknya benda yang mempunyai warna, bentuk dan ciri tertentu
PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari dan loncat dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri • Menerapkan konsep arah dalam berjalan, berlari dan melompat.

• • Praktek langsung Menerapkan konsep arah dalam berjalan, berlari dan melompat.

• Berjalan dengan berbagai pola langkah dan kecepatan
• Praktek langsung berjalan dengan pola
SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN SENI RUPA
Mengidentifikasi unsur rupa pada benda di alam sekitar • Menyebutkan unsur rupa di lingkungan sekolah
• Mengamati lingkungan lalu menyebutkan benda-benda yang dilihatnya
• Mengelompokkan berbagai jenis: bintik gari, bidang, warna dan bentuk pada benda dua dan tiga dimensi di alam sekitar
• Mengamati lingkungan lalu mengelompokkan benda berdasarkan garis, bintik dsb
SENI MUSIK
Mengidentifikasi unsur/elemen musik dari berbagai sumber bunyi yang dihasilkan tubuh manusia • Bertepuk tangan dengan pola • Bermain tepuk tangan dengan berbagai pola yang dicontohkan
SENI TARI
Mengidentifikasi fungsi tubuh dalam melaksanaan gerak di tempat • Bergerak bebas sesuai irama musik
• Mendengarkan musik dan bergerak bebas mengikuti irama
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN • Menyebutkan jenis kelamin anggota keluarga.
• Menyebutkan jenis kelamin teman sebangkunya
• Meyebutkan agama-agama yang ada di Indonesia • Menyebutkan agama yang dikenalnya

Lampiran 4: Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

KELAS : I
TEMA : LINGKUNGAN
MINGGU/HARI : I/Senin
ALOKASI WAKTU : 5 x 35 menit

INDIKATOR:
Bahasa Indonesia:
• Menanyakan data diri dan nama orangtua serta saudara teman sekelas
• Menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf
Matematika:
• Membilang atau menghitung secara urut
• Menyebutkan banyak benda
• Menceritakan pengalamannya saat pagi, siang atau malam hari
IPA
• Menunjukkan sebanyak-banyaknya benda yang mempunyai warna, bentuk dan ciri tertentu
IPS
• Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan
SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
• Bertepuk tangan dengan pola
PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN
• Menerapkan konsep arah dalam berjalan, berlari dan melompat.

SARANA DAN SUMBER BELAJAR:
• Kartu-kartu kata
• Lembar kerja (jam)
• Bola

STRATEGI KEGIATAN

A. Pembukaan (1 X 35 menit)
• Berdoa bersama
• Menyanyi lagu kasih ibu sambil bertepuk dengan variasi 1-2-1-2
• Guru meminta beberapa anak untuk menyebutkan identitas dirinya seperti nama dan alamatnya, dan menceritakan suatu pengalaman yang menyenangkan dirinya
• Guru meminta anak untuk berkeliling di kelas sambil melompat satu kaki dengan membilang (menghitung secara urut) lompatannya
• Guru meminta beberapa anak mengemukakan tentang kegiatan yang dapat dilakukan pada waktu pagi hari, siang hari dan malam hari


B. Inti (3 x 35 menit)
• Di kelas anak secara individual diminta untuk mengamati berbagai benda yang ada dalam kelasnya. memilih benda yang ada di kelas, menghitungnya dan menuliskan lambang bilangan dari jumlah benda yang dihitungnya (kegiatan ini dilakukan beberapa kali)
• Kegiatan berikutnya (atau bagi yang sudah menyelesaikan kegiatan pertama) dapat membaca kalimat sederhana dari kartu-kartu kata yang sudah disiapkan guru
• Guru meminta anak untuk melihat jam dinding dikelasnya, lalu anak diminta untuk menggambarkan jam didinding tersebut dilengkapi dengan penunjukkan jarum jam pada saat anak melihat dan menggambarkannya.

C. Penutup (1 x 35 menit)
• Guru bercerita tentang perlunya air bagi makhluk hidup, yang dilanjutkan dengan tanya jawab
• Pesan-pesan moral bagi anak misalnya tentang perlunya hemat air, perlunya mandi/menjaga kebersihan

- Menciptakan Lingkungan Kelas yang Poduktif

MENCIPTAKAN LIKUNGAN KELAS YANG PRODUKTIF:
MANAJEMEN KELAS
OLEH: PROF. MUDJIARTO


A. POKOK BAHASAN
(1) manajemen kelas dan konstribusinya pada kelas produktif
(2) Perencanaan untuk merancang manajemen kelas yang efektif
(3) Komunikasi dengan orang tua,
(4) Berhubungan dengan anak nakal ; intervensi
(5) Masalah – masalah serius tentang kekerasan.

B. MANAJEMEN KELAS
Teori yang paling awal mengenai manajemen kelas dikemukakan oleh Jacob Kounin (1970), yang menyimpulkan bahwa kunci untuk mengelola kelas secara efektif adalah kemampuan guru untuk mencegah masalah-masalah yang terjadi dikelas termasuk menangani tindakan yang yang tidak tepat .

C. KONSTRIBUSI MANAJEMEN KELAS
1. dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar
2. mengurangi prilaku yang tidak tepat
3. mempertingi fungsi atau kegunaan waktu pembelajaran
4. meningkatkan prestasi siswa
5. merupakan faktor penting dalam membentuk sekolah efektif.

C. KOMPLEKSITAS KELAS : MEMBUTUHKAN MANAJEMEN KELAS
karekteristik kelas sangat kompleks:
(1) Multidimensional dan serentak
(2) Cepat
(3) Tidak bisa diperkirakan.
(4) Bersifat umum



E. PERENCANAAN UNTUK MANAJEMEN KELAS YANG EFEKTIF






F. MENCIPTAKAN DAN MENGAJARKAN PERATURAN: STRATEGI PENGAJARAN

Pendekatan kognitif dalam manajemen menegaskan bahwa para siswa harus mengerti alasan dibalik peraturan-peraturan yang dibuat guru. Hal ini dimaksudkan supaya mereka dapat menerima pertanggung jawaban dari prilaku mereka sendiri. Berikut ini merupakan prinsip – prinsip yang dapat digunakan oleh guru agar para siswa dapat mengerti terhadap peraturan yang ada:(1) Nyatakan peraturan secara positif. (2) Buatlah peraturan sesedikit mungkin. (3) Perhatikan masukan dari siswa. (4) Berikan penjelasan tentang alasan peraturan yang dibuat.(5) Ajarkan peraturan-peraturan tersebut sebagai suatu konsep.(6) Monitorlah peraturan yang telah dibuat tersebut sepanjang tahun ajaran

G. KOMONIKASI DENGAN ORANG TUA
Komunikasi antara guru dan orang tua bukan merupakan tambahan pengajaran, melainkan merpakan bagian yang tidak terpisahkan dari aspek belajar mengajar dan manajemen kelas yang akan berdampak meningkatnya prstasi dan motifasi belajar siswa.
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat setidaknya empat keuntungan yang bisa diperoleh siswa dari kerjasama antara rumah dan sekolahan: (1) Meningkatnya prestasi akademik. (2) Perilaku yang lebih positif. (3) Rata-rata kehadiran yang lebih baik. (4) Besarnya minat untuk mengerjakan PR.

G.1 Melibatkan Orang Tua: Strategi Pembelajaran
Sebenarnya semua sekolah memiliki pola komunikasi formal dengan fihak orang tua. Biasanya sekolah menyelenggarakan pertemuan orang tua atau wali murid diawal tahun pelajaran, Memberikan laporan (raport) pada setiap akhir periode pelajaran, Surat pemberitahuan kebijakan sekolah, dan lain-lain. Namun secara individu sebagai seorang guru kita meningkatkan proses komunikasi dengan orang tua. Prinsip-prinsip berikut ini dapat anda jadikan acuan: (1) Membangun komunikasi lebih dini dengan orang tua melalui surat bertanda tangan. Surat yang bertanda tangan orang tua dan anak dapat dijadikan alat untuk menjaga komitmen orang tua dalam membantu tugas sekolah anak-anak mereka.(2) Pro aktiflah dalam membangun komunikasi dengan fihak rumah. Sala satu cara yang baik untuk proaktif berkomunkasi dengan fihak keluarga termasuk orang tua dirumah adalah dengan menelfon secara pribadi diwaktu luang misalnya sore atau malam hari. Guru bisa meminta orang tua agar lebih intensif memonitor si anak.(3) Berusahalah menyelesaikan tugas secara positif. Jika guru memanggil orang tua karena masalah anaknya, maka usahakan lah menyelesaikan tiap masalah tersebut dengan kerangka positif. Tiap orang tua butuh rasa bangga kepada anak-anak mereka, karena itu jika ada masalah kemukakan pula hal-hal positif yang menggembirakan orang tua.

G.2 Hambatan Komunikasi dengan Orang Tua
Ruang kelas dengan jumlah siswa yang cukup banyak dengan latar belakang budaya yang berbeda, menghadirkan tantangan komunikasi yang unik. Penelitian menunjukkan bahwa perbedaan justru mendorong partisipasi orang tua lebih menantang.
Hambatan ketelibatan oang tua berdasarkan penelitian antara lain adalah masalah ekonomi,kebiasaan dan bahasa.
Keterlibatan orang tua jelas memerlukanwaktu khusus. Penelitian menunjukkan bahwa kesibukan orang tua menghalangi mereka dalam membantu anak-anak mengejakan tugas sekolah. Begitu juga jika orang tua siswa tergolong dalam ekonomi lemah, maka mereka memiliki keterbatasan sarana dan prasarana seperti telephon, dan kendaraan tentu hal ini juga merupakan sumber hambatan komunikasi dengan sekolah.
Kebiasaan yang berbeda-beda juga dapat menjadi hambatan komunikasi dengan orang tua. Orang tua mungkin saja memiliki pengalaman persekolahan yang jauh berbeda dengan anak-anak mereka. Hampir semua orang tua pasti merupakan seorang murid pada jaman dulu. Bahkan terkadang ada masalah serius dengan masa lalu orang tua sehingga mereka ada yang suka datang kesekolah ada juga yang datang dengan tidak bahagia. Bahkan ada peneliti yang melaporkan orang tua yang datang kesekolah dan langsung muntah-muntah sakit perut. Bukan disebabkan masalah anaknya tapi karena ketika datang kesekolah teringat masa lalunya yang tidak mengenakkan.
Bahasa juga dapat menjadi kendala komunikasi orang tua dengan sekolah. Orang tua yang memiliki anak dengan kemapuan dua bahasa sedang orang tua belum menguasai bahasa tersebut kecuali bahasa ibu.

H. BERHUBUNGAN DENGAN PRILAKU YANG MENYIMPANG: INTERVENSI
Dalam pembahasan ini menekankan bagaimana manajemen kelas dalam menghadapi prilaku anak nakal. Karena betapapun sudah sangat baik apa yang dilakukan guru, tetapi masalah manajemen tetap masih akan muncul. Oleh karena itu guru juga harus terlibat dalam menyelesaikan masalah adanya prilaku yang tidak diinginkan dari siswa. Ada tiga pandangan yang akan dijadikan acuan untuk membahas masalah ini: (1) Pedoman Umum Untuk Sukses Dalam Intervensi. (2) Pendekatan kognitif dalam itervensi. (3) Pendekatan behavioristik dalam intervensi

H.1 Pedoman Umum Untuk Sukses Dalam Intervensi
(1) Withitness ( mata dibelakang kepala anda).
(2) Lindungilah kehormatan siswa.
(3) Konsistenlah.
(4) Lakukan Yang Sudah Anda Katakan Dan Yang Akan Anda Kerjakan. (5) Lakukan Intervensi Sesingkat Mungkin.
(6) Hindarilah Perdebatan.



H.2 Pendekatan Kognitif dalam Intevensi
Pemahaman adalah kata kunci pendekatan kognitif.
KOGNITIF = MEMBENTUK PEMAHAMAN & KESADARAN SISWA TERHADAP PERATURAN.

H.3 Pendekatan Behavioristik dalam Intervensi
Pendekatan ini menggunakan hukuman untuk menyadarkan siswa.
Hal yang perlu diperhatikan:
(1) Gunakan hukuman seminimal atau sejarang mungkin untuk menghindari reaksi negatif.
(2) Hindari menggunakan sarana belajar sebagai alat menghukum.
(3) Lakukan lah hukuman secara logis, sistematisdan jangan sampai menghukum karena marah.
(4) Jelaskan alternatif contoh tindakan kepada siswa.

H.4 Merancang Sebuah Sistem Manajemen Behavioristik
Untuk merancang sebuah sistem manajemen yang berdasarkan behavioristik, ikutilah tahapan-tahapan berikut ini: (1) Siapkan lah daftar peraturan yang spesifik. (2) Buatlah hal-hal yang dapat menguatkan kepatuhan terhadap peraturan tersebut secara spesifik dan tentukan pula hukuman jika melanggar peraturan (sebagai konsequensinya). (2) Pajanglah peraturan dan prosedur tersebut, Serta jelaskan konsquensi-konsquensi yang akan diterima oleh siswa. (3) Terapkanlah konsequensi – konsequensi yang telah dibuat secara konsisten.

H.5 Perbedaan Pendekatan Behavioristik Vs Pendekatan Kognitif
Untuk membuat kedisiplinan yang tegas, peraturan harus dirancang dengan jelas dan spesifik serta mengarah pada standar-standar prilaku. Sebuah sistem behavioristik tidak menekan kan pada kefahaman siswa terhadap peraturan yang ada. Hal ini bertolak belakang dengan pendekatan kognitif. Pendekatan ini terfokus pada penerapan konsekwensi dari suatu perbuatan.
Dalam mendesain sistem manajemen yang menyeluuh, para guru biasanya menggabungkan kedua isstem pendekatan baik behavioristik maupun kognitif. Pendekatan behavioristik memiliki kelebihan yaitu dapat langsung diterapkan. Dan pendekatan ini sesuai untuk menangani masalah tertentu khususnya yang kepada siswa yang masih anak-anak. Dan juga berguna untuk mengatasi masalah kenakalan yang sangat parah. Sedangkan pendekatan kognitif memerlukan waktu yang lebih lama untuk melihat hasilnya. Namun pendekatan kognitif nampaknya lebih dapat mengembangkan tanggungjawab siswa.

H.6 Intervensi Kontinum
Pelanggaran bermacam-macam jenis dan dampaknya nya, mulai dari kejadian yang tersembunyi (seperti bisikan) hingga pelanggaran yang parah (seperti berkali kalimenendang siswa lain). Karena pelanggaran bervariasi, maka reaksi guru pun harus bervariasi pula. Agar waktu pembelajaran tetap dapat digunakan secara maksimal, maka intervensi seharusnya dilakukan sesingkat mungkin.
Berikut ini gambaran tentang intervensi kontinum.

Pelanggaran Pelanggaran
Kecil serius


v



I. ASSESSMENT DAN PEMBELAJARAN
Assessment merupakan salah satu data penting yang digunakan untukmengambil keputusan. Biasanya memfokuskan kepada kemajuan pembelajaran, namun terkadang didalam asssesment memuat segala informasi yang berharga yang dibutuhkan oleguru dan siswa.
Assessment perlu menyediakan segala informasi tentang keefektifan dari manajmen yang dibuat oleh guru, bidang-bidang yang perlu ditingkatkan, dan kemajuan yang dibuat dalam mencapai tujuan manajemen. Assessment juga memeuat kemajuan individual siswa dalam menjalankan peraturan.
Karena kelas begitu kompleks, maka assessment dari sistem manajemen sangat menantang. Guru mungkin tidak dapat memperoleh gambaran seberapa baik sistem manajemen yang telah diterapkan, dan inilah peran assessment. Informasi yang akurat sangat membantu para guru untuk membuat suatu keputusan. Para guru bisa memperoleh informasi dengan cara mengidentifikasi berbagai masalah yang terjadi pada waktu atau tempat tertentu.
Assessment juga dapat menyediakan berbagai informasi berharga yang dibutuhkan oleh para siswa, sehingga mereka dapat mengembangkan tingkah lakunya berhubungan dengan sistem manajemen.

J. MASALAH-MASALAH YANG SERIUS DALAM MANAJEMEN
Dalam menghadapi kasus kekerasan dan penyerangan, maka solusi yang dapat kita lakukan adalah (1) Segera bertindak, dan (2) Solusi jangka panjang.
Tindakan yang cepat meliputi tiga tahap; (1) menghentikan perkara jika memungkinkan, (2) melindungi korban, (3) meminta pertolongan. Guru harus melakukan intervensi terhadap masalah kekerasan dengan segera melakukan tiga langkah tersebut. Jika tidak maka orang tua bisa menuntut jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kendati demikian guru tidak diperkenankan secara hukum melakukan intervensi secara fisik untuk menghentikan perkelahian. Segera melaporkan kepada kepala sekolah jika memang diperlukan.
Solusi jangka panjang bisa dilakukan dengan mengajarkan siswa tentang kemampuan-kemampuan sosial seperti pengendalian diri, dan kesadaran sosial, dan juga problem solving. Para pakarjuga menyarankan untuk melibatkan peran serta orang tua sebagai salah satu upaya yang efektif dalam mengurangi tindakan kekerasan disekolah.

= = = = = = = = T a m a t = = = = = = = =

- Sistem Pendidikan Pancasila (Mendesain Pembelajaran Berkualitas Dunia)

SISTEM PENDIDIKAN PANCASILA
(MENDESAIN PEMBELAJARAN BERKUALITAS DUNIA)
I. LATAR BELAKANG
Manusia dan bangsa berbudaya dan beradap, merdeka dan berdaulat senantiasa mengembangkan (menegakkan) sistem kehidupannya dengan suatu sistem kenegaraan. System kenegaraan ini ditegakkan berdasarkan suatu system nilai dan atau ajaran system filsafat (yang dikembangkan dan ditegakkan sebagai system ideologi negara, ideologi nasional.
Bangsa-bangsa modern menyaksikan berbagai system filsafat dan atau ideology yang menjiwai berbagai bangsa dan Negara, seperti ajaran theokratisme, liberalism-kapitalisme, sosialisme, marxisme-komunisme-atheisme; zionisme, zaniisme-fascisme, fundamentalisme . . . dan sudah tentu Pancasila.
Setiap system filsafat berkembang sebagai nilai fundamental yang dipercaya sebagai ajaran tentang kebenaran hakiki; karenanya dijadikan filsafat hidup (pandangan hidup, weltanschauung), yang memberikan identitas dan jati diri bangsa itu (jatidiri nasional); bahkan sebagai perwujudan jiwa bangsa (Volksgeist). Nilai-nilai fundamental inilah yang menjadikan sumber cita-cita nasional dan cita kenegaraan; karenanya dijadikan dasar Negara (filsafat Negara, ideology Negara). Karenanya, nilai fundamental ini memancarkan integritas nasional dan integritas system kenegaraan.
Demikianlah asas fundamental system filsafat dan atau system ideology yang menjadi identitas dan integritas berbagai system kenegaraan bangsa-bangsa modern. Antar mereka, dalam kehidupan internasional dengan kebangsaan nasional masing-masing --- setiap menganut ideology berwatak dogmatis dan fanatis, dalam makna mereka percaya superioritas (keunggulan) system filsafatnyasekaligus system kenegaraanya! Fenomena menjadi dinamika pergaulan (baca: kompetisi) dan dinamika internasional! Antar bangsa sesungguhnya terjadi perjuangan merebut sumpremasi ideology; yang bermuara sebagai neo-imperialisme!
Melalui berbagai bidang kehidupan nasional mereka menggelar keunggulanya - - - sebagai propaganda! --- untuk memikat (baca: menggoda, melanda dan menaklukkan) bangsa-bangsa yang lemah, yang tidak memiliki kebanggaan nasional dan integritas nasional! Mereka, terutama bangsa-bangsa yang mendominasi gelanggang politik internasional; bahkan mengendalikan berbagai kelembagaan dunia; seperti: IMF, Wordl Bank, ADB, APEC, sampai menjangkau intervensi politik --- bandingkan : bagaimana USA dan UE melalui organ PBB menekan berbagai Negara merdeka atas politiknya yang dipandangnya sebagai ancaman masa depanya, seperti: Iraq, Iran, Korea Utara, dan berbagai Negara yang dihujat sebagai sarang teroris! ---.
Sesungguhnya dunia abad XXI yang ditandai era globalisasi –liberalisasi dan postmodernisme bukanlah dinamika alamiah ( natural ); melainkan sebuah dinamika yang direkayasa berdasarkan strategi dan tujuan demi: supremasi ideology dan neo-imperialisme --- sebagai pengganti kolonialisme-imperialisme yang telah diturunkan oleh gerakan bangsa-bangsa merdeka dan berdaulat! --- yang selama 4 abad menjadi sumber eksplorasi demi kekayaan kapitalisme!
Kepercayaan, keyakinan dan kebanggaan nasional ini menjadi sumber motivasi bagi semua warga Negara RI untuk senantiasa menegakkan asas moral filsafat pancasila sebagaimana diwariskan dan diamanatkan oleh the founding fathers, istimewa PPKI sebagai pendiri Negara. Amanat ini secara filosofis-ideologis dan konstitusional bersifat imperative, menjiwai, melandasi dan memandu tatanan nasional secara formal dan fungsional. Essensi amanat UUD Proklamasi seutuhnya terkandung didalam filsafat negara Pancasila dan terjabar secara konstitusional di dalam UUD Proklamasi seutuhnya.
II. LANDASAN FILOSOFIS-IDEOLOGIS DAN KONSTITUSIONA
Tiap bangsa mewarisi mulai nilai-nilai alam lingkungan hidup sebagai sumber daya alam (ALH-SDA); tatanan nilai sosio-budaya dan filosofis ideologis sampaisisten konstitusional kenegaraanya.
Ajaran sisten filsafat yang diwarisi sebagai system filsafat hidup (pandangan hidup, Weltanschauung Lebensalwelt) bangsa yang berkembang menjiwai kehidupan nasionalnya. Karenanya, diakui sebagai jiwa bangsa(Volksgeist, jati diri bangsa) atau identitas dan integritas nasional!
Nilai-nilai fundamental ini memancarkan integritas dan martabat nasional sekaligus sebagai perwujudan nilai terbaik bangsa! Secara filosofis nilai fundamental dijadikan dasar negara (ideology Negara, ideology nasional). Nilai-nilai fundamental ini juga berfungsi sebagai metateori dan atau megateori (Grandtheory ); sekaligus sebagai Grundnorm bangsa dan Negara !
Mulai dasar Negara sampai cita-cita nasional dan tujuan Negara; termasuk tujuan dan tujuan pendidikan nasional sesungguhnya ialah jabaran Dasar Negara dan ideology Negara --- in casu bagi bangsa Indonesia dan NKRI ialah filsafat Negara Pancasila !--- demikian pula dalam sistem kenegaraan di dunia modern, telah mapan sistem liberalism-kapitalisme, sistem sosialisme, zionisme, marxisme-komunisme-atheisme; dsb ---
Berdasarkan asas-asas fundamental demikian bangsa dan Negara ditegakkan; sekaligus SDM warga Negara generasi muda sebagai generasi penerus dididik dan dibina secara melembaga dalam sistem pendidikan nasional! Asas demikian bermakna bahwa asas filosofis pendidikan nasional (=filsafat pendidikan nasional) secara filosofis ideologis dan konstitusional imperatife) dan a-priori atau niscaya adalah nilai filsafat hidup (filsafat Negara, ideology Negara, ideologi nasional)! --- bukan sistem atau ajaran filsafat non-Pancasila!---.
Berdasarkan ajaran dan atau sistem filsafat hidup masing-masing bangsa dan Negara, maka dikembangkanlah potensi jepribadian SDM sebagai warga bangsa dan Negara demi penegak integritas nasional, kedaulatan dan martabat bangsa Negara! SDM sebagai subyek penegak kemerdekaan dan kedaulatan adalah pemilik tunggal bangsa, budaya dan sistem kenegaraanya dengan segala martabatnya! Karenanya, SDM yang dicita-citakan bansa dan Negara, senantiasa dijiwai dan berorientasi(berwawasan) nilai-nilai fundamental bangsa dan Negara. Demikian pula tujuan dan metode pendidikanya dijiwai dan dilandasi nilai fundamental nasional; demi integritas dan jatidiri nasional!
A. Wawasan Manusia
Manusia pribadi (keluarga ) dan bangsa senantiasa mewarisi nilai-nilai sosia budaya yang mebjadi identitas kepribadianya; mulai sosio-budaya, peradaban, nilai filsafat dan atau ideology nasional; lebih-lebih nilai moral keagamaan. Berdasarkan nilai-nilai fundamental ini terbentuklah sikap, karakter dan kepribadianya; yang senantiasa memberikan pedoman dan wawasan hidupnya! Analisis filosofis dan psokologis demikian dapat di kembangkan dan di lengkapidengan analisis ilmu jiwa dalam (depth psychologi, analitical psychologi) yang dikembangkan oleh Sigmund Freud, juga sebagai oleh Adler dan Edwar Sparager termasuk Fristz Kunkel.
Analisis filosofis dan psokologis demikian dapat di kembangkan dan di lengkapidengan analisis ilmu jiwa dalam (depth psychologi, analitical psychologi) yang dikembangkan oleh Sigmund Freud, juga sebagai oleh Adler dan Edwar Sparager termasuk Fristz Kunkel.
Ternyata atau terbukti bahwa kesimpulan ara pakar ilmu jiwa akan sinergis dengan kesimpulan dan asas−asas berbagai ajaran filsapfat manusia (antropologia metafisika). Karenanya, kesimpulan atas berbagai bidang keilmuanitu di angap signifikan dan valid.
Untuk meningkatkan kualitas penghayatan dan apresiasi manusia atas manusia; atas potensi dan martabat kepribadian manusia dan intergritas−kualitas ungul, agung dan mulia wajarlah manusia menerima informasi yang agamis. Ternyata, manusia bukan hanya berkedudukan sebagai khalifah, melainjkan juga sebagaimahluk termmulia bahkan di banding dengan malaikat .
Meskipun demikian wawasan filosofis, psikologis maupun paedagogis tetap mengakui adanya ruang yang mengandung misteri manusia: mulia kerokhaniannya, sebagai akal budi nurani. Puncak martabat kepribadian manusia pterpancar buakan hanya pada karya dan adikarya, melaikan pada moralitas dan pengabdian berdasarkan ketulusan… kepasrahan dalam harapan.
Untuk memahami dan menghayati fungsi martabat kepribadian manusia, secara teoritis dan praktis dapat dihayati nilai−nilai yang terlukis dalam sekema 1.





















SDM orang tua, guru dan pendidik secara natural dan sosial−kultural mewarisi dan memiliki wawasan (kepribadianya) sebagai manusia. Bagaimana nilai dan scope secara intregitas nilainya, amat ditentukan oleh latar belakang intergritas nilai−nilai pengetahuan, budaya dan filsafat hidupnya lebih−lebih moral keagamannya!
Bagaimanapun umat manusia hidup dan berkembang (berketurunan, berkarya) hanya dalam munkin dalam suatu wilayah alamiyah, uyang penulis sebut : alam− linkungan−hidup, sebagai sumber daya alam (=ALH−SDH). Tanpa ALH−SDH baik individu manusia, apalagi bangsa dan negara; bahkan budaya dan peradapan tidak mungkin dan berkembang!
Cermati dan hayati unsur komponen−komponen ALH−SDH dalam skema 2, dengan klarifikasi rinkas berikut:
Berkat ke−7 unsur/komponen ALH−SDA di atas umat manusia hidup dengan sejahtera. ALH−SDA menurut teori filsafat hukum alam (Natural Law Theory) Bagi umat manusia yang beragama, ALH−SDA addlah anugrah dan rahmat Allah Ynag Maha Rahman dan Rahim, Allah Yang Maha Berdaulat. Karenanya, sebagai anugrah ALH−SDA sekaligus adalah amanat untuk disyukuri, dinikmati dan plihara demi keberlangsungan kehidupan umat manusia dalam peradapan yang sejahtera!
Penigkatan budaya dan peradapan umat manusia, SDM juga menikmati beberpa nilai fundamental sebagai puncak kepribadiannya; terutama potensi jasmani (indera) nilai IPTEK (Ilmu pengetahuan dan tehnologi dan seni); nilai−nilai filsafat dan ideologi; berpuncak dengan nilai sepritual−kerokhanian sebagai martabat manusia, yakni kepercayaan kepada nilai agama (nilai sepiritual dan, niali suprasional)!
Hanya dengan demikian integritas martabat kepribadian SDM dapat dianggap berkualitas!
















*) Nilai Kultural Dan Suprakultural, Supranatural: Theisme−Religius
Skema 2
B. Wawasan Kependidikan Nasional
Sebagai bangsa yang mewarisi nilai budaya, peradapan dan sisitem filsafat/sisitem idiologi, Bangsa Indonesia mengembangkan wawasan kependidikan nasional sebagai kelanjutan dan peningkatan wawasan manusia di atas. Makanya, bagaimana bangsa secara melembaga meningkat dan membudayakan wawasan manusia di atas. Maknanya, bagaimana bangsa secara melembaga meningkatkan dan membudayakan wawasan manusia yang berdasarkan sisitem nilai yang berkembang dan kita cita−citakan untuk mennjadi integritas dan martabat nasional.
Wawasan pendidikan nasional di maksud baru dianggap valid terpercaya dengan kriteria komprehensif dan mendasar,terutama :
1. bahwa kepribadian manusia (SDM,Personality/P) berkembang menurut hkum ilmu jiwa : P = f (H x E ) = Personality = fungsi kerjasama antara faktor Hereditas dengan factor Environment.
SDM berkembang berkat factor eksternal (=FX) = ALH-SDA sebagai kodrat alamiah dan anugrah,dimana SDM dilahirkan dan hidup serta berkembang :antar- benua ,antar-negara :antar-daerah ;bahaka di kutub utara dan selatan!Bagaimana kondisi dan tingkat perkembangannya _ _ _ berkat pendidikannya_ _ _ akan senantiasa di tentukan oleh FX = ALH-SDA.Kita menyaksikan :bagaimana rakyat dan bangsa-bangsa di Afrika;terutama afrika tengah ;demikian Pulau bangsa di kutub utara (Eskimo)! Bersyukurlah dan banggalah kita menerima anugrah yang amat kaya dan sempurna;sekaligus membanggakan !
2. Potensi (nilai-nilai alamiah) ALH-SDA yang berwujud 7 (skema2) akan dinikmati dan di kembangkan menjadi nilai yang ke -8 = Budaya dan Peradapan .Maknanya berkat tersedianya ALH-SDA umat manusia mampu menciptakan dan mengembangkan budaya (culture).jadi,semua menjadi budaya ;missal :kayu dan hutan di kembangkan menjadi peralatan rumah tangga sampai kertas …tanah dikembangkan sebagai pertanian dan perkebunan;di dalam tanah ada berbagai tambang….dsb.
3. ALH-SDA secara total :termasuk alam semesta menjadi sumber dan unsure dasar IPTEKS; missal : astronomi,fisika ,biologi,ilmu pertanian,energi (temasuk listrik),kimia,ekonomi,kelautan;angkasa luar;dsb
4. SDM sebagai bangsa mewarisi pula nilai-nilai nasional ;sosiokultural : budaya local :budaya nasional. Bangsa sebagai bagian komunitas dunia (internasional) dan pergaulan sesame umat manusia mewarisi peradaban dunia secara universal! Tegasnya, antar nilai-nilai budya ini tetap memberikan identitas kepribadian manusia!
5. Sebagai kepribadian manusia (SDM) yang diciptakan dalam integritas jasmani-rohani, maka manusia menghayati potensi diri dan jati diri: bahkan cita-cita dan tujuan hidupnya: juga martabat kepribadiannya yang sejati. SDM hidup dalam kesementaraan untuk dharmabhakti dan kebijakan (amal ibadah) sebagai fungsi kerohanian, spiritual, budi nurani, iman dan pengabdian kepada maha pencipta!
Kesadaran nilai-nilai mental spiritual ini adalah kesadaran moral dan martabat manusia yang unggul-agung-mulia (=martabatnya kerokhaniannya hidup abadi di alam posthumous); alam supranatural alam keabadian
Berdasarkan wawasan manusia yang ditimgkatkan dalam Wawasan Kependidikan Nasional, system pendidikan nasional secara normative mengamanatkan kepda semua komponen pelaksanaannya untuk senantiasa mendidik SDM generasi muda bangsa sesuai dengan nilai-nilai fundamental di atas dalam jabarannya yang signifikan!

Uraian ringkasan di atas (ad.1 sampai 5) sebagai jabaran klarifikasi isi nilai yang terkandung dalam skema 3.









SDM DALAM KESEMESTAAN - MARTABAT DAN KEABADIAN

Fisika – Natural – Metafisika (supranatural)

Pradunia – Alam Semesta-Pascadunia (Keabadian)


+ = Rasional
* = Suprarasional
skema 3
III. AMANAT FILOSOFIS-IDIOLOGIS SEBAGAI SUMBER DAN LANDASAN SISTEM NASIONAL
Senbagai bangsa dan negara merdeka dan berdaulat berdasarkan pancasila-UUD Proklamasi 45: maka sistem kenegaraan Indonesia dapat dinamakan dengan predikat sebagai : sistem Pancasila-UUD Proklamasi 45, dengan integritas-martabatnya, visi-misinya sebagi tujuan nasional demi integritas kebangsaan, martabat kenegaraannya dengan menegakkan budaya dan moral politik nasionalnya!.

A. Sistem Kenegaraan Pancasila, Asas Normatif Filosofi-Idiologi dan Konstitusional dengan fungsi Kelembagaannya.
Sistem Kenegaraan Pancasila berdasarkan amanat UUD Proklamasi 45. dapat dilukiskskan dalam skema berikut

















*)= N= sejumlah sistem nasional, terutama :
1. Sistem filsafat Pancasila
2. Sistem ideologi Pancasila
3. Sistem Pendidikan Nasional (berdasarkan) Pancasila
4. Sistem hukum (berdasarkan) pancasila
5. Sistem ekonomi Pancasila
6. Sistem politik Pancasila (= demokrasi pancasila)
7. Sistem budaya Pancasila
Skema 4
Menegakkan sistem kenegaraan Pancasila berdasarkan asas normatif dalam kebijaksanaan strategis, konsepsional dan fungsional:
1. Mengembangkan secara normatif dan konsepsional fungsional semua sistem nasional yang diamanatkan konstitusi secara terpadu dan sinergis, mengingat antar komponen sistem saling mendukung. Misal: bidang ekonomi (sistem ekonomi pancasila) berkembang memadai bila didukung oleh sistem politik nasionl dan sistem hukum nasional yang mantab; tanpa komponen-komponen ini, ekonomi nasional akan tetap krisis dan terpuruk. Demikian berlanjut dengan berbagai bidang kehidupan sebagai yang dimaksud sistem nasional. Bila mungkin sistem-nasional dimaksud ditetapkan berdasarkan undang-undang (pra-amandemen melalui Tap MPR RI) sehingga dapat menjadi pedoman penyelenggaraan tiap bidang kehidupan (1-7 bidang).
2. Mengembangkan N-sistem nasional keseluruhan; prioritas 1-6 supaya tegak tatanan kebangsaan dan kenegaraan berdasarkan asas normatif-filosofis-idiologis pancasila sebagai diamanatkan UUD proklamasi secara imperatif. Artinya, semua kelembagaan negara berkewajiban mewujudkan konsepsi N-sistem nasional dan menegakkan secara konsisten. Sikap dan praktek demikian adalah bukti kesetiaan (loyalitas) warga negara kepada sistem kenegaraannya.
Amanat visi-misi mencerdaskan kehidupan bangsa secara melembaga akan terpercaya melalui sistem pendidikan nasional
3. Sistem pendidikan nasional ditegakkan dan di kembangkan dengan komponen-komponen:
 Hukum perundangan sebagai landasan dan pedoman pelaksanaan;
 Tata kelembagaan (organisasi dan pengelolaan): internal, horisontal dan vertikal;
 Sumber daya manusia (ketenagaan: profesional, pakar/keahlian) sebagai subyek pelaksanaan: kuantitas-kualitas memadai;
 Sumber dana yang memadai, terutama dari negara (APBN) dan didukung oleh masyarakat.
B. Amanat Filosofi-ideologis sebagai sumber dan landasan sistem Nasional
Amanat filosofi-idiologis dan konstitusional dalam Pembukaan UUD Proklamasi 45; tentang peningkatan kesejahteraan rakyat dan mencerdaskan kehidupan bangsa, terutama:” memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa.....” dapat dijabarkan sebagai visi-misi nation and caracter building.
Makna amanat fundamental ini fokus, berpusat kepada pemberdayaan SDM bangsa indonesia sebagai subyek penegak, pewaris dan bhayangkari NKRI sebagai sistem kenegaraan pancasila –UUD Proklamasi 45 yang merdeka, berdaulat dan bermartabat!
Demi terlaksananya amanat fundamental ini dapat dijabarkan dalam visi- misi sebagai landasan tujuan pendidikan nasional Indonesia Raya!.





Visi-misi ini terutama sebagai amanat nasional, dapat dijabarkan secara mendasar, terutama:
1. Memajukan kesejahteraan umum, berarti :
a. seluruh rakyat warganegara terjamin kesejahteraan sosial ekonominya (sila V) Pancasila;
b. bahw kesejahteraan adalah prasyarat untuk sehat dan cerdas, berkemampuan sosial ekonomi untuk meraih pendidikan yang memadai.
c. Dengan kondisi sejahtera semua warganegara lebih mampu melaksanakan visi-misinasional dan menegakkan kedaulatan dan ketahanan Nasional!.
2. mencerdaskan kehidupan bangsa, bermakna :
a. cerdas secara mental-moral, berbudi luhur sesuai dengan sila I dan agama masing-masing : bermartabat, dan bertaqwa, dan tegaknya kepemimpinan ang memiliki integritas dalam NKRI !
b. cerdas secara sosial politik : mampu menegakkan kepemimpinan dan pengelolaan yang efektif sebgai subyek pemimpin yang adil dan beradab dalam NKRI dan dalam pergaulan antar bangsa dan negara dengan kesadaran dan kebanggan nasional.
c. cerdas secara ilmiah dan kebudaaan : kreatif, mandiri, unggul, dan bermartabat dalam peradaban modern.
Visi-misi nasional untuk membina bangsa dan watak bangsa ini dikembangakan dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Negara sebagai kelembagaan nasional berkeawajiban melaksanakannya dalam sistem pendidikan nasional sebagai wujud tanggung jawab negara --- in casu :
Visi-misi nation and character building dapat bermakna :
1. Terbinanya SDM berkepribadian mandiri, unggul, dan bermartabat (dengan integritas-adil-beradab- dan taqwa)*
2. SDM unggul sinergis dalam pergaulan dunia modern sebagaimana dikehendaki dalam tujuan MDG’s dan UNESCO ---- namun sebagai SDM yang setia dan bangga dengan jati diri nasionalnya! ---
Catatan 1 :
Penamaan Departemen Pendidikan Nasional dalam era reformasi, menurut kami tidak tepat (dan tidak bijaksana) bedasarkan alasan :
1. Secara internasional Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan (Department of Education and Culture) ; dalam makna :
a. Nama Departemen Pendidikan sebagai kelembagaan (kementrian,secara nasional, membawahi semua provinsi RI); sebagai lembaga tertinggi penanggung jawab dan pengelola bidang pendidikan nasional!
b. Nama gandanya : dan kebudayaan mewujudkan i s i (content) yang berwujud nilai-nilai kebudayaan --- baik nasional, maupun universal; baik ilmiah maupun humaniora dan filsafat ---.
c. Sedangkan Depdiknas sekarang, hanya ada kelembagaan pengelola dengan scope wilayah nasional (nusantara,NKRI). Fungsinya melaksankan pendidikan masalah : tujuan dan isi pendidikan belum tentu terkandung dalam visi-misi kelembagaannya, dalam makna : sebagai isi dan wujud kebudayaan (culture, dan atau civilization).
Catatan 2 :
Dulu ada yang menjawab : bahwa kebudayaan sudah dimasukkan dalam Departemen/Menteri Negara Pariwisata dan Kebudayaan.
Jawaban Kami:
1. Kebudayaan dalam Menteri Negara Pariwisata dan Kebudayaan, adalah kebudayaan sebagai --- wujud budaya yang sudah ada, untuk dipasarkan bagi para turis/wisatawan sebagai industri pariwisata.
2. Sedangkan kebudayaan dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan adalah sebagai nilai dan isi yang menjadi Bagian dari tujuan pendidikan nasional untuk diwariskan, dikembangkan, ditingkatkan (kuantitas dan kualitasnya) yang pada gilirannya akan dipasarkan oleh Menteri Negara Pariwisata dan Kebudayaan sebagai industri Pariwisata.
Berdasarkan analisis rasional dan Normatif-Konstitusional, supaya NKRI tidak terasing dalam pergaulan Negara-negara di dunia modern, wajarlah nama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ditegakkan kembali!
Demi system kenegaraan yang bermartabat, hendaknya semua nama Departemen dalam NKRI sebagai cabinet setiap Lembaga Kepresidenan RI imperative ditetapkan dengan Undang-undang ---- jadi bukan menurut selera Tuan Presiden secara Subyektif!-----

IV. LANDASAN FISOLOSFIS-IDEOLOGIS DAN KONSTITUSIONAL SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIA RAYA
Amanat nasional demi tegaknya sistem pendidikan nasional Indonesia sebagaimana terumus dalam pembukaan UUD Proklamasi 45, yang diuraikan atas akan dilaksanakan dengan berbagai landasan dan pedoman berikut:
A. Landasan Filosofis-Ideologis dan Konstitusional
Meliputi, terutama: (1) Nilai filsafat pendidikan Pancasila; (2) UUD Proklamasi 45, terutama Pasal 31; (3) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; (4) Penjabaran UUD dan UU melalui: PP dan Kepment; (5) N-pedoman pelaksanaannya.
B. Asas-asas Kelembagaan Sistem Pendidikan Nasional
1. Asas Tripusat Kependidikan Indonesia: fungsionalisasi yang sinergis antar-lembaga kehidupan: keluarga (orang tua), lembaga pendidikan (sekolah pemerintah dan swasta); dan masyarakat.
2. Asas-asas proses kependidikan, yang secara normatif-praktis oelh pendidik dan tenaga profesional pengelola pendidikan, dengan menegakkan budaya dan moral asasi berikut:
(a) Asas cinta, dalam makna kasih sayang kepada siswa (anak didik, sebagai anak manusia, potensi generasi bangsa masa depan) sebagai subyek penerus regenerasi bangsa; (b) Asas penuh pengertian (understanding): orang tua dan guru wajib lebih memahami pribadi anak, potensi dan perasaannya. Karenanya, pelayanan didasarkan asas individual; (c) Asas kesabaran, mendidik dan membimbing dengan kesabaran,sesuai dengan kondisi dan potensi siswa; (d) Asas ketulusan (ikhlas), sebai sikap dan kepercayaan bahwa kerja yang tulus bernilai ibadah; (e) Asas pengabdian: Dr. Ki Hadjar Dewantara mengajarkan: Pendidik wajib mengabdi kepada sang anak!. Kita sebagai orang tua dan pendidik berkewajiban mengabdi kepada anak (yang tidak pernah minta untuk dilahirkan dan tidak mengerti dirinya dan tujuan hidupnya); (f) Asas kemandirian, niat dan motifasi pendidik, terutama orang tua terutama yang mengembangkan kemandirian kepada siswa; karenanya asa ini dikembangkan dan dibudidayakan.(g) Asas kekeluargaan; dilembaga pendidikan wajib dihayati sebagai statu wadah kekeluargaan, tempat hidup antar guru dan siswa dalam moral kekeluargaan (= sekolah adalah rumah kedua bagi siswa; dan guru adalah orang tua kedua bagi mereka).
C. Komponen Pelaksana Pendidikan dan Pengajaran
Sesuai dengan ketentuan berikut dan jabarannya, diamanatkan dan dipercayakan pelaksanaannya dengan berpedoman kepada: (1) UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional; (2) pencabaran UUD dan UU melalui: PP dan Kepment; (3) N-pedoman pelaksanaannya.
Oleh semua kompinen pelaksana di tingkat pusat dan daerah.

V. POLA DASAR PEMBELAJARAN BERKUALITAS
Berdasarkan asas bahwa ilmu pendidikan adalah ilmu normatif, demikian pula praktik mendidik berdasarkan asas normatif; terjabar dalam pembalajaran.
A. Landasan dan Tujuan Pendidikan Nasional
Dijiwai dan dilandasi Pancasila-UUD Proklamasi dan pedoman kepada UU No. 30 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, negara (in casu Departemen Pendidikan Nasional) melaksanakan amanat mencerdaskan kehidupan bangsa. Asas-asas pendidikan nasional: mulai asas tripusat pendidikan, tridharma Perguruan Tinggi dan pendidikan seumur hidup (life long education) menjadi budaya kerja fungsi kependidikan. Asas-asas demikian dijabarkan secara fungsional dengan konsisten (bukan: menciptakan ide baru tanpa bersumber asas-asas normatif-filosofis-idiologis dan konstitusional) yang diamanatkan NKRI.
Komponen fungsional pelaksanaan pendidikan nasional berdasarkan visi-misi nation and character building melalui upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, terutama:
B. Tujuan Pendidikan Nasional
Visi-misi nation and character building adalah jabatan dari amanat UUD, sebagai tersurat dalam penjelasan: “……mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budipekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita. Moral rakyat yang luhur”.
Kemudian, nilai fundamental dalam rumusan tujuan pendidikan nasional ini menjadi dasar dan kriteria SDM-berkualitas yang dikembangkan NKRI: sebagai integritas nilai moral, mental-nasional-kultural dan iptek. Asas dan wawasan demikian dijabarkan dan dikembangkan dalam kurikulum.
Secara normatif UU No. 20 tahun 2003 menetapkan:
“Bab II Dasar, Fungsi dan Tujuan
Pasal 3 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.”
Untuk mewujudkan nilai dan isi tujuan, dirumuskan kurikulum nasional (kurikulum dasar, kurikulum inti; kurikulum pokok dan kurikulum pelengkap)
MEMORANDUM
Wajib menjadi pusat perhatian semua komponen pelaksanaan visi-misi kependidikan: bahwa SDM = aset bangsa utama dan pertama (primer) sebagai subjek pemilik NKRI dan Nusantara Indonesia Raya, penegak kemerdekaan, kedaulatan dan martabat nasional sebagai sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.
Karenannya standar bermutu wajib sungguh-sungguh diperhatikan, sebagai integritas nilai berikut:
1. Mutu dalam bidang IPTEKS dan Budaya
2. Penghayatan dan pengamalan nilai-nilai sosio-budaya nasional dalam komunikasi budaya global dan universal untuk menjamin identitas, jatidiri dan integritas nasional.
3. integritas mental-moral dengan kebanggaan jatidiri nasional berdasarkan filsafat Pancasila (ideologi nasional yang dijiwai moral Ketuhanan yang Maha Esa (sebagai sistem filsafat Theisme-Religius) yang memancarkan integritas moral keagamaan!

C. Kurikulum dan Kelembagaan Pendidikan (Pendidikan Dasar --- Pendidikan Tinggi)
”Bab X Kurikulum
Pasal 36 (3) Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Persatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: (a) peningkatan iman dan taqwa; (b) peningkatan akhlaq mulia; (c) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; (d) keragaman potensi daerah dan lingkungan; (e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional; (f) tuntutan dunia kerja; (g) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (h) agama; (i) dinamika perkembangan global; dan (j) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Pasal 37 (1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: (a) Pendidikan agama; (b) pendidikan kewarganegaraan; (+ Pendidikan Filsafat Pancasila-UUD NKRI 1945), dari penyaji makalah! (c) bahasa; (d) matematika; (e) ilmu pengetahuan alam; (f) ilmu pengetahuan sosial; (g) seni dan budaya; (h) pendidikan jasmani dan olahraga; (i) ketrampilan/ kejuruan; dan (j) muatan lokal.

Catatan penyaji makalah:
1. kurikulum setiap lima tahun wajib dikembangkan (revisi, mengayaan) sesuai kemajuan dan penemuan IPTEKS dunia.
2. Konsekuensinya, perbukuannya (bahan ajar: untuk SD-SMP-SMA-SMK) juga wajib dikembangkan sejalan dengan perkembangan budaya IPTEKS dimaksud.
3. demikian pula komponen guru dan pendidik, berkewajiban mengikuti pendidikan lanjutan.
Kewajiban kelembagaan pendidikan (guru dan pengelola lainnya) mengupayakan pelaksanaannya yang memadai.
Jadi, tujuan ialah terminal pendidikan ... untuk selanjutnya manusia terdidik pada masing-masing jenjang diharapkan mampu: melanjutkan pendidikan dan atau mengabdi (bekerja), dalam proses pendidikan seumur hidup (life long education)!
D. Hukum, Kebijaksanaan dan Strategi, Program sebagai Pedoman Kerja
Memperhatikan UU No. 20 tahun 2003, berbagai pasal memerlukan jabaran sebagai pedoaman operasional: baik berwujud PP maupun keppres maupun kepmen dan ataupun kepmen, termasuk berbagai kebijakan (secara imperatif bersumber dari asas filosofis-ideologis-konstitusional; sebaliknya bila bertentangan = inkonstitusional).
Perhatikan berbagai PP dan RUU tentang penyelenggaraan pendidikan nasional amat konstroversial: misal PP No. 61 tahun 1999 tentang PTN sebagai BHMM; dan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar nasional pendidikan ( yang sekarang dilaksanakan oleh BSNP); kemudian ditingkatkan menjadi UU No. 9 tahun 2009 tentang BHP untuk semua kelembagaan pendidikan Indonesia --- yang menurut kami tidak bersumber dari filsafat pancasila-UUD Proklamsi 45---.
E. SDM dan Pengelola Pendidikan
Mulai tenaga kependidikan (guru TK, SD, SMP, SMA sampai PT) bersama tenaga profesional (berbagai program diploma); dan staf administrasi + tenaga teknis dengan Subyek pelaksana: sebagai tenaga profesional dan tenaga fungsional akademik
Perlu dikembangkan budaya MSDM-MIB bagi dosen pembina PTN atau PTS. Seyogyanya ada perhatian khsusus pemerintah untuk menjamin kesejahteraan mereka secara lebih adil ---dibandingkan dengan berbagai tenaga pada komponen lain: departemen keuangan: Pajak, Beacukai; BUMN; dsb---. Fenomena soal ekonomi dapat dirasakan sebagai diskriminatif, karenanya memprihatinkan ...... dan tidak memotifasi semangat kerja dan pengabdian bidang kependidikan..... (apalagi bial dibandingkan dengan beberapa negara: malaysia, jepang.....)
F. Pola Desain Pembelajaran Berkualitas
Dikembangkan pola dasar pembelajaran yang komunikatif-kontekstual-fungsional; dalam proses dialogis dan demokratis dengan memperhatikan tingkatan/ hierarkhi sumber nilai belajar mengajar secara universal; sampai bagaimana kesadaran hubungan guru dan siswa dapat dilukiskan dalam skema 5.
HIERARKHI SUMBER DAN TINGKAT IPTEKS
Maha Sumber Kebenaran dan ipteks sebagai karunia –
Hidayah ( hikmah ): supranatural – suprarasional – hakiki
1

Alam semesta dan hukum alam, lingkungan alam,
2. Sistem budaya, sistem kenegaraan,
Sebagai sumber primer;
( nilai alamiah – universal dan nasional )

Disiplin atau bidang ipteks, kepustakaan, dan
3 Dokumentasi, sebagai sumber sekunder;
( khasanah budaya & peradaban )

Cendekiawan, pakar dan narasumber sebagai
4 Sumber tertier; ( amanat cultural – moral )

Antarhubungan komunikatif dan demokratis
5 Antar subyek belajar ( siswa – guru )
Kondisi dan suasana kelembagaan
Kependidikan konvensional
( Fungsional kependidikan kekeluargaan )
Skema 5 (MNS, 1980; 2000)

Mohon perhatian isi nilai dan tingkatannya dalam proses mendidik dan pembelajaran; supaya guru sebagai pendidik menghayati kedudukan, fungsi dan kewajiban dirinya dengan asas Tut Wuri Handayani; bukan cenderung menunjukkan otoritas dan wibawa keguruannya! (Guru = digugu lan ditiru).
G. Media dan Sumber Belajar - Mengajar
Khasanah ipteks dapat ditransformasikan secara efektif melalui media dan sumber belajar mengajar yang memadai; buku, perpustakaan; laboratorium; teknologi; media komunikasi, audio visual-aids canggih; juga membudayakan reality based learning, dan ICT based learning dalam khasanah dan kualitas modern.
H. Dana dan Sarana
Dana dan sarana pendidikan adalah fasilitas pendukung primer, karenanya cukup prioritas dan mendesak demi terlaksananya fungsi kependidikan. (amanat UUD Pasal 31 wajib dilaksanakan secara bertahap) sebaliknya, UU BHP dan berbagai PP dapat tidak sesuai/bertentangan dengan isi amanat Pasal 31 seutuhnya; bahkan bertentangan dengan hak rakyat untuk mendapatkan pendidikan sebagaimana mestinya (sebagai diamanatkan Pembukaan UUD Proklamasi 45)!
1. Evaluasi (Ujian)
Sebagai proses dinamika dan promosi (kemajuan) siswa senantiasa ada proses evaluasi atau penilaian yang berkelanjutan. Sesungguhnya evaluasi yang valid banyak ditentukan faktor instrumen dan criteria norma tes dan dasar penilaian. Evaluasi dapat dilaksanakan efektif:
1. Evaluasi sehari-hari : baik oleh siswa sendiri (self evaluation), maupun oleh guru; atau siswa bersama guru.
2. Evaluasi berkala (semester) : evaluasi kumulatif.
3. Evaluasi kenaikan kelas : sebaiknya kenaikan progresif berkelanjutan (sesuai dengan kemampuan dan prestasi siswa).
4. Evaluasi akhir (sekarang : Ujian Nasional / UNAS) : sebaiknya dihentikan!
5. Evaluasi di lembaga PTN-PTS relatif akuntabel.
Catatan :
1. UNAS amat mahal dengan banyak mengorbankan siswa. Karena, dengan dasar mutu nasional (standar nasional, oleh BSPN) sesungguhnya sangat tidak adil. Sebab nusantara Indonesia yang amat luas (33 Provinsi, 455 Kabupaten/Kota) dengan jumlah siswa SD sekitar 35 juta; SMP 6 juta; dan SMA 5 juta; jumlah guru relative cukup---tanpa mahasiswa PTN-PTS---. Di daerah Jawa saja belum semua daerah atau desa tercukupi : guru, lokal, buku pelajaran dan sarana belajar-mengajar … bagaimana siswa dinilai dengan standar nasional?; padahal pelayanan hanya standar lokal!
Adil dan bijaksanakah Pemerintah menilai dan menguji dengan standar nasional! Saya berpendapat sungguh tidak adil (mungkin dzolim!)
Adalah tidak adil orang tua sebagai pendidik yang tidak mau mengerti kondisi dan perasaan anak didiknya, padahal mereka adalah generasi penerus masa depan.
Demikian pula untuk tingkat perguruan tinggi (PTN dan PTS) dengan data berikut :
2. Depdiknas mengelola PTN “hanya” sekitar 80 PTN; akan dijadikan BHMN yang mandiri ……… bermuara menjadi beban masyarakat!
3. Rakyat, masyarakat RI mengelola PTS 2500 dengan swadaya dan swadana masyarakat ……… yang termotivasi melaksanakan tripusat pendidikan, menegakkan kemitraan masyarakat dan negara (rakyat dan Pemerintah); …… ternyata negara (ic. Pemerintah, Depdiknas mau lepas tanggungjawab ……… supaya sepenuhnya swadaya dan swadana masyarakat atas nama kemandirian?).
Apakah ini ethis dan adil ……… ?
4. Meskipun kita diberi pedoman oleh Ditjen Dikti dengan Pedoman HELTS, namun pelaksanaannya juga belum memadai. Hendaknya Penguasa Depdiknas meningkatkan kesadaran kewajibannya demi masa depan bangsa. Tantangan ini menjadi mendesak bila kita membandingkan dengan kualitas : mulai HDI Indonesia sampai berbagai PTN terkemuka kita yang dinilai amat memprihatinkan.
5. Lebih adil dan lengkap bila kita bandingkan dengan income tenaga dosen dan Guru Besar di PTN! --- terhadap berbagai jabatan kelembagaan Negara, lebih-lebih pejabat berbagai Komisi Ad-Hoc dalam era reformasi!
PENUTUP
Kita percaya dengan menegakkan sistem kenegaraan Pancasila sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi 45, insya Allah NKRI tegak mengayomi seluruh rakyat dan nusantara dalam mencapai cita-cita nasionalnya.
Amanat mendidik anak sebagai generasi penerus adalah amanat alamiah (natural) dan cultural; bahkan konstitusional/kenegaraan dan moral; demi integritas dan martabat nasional masa depan bangsa dalam sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.
Semoga pokok-pokok pikiran di atas dapat menjadi renungan sekaligus sebagai bahan pertimbangan dan tantangan dalam melaksanakan amanat nasional: sebagai visi-misi Negara Proklamasi 45 yang terkandung dalam nilai : nation and character building!
Untuk memantapkan motivasi dan tekad bangsa, terutama para pendidik, cendekiawan, dan pemimpin nasional, kami lampirkan bagaimana tantangan abad XXI dalam dinamika globalisasi-liberalisasi dan postmodernisasi yang menggoda dan melanda dunia --- terutama bangsa dan Negara berkembang --- sebagai sasaran politik supremasi ideologi neo-liberalisme yang bermuara sebagai neo-imperialisme! Lebih memprihatinkan bahwa tantangan demikian sinergis dengan kebangkitan neo-PKI/KGB dalam era reformasi terhadap integritas NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.
Maknanya, apabila bangsa Indonesia terus mengalami degradasi nasional dan erosi ideologi Pancasila; bangsa Indonesia dapat mengalami degradasi jatidiri nasional; bahkan degradasi moral dan martabat nasional! --- menjadi SDM yang membudayakan : politik dan demokrasi liberal, atas nama kebebasa (= Liberalisme) dan HAM (yang hakekatnya = HAMPA); berpuncak dengan : materialisme-sekularisme-atheisme! Inilah wujud tragedi moral dan martabat kemanusiaan; bahkan tragedi peradaban!
Semoga uraian ringkas ini memberi pencerahan, wawasan dan cakrawala cultural, filosofis-ideologis dan moral-theisme-religious sebagai terkandung dalam filsafat Pancasila, dasar Negara Indonesia Raya.
Visi-misi pendidikan nasional adalah kubu dan benteng terpecaya untuk menghadapi tantangan demikian!
Malang, 27 Juni 2009
Laboratorium Pancasila Univ. Negeri Malang
Ketua,

Prof. Dr. Mohammad Noor Syam, SH
130220550
LAMPIRAN
Renungkan dan hayati bagaimana keunggulan sistem filsafat Pancasila sebagai bagian dari filsafat moral universal dunia yang integral dengan nilai-nilai religious yang bersumber dari Timur Tengah (Skema 6).


















SUMBER DAN PUSAT PERKEMBANGAN FILSAFAT
Pusat Pengembangan Ipteks dalam Wawasan Filsafat

O N T O L O G Y --- E P I S T E M O L O G Y --- A X I O L O G Y

S P A C E ( R U A N G ) d a n T I M E ( W A K T U )


















*) = Sumur madu peradaban umat manusia, dibandingkan:
Eropa: sebagai sumur susu peradaban

INTEGRITAS NASIONAL DAN NKRI
KEMERDEKAAN DAN KEDAULATAN (NASIONAL) INDONESIA RAYA

















*) = UUD 45 Amandemen = Presiden, MPR, DPR, DPD, MK, MA dan BPK (+ KY)
+ = UU No. 27 Tahun 1999 tentang Keamanan Negara (yang direvisi): teruatama Pasal 107a – 107f
Sebagai jabaran UUD 45 dan Tap MPRS No. XXV / MPRS / 1966 (karenanya dapat ditegakkan sebagaimana mestinya).

perpus mayak ponorogo's Fan Box

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates