Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

ALQUR'AN ONLINE

Kamis, 07 April 2011

PESANTREN TRADISIONAL DI TENGAH TANTANGAN MODERNISASI

PESANTREN TRADISIONAL DI TENGAH TANTANGAN MODERNISASI
Oleh: KH. Abdus Sami’ Hasyim.


A. PENDAHULUAN
Dunia pesantren adalah dunia yang mewarisi dan memelihara kontinuitas tradisi Islam yang dikembangkan ulama dari masa ke masa, dan hal tersebut tidak terbatas pada periode tertentu dalam sejarah Islam, karenanya tidak sulit bagi dunia pesantren untuk melakukan penyesuaian terhadap berbagai perubahan yang terjadi. Maka itu kemamupuan pesantren untuk tetap bertahan dalam setiap perubahan, bukan sekedar karena karakteristiknya yang khas, tetapi juga karena kemampuannya dalam melakukan perbaikan terus menerus secara otodidak.
Pondok Pesantren dalam proses pendidikannya lebih menitikberatkan pada ajaran Agama, tetapi pada perkembangannya sekarang pendapat ini sedikit berubah mengingat beberapa pesantren telah mencoba menerapkan system sekolah baik madrasah maupun diniyah yang juga mengajarkan ilmu umum. Serta telah dilengkapinya pendidikan dengan peralatan laiknya sekolah modern seperti adanya laboratorium, komputerisasi, dll sehingga lulusan pesantren diharapkan memiliki kualitas yang sama dengan lulusan sekolah biasa. Jenis pesantren ini disebut dengan pesantren modern yang beberapa kalangan menilai sebagai pesantren ideal.
Hanya saja, perkembangan pesantren kearah yang modern ini seringkali melupakan khittahnya sebagai basis Agama sehingga tak jarang pesantren yang telah menerapkan system modern (barat) ini seperti kehilangan ruh, nilai dan jiwa. Sehingga tak jarang lulusan dari pesantren masih berkepribadian dengan moral yang jauh dari harapan. Hal ini bisa disebabkan barangkali karena banyak santri yang masuk berasal dari golongan kaya yang notabene selalu bersikap mewah, tidak mandiri, dan individualis. Kumpulan santri yang mempunyai sifat sama ini kemudian sedikit banyak menggerus jiwa kesederhanaan, dan kemandirian pondok.

B. DINAMIKA PESANTREN
1. Pengertian Pondok Pesantren

Pondok pesantren adalah salah satu pendidikan Islam di Indonesia yang mempunyai ciri-ciri khas tersendiri. Definisi pesantren sendiri mempunyai pengertian yang bervariasi, tetapi pada hakekatnya mengandung pengertian yang sama.
Perkataan pesantren berasal dari bahasa sansekerta yang memperoleh wujud dan pengertian tersendiri dalam bahasa Indonesia. Asal kata san berarti orang baik (laki-laki) disambung tra berarti suka menolong, santra berarti orang baik baik yang suka menolong. Pesantren berarti tempat untuk membina manusia menjadi orang baik.
Sementara itu ada juga yang memberikan batasan pesantren sebagai gabungan dari berbagai kata pondok dan pesantren, istilah pesantren diangkat dari kata santri yang berarti murid atau santri yang berarti huruf sebab dalam pesantren inilah mula-mula santri mengenal huruf, sedang istilah pondok berasal dari kata funduk (dalam bahasa Arab) mempunyai arti rumah penginapan atau hotel. Akan tetapi pondok di Indonesia khususnya di pulau jawa lebih mirip dengan pemondokan dalam lingkungan padepokan, yaitu perumahan sederhana yang dipetak-petak dalam bentuk kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri.
Dalam catatan sejarah, Pondok Pesantren dikenal di Indonesia sejak zaman Walisongo. Ketika itu Sunan Ampel mendirikan sebuah padepokan di Ampel Surabaya dan menjadikannya pusat pendidikan di Jawa. Para santri yang berasal dari pulau Jawa datang untuk menuntut ilmu agama. Bahkan di antara para santri ada yang berasal dari Gowa dan Talo, Sulawesi.
Pesantren Ampel merupakan cikal bakal berdirinya pesantren-pesantren di Tanah Air. Sebab para santri setelah menyelesaikan studinya merasa berkewajiban mengamalkan ilmunya di daerahnya masing-masing. Maka didirikanlah pondok-pondok pesantren dengan mengikuti pada apa yang mereka dapatkan di Pesantren Ampel.
Kesederhanaan pesantren dahulu sangat terlihat, baik segi fisik bangunan, metode, bahan kajian dan perangkat belajar lainnya. Hal itu dilatarbelakangi kondisi masyarakat dan ekonomi yang ada pada waktu itu. Yang menjadi ciri khas dari lembaga ini adalah rasa keikhlasan yang dimiliki para santri dan sang Kyai. Hubungan mereka tidak hanya sekedar sebagai murid dan guru, tapi lebih seperti anak dan orang tua. Tidak heran bila santri merasa kerasan tinggal di pesantren walau dengan segala kesederhanaannya. Bentuk keikhlasan itu terlihat dengan tidak dipungutnya sejumlah bayaran tertentu dari para santri, mereka bersama-sama bertani atau berdagang dan hasilnya dipergunakan untuk kebutuhan hidup mereka dan pembiayaan fisik lembaga, seperti lampu, bangku belajar, tinta, tikar dan lain sebagainya.
Materi yang dikaji adalah ilmu-ilmu agama, seperti fiqih, nahwu, tafsir, tauhid, hadist dan lain-lain. Biasanya mereka mempergunakan rujukan kitab klasik atau yang dikenal dengan kitab kuning. Di antara kajian yang ada, materi nahwu dan fiqih mendapat porsi mayoritas. Hal itu karena mereka memandang bahwa ilmu nahwu adalah ilmu kunci. Seseorang tidak dapat membaca kitab kuning bila belum menguasai nahwu. Sedangkan materi fiqih karena dipandang sebagai ilmu yang banyak berhubungan dengan kebutuhan masyarakat (sosiologi). Tidak heran bila sebagian pakar meneyebut sistem pendidikan Islam pada pesantren dahulu umumnya berorientasi pada fiqih (fiqih orientied) atau berorientasi pada nahwu (nahwu orientied).
Masa pendidikan tidak tertentu, yaitu sesuai dengan keinginan santri atau keputusan sang Kyai bila dipandang santri telah cukup menempuh studi padanya. Biasanya sang Kyai menganjurkan santri tersebut untuk nyantri di tempat lain atau mengamalkan ilmunya di daerah masing-masing. Para santri yang tekun biasanya diberi “ijazah” dari sang Kyai.
Lokasi pesantren model dahulu tidaklah seperti yang ada kini. Ia lebih menyatu dengan masyarakat, tidak dibatasi pagar (komplek) dan para santri berbaur dengan masyarakat sekitar. Bentuk ini masih banyak ditemukan pada pesantren-pesantren kecil di desa-desa Banten, Madura dan sebagian Jawa Tengah dan Timur.
Pesantren dengan metode dan keadaan di atas kini telah mengalami reformasi, meski beberapa materi, metode dan sistem masih dipertahankan. Namun keadaan fisik bangunan dan masa studi telah terjadi pembenahan.

2. Komponen Pondok Pesantren
Secara umum pesantren memiliki komponen-komponen kyai, santri, masjid, pondok dan kitab kuning. Berikut ini pengertian dan fungsi masing-masing komponen. Sekaligus menunjukkan serta membedakannya dengan lembaga pendidikan lainnya, yaitu :
a. Pondok :
Definisi singkat istilah ‘pondok’ adalah tempat sederhana yang merupakan tempat tinggal kyai bersama para santrinya.
Salah satu niat pondok selain dari yang dimaksudkan sebagai tempat asrama para santri adalah sebagai tempat latihan bagi santri untuk mengembangkan ketrampilan kemandiriannya agar mereka siap hidup mandiri dalam masyarakat sesudah tamat dari pesantren.
Sistem asrama ini merupakan ciri khas tradisi pesantren yang membedakan sistem pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan Islam.
b. Masjid
Dalam konteks ini, masjid adalah sebagai pusat kegiatan amaliyah seperti ibadah dan belajar mengajar. Masjid yang merupakan unsur pokok kedua dari pesantren, disamping berfungsi sebagai tempat melakukan sholat berjamaah setiap waktu sholat, juga berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Biasanya waktu belajar mengajar berkaitan dengan waktu shalat berjamaah, baik sebelum maupun sesudahnya.
c. Santri
Santri merupakan unsur pokok dari suatu pesantren, tentang santri ini biasanya terdiri dari dua kelompok :
1. Santri mukim; ialah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam pondok pesantren.
2. Santri kalong (laju); ialah santri-santri yang berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren dan biasanya mereka tidak menetap dalam pesantren. Mereka pulang ke rumah masing-masing setiap selesai mengikuti suatu pelajaran di pesantren.
d. Kyai
Peran penting kyai dalam pendirian, pertumbuhan, perkembangan dan pengurusan sebuah pesantren berarti dia merupakan unsur yang paling esensial. Sebagai pemimpin pesantren, watak dan keberhasilan pesantren banyak bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karismatik dan wibawa, serta ketrampilan kyai. Dalam konteks ini, pribadi kyai sangat menentukan sebab dia adalah tokoh sentral dalam pesantren
e. Kitab-kitab Islam klasik
Unsur pokok lain yang cukup membedakan peantren dengan lembaga lainnya adalah bahwa pada pesantren diajarkan kitab-kitab Islam klasik atau yang sekarang terkenal dengan sebutan kitab kuning, yang dikarang oleh para ulama terdahulu, mengenai berbagai macam ilmu pengetahuan agama Islam dan bahasa Arab. Kitab-kitab yang merupakan warisan agung dari para ulama’ terdahulu tersebut terus dipertahankan dan dilestarikan.
Pelajaran dimulai dengan kitab-kitab yang sederhana, kemudian dilanjutkan dengan kitab-kitab tentang berbagai ilmu yang mendalam. Tingkatan suatu pesantren dan pengajarannya, biasanya diketahui dari jenis-jenis kitab-kitab yang diajarkan.
3. Tipologi Pondok Pesantren
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam mengalami perkembangan bentuk sesuai dengan perubahan zaman, terutama sekali adanya dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan bentuk pesantren bukan berarti sebagai pondok pesantren yang telah hilang kekhasannya. Dalam hal ini pondok pesantren tetap merupakan lembaga pendidikan Islam yang tumbuh dan berkembang dari masyarakat untuk masyarakat.
Secara faktual ada beberapa tipe pondok pesantren yang berkembang dalam masyarakat, yang meliputi:
a. Pondok Pesantren Tradisional (Salafiyah)
Pondok pesantren ini masih tetap mempertahankan bentuk aslinya dengan semata-mata mengajarkan kitab yang ditulis oleh ulama’ pada abad ke 15 M dengan menggunakan bahasa arab.
b. Pondok Pesantren Modern
Pondok pesantren ini merupakan pengembangan tipe pesantren karena orientasi belajaranny cenderung mengadopsi seluruh sistem belajar secara klasik dan meninggalkan sistem belajar tradisional. Penerapan sistem belajar modern ini terutama nempak pada bangunan kelas-kelas belajar baik dalam bentuk madrasah maupun sekolah.
Kurikulum yang dipakai adalah kurikulum sekolah atau madrasah yang berlaku secara nasional. Santrinya ada yang menetap ada yang tersebar di sekitar desa itu. Kedudukan para kyai sebagai koordinator pelaksana proses belajar mengajar langsung di kelas. Perbedaannya dengan sekolah dan madrasah terletak pada porsi pendidikan agama dan bahasa Arab lebih menonjol sebagai kurikulum lokal.
c. Pondok Pesantren Komprehensif
Sistem pesantren ini merupakan sistem pendidikan dan pengajaran gabungan antara yang tradisional dan yang modern. Artinya di dalamnya diterapkan pendidikan dan pengajaran kitab kuning dengan metode sorogan, bandongan dan wektonan, namun secara reguler sistem persekolahan terus dikembangkan. Bahkan pendidikan ketrampilan pun diaplikasikan sehingga menjadikannya berbeda dari tipologi kesatu dan kedua
4. Metode Pembelajaran Pesantren Salaf
Metode tradisional adalah berangkat dari pola pelajaran yang sangat sederhana dan sejak semula timbulnya, yakni pola pengajaran sorogan, bandongan dan wetonan dalam mengkaji kitab-kitab agama yang ditulis oleh para ulama’ pada zaman abad pertengahan dan kitab-kitab itu dikenal dengan istilah “kitab kuning”.
a. Metode Sorogan
Sorogan berasal dari kata sorog (bahasa jawa) yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan kitabnya dihadapan kyai atau pembantunya (badal, asisten Kyai). Sistem sorogan ini termasuk belajar secara individual, dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya. Sistem sorogan ini terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercitacita menjadi alim. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang santri dalam menguasai materi pembelajaran. Sorogan merupakan kegiatan pembelajaran bagi para santri yang lebih menitik beratkan pada pengembangan kemampuan perorangan (individual), di bawah bimbingan seorang Kyai atau ustadz. Pelaksanaannya, santri yang banyak itu datang bersama, kemudian mereka antri menunggu gilirannya masing-masing, sambil mempelajari materyang akan di soroggan. Dengan sistem pengajaran secara sorogan ini memungkinkan hubungan kyai dengan santri sangat dekat, sebab kyai dapat mengenal kemampuan pribadi santri secara satu satu persatu. Kitab yang disorogkan kepada kyai oleh santri yangsatu dengan santri yang lain tidak harus sama.
b. Metode Wetonan/bandongan
Istilah weton berasal dari kata wektu (bahasa jawa) yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut diberikan pada waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum dan atau sesudah melakukan shalat fardu. Metode weton ini merupakan metode kuliah, dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kyai yang menerangkan pelajaran, Santri menyimak kitab masing-masing dan membuat cacatan padanya. Istilah wetonan ini di Jawa Barat di sebut dengan bandongan. Tetapi sekarang ini banyak pesantren telah menggunakan metode pengajaran dengan memadukan antara model yang lama dengan model pengajaran yang modern yaitu dengan memadukan metode klasikal yang bertingkat.
c. Halaqah/Musyawarah
Halaqah, sistem ini merupakan kelompok kelas dari sistem bandongan. Halaqah yang arti bahasanya lingkaran murid, atau sekelompok siswa yang belajar di bawah bimbingan seorang guru atau belajar bersama dalam satu tempat.
Metode ini dimaksudkan sebagai penyajian bahan pelajaran dengan cara murid atau santri membahasnya bersama-sama melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau masalah tertentu yang ada dalam kitab kuning. Dalam metode ini, kiai atau guru bertindak sebagai “moderator”. Metode diskusi bertujuan agar murid atau santri aktif dalam belajar. Melalui metode ini, akan tumbuh dan berkembang pemikiran-pemikiran kritis, analitis, dan logis.
d. Hafalan/Tahfidz.
Metode hapalan yang diterapkan di pesantren-pesantren, umumnya dipakai untuk menghafal kitab-kitab tertentu, misalnya Alfiyah Ibn Malik. Metode hafalan juga sering diterapkan untuk pembelajaran al-Qur`an-Hadits. Dalam pembelajaran al-Qur'an metode ini biasa disebut metode Tahfizh al-Qur'an. Biasanya santri diberi tugas untuk mengh fal beberapa bait dari kitab alfiyah, dan setelah beberapa hari baru dibacakan di depan kyai/ustadnya. Dalam pengembangan metode Hafalan atau Tahfizh ini, pola penerapannya tidak hanya menekankan hafalan tekstual dengan berbagai variasinya, tetapi harus juga melibatkan atau menyentuh ranah yang lebih tinggi dari kemampuan belajar. Artinya, hafalan tidak saja merupakan kemampuan intelektual sebatas ingatan tetapi juga sampai kepada pemahaman, analisis, dan evaluasi. Bagaimanapun, hafalan sebagai metode pembelajaran maupun sebagai hasil belajar tidak dapat diremehkan, seperti yang sering terdengar dari pernyataanpernyataan sumbang para pengamat pembelajaran. Hafalan harus dipandang sebagai basis untuk mencapai kemampuan intelektuan yang lebih tinggi.
e. Bahtsul Masa’il
Suatu metode yang belajar untuk memecahkan masalah secara bersama-sama dalam bentuk diskusi. Masalah yang disikapi adalah masalah-masalah sosial apapun yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dan menuntut kejelasan hukum. Biasanya juga adalah masalah terkini yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Hal ini biasanya setiap peserta mencoba menjawab masalah yang sedang dibahas dengan menjadikan sumber dasar ajaran agama dan produk pemikiran ulama’ kontemporer sebagai rujukan/refrensi.
Hanya saja untuk santri di lingkungan pesantren, bahtsul masail menjadi media pembelajaran dan masuk dalam kegiatan ekstrakurikuler atau kegiatan ilmiah untuk memahami kitab-kitab kuning.
5. Peranan dan Fungsi Pesantren
Realitas menunjukkan bahwa perkembangan pesantren terus menapaki tangga kemajuan, ini terbukti di sebagian pesantren telah mengembangkan kelembagaannya dengan membuka sistem madrasah, sekolah umum, dan diantaranya ada juga yang membuka semacam lembaga pendidikan kejuruan seperti bidang pertanian, peternakan, teknik dan sebagainya.
Meskipun perjalanan pesantren mengalami adaptasi dan penyesuaian, pada tataran praktis pesantren tetap memiliki fungsi-fungsi sebagai:
a. Lembaga pendidikan yang melakukan transfer dan transformasi ilmu-ilmu agama (tafaqquh fid din) dan nilai-nilai Islam (Islamic values)
b. Lembaga keagamaan yang melakukan kontrol sosial (social control)
Agar masyarakat berperilaku sesuai dengan pedoman, pengendalian sosial merupakan mekanisme untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan mengarahkan anggota masyarakat untuk bertindak menurut norma-¬norma dan nilai-nilai yang telah melembaga.
Pengendalian sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Apabila pengendalian sosial tidak diterapkan, akan mudah terjadi penyimpangan sosial dan tindakan amoral lainnya. Dalam hal ini pesanren sebagai lembaga keagamaan berperan dalam kontrol sosial tersebut. Hal ini karena di daalm pesantren terdapat kyai yang ditokohkan oleh masyarakat yang dapat menjadi panutan bagi mereka.
c. Lembaga keagamaan yang melakukan rekayasa sosial (social engineering).
Sebagai lembaga keagamaan yang mempunyai peran dalam rekayasa sosial, pesantren berupaya untuk wujudnya kondisi sosial yang diharapkan. Keinginan untuk merancang kondisi sosial ini muncul ketika kondisi faktual berjalan tidak seperti apa yang diharapkan. Atau dalam kata lain terdapat gap antara kondisi yang diinginkan dengan kondisi yang ada.
Relevan dengan peran pesantren pada zamannya fungsi pesantren secara garis besar terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai:
a. Lembaga pendidikan
b. Lembaga sosial
c. Lembaga penyiaran agama.
6. Nilai-nilai yang Berkembang di Pesantren
a. Sikap Hormat dan Ta’dzim
Sikap horrnat, ta’dzim dan kepatuhan kepada kyai adalah salah satu nilai pertama yang ditanamkan pada setiap santri. Kepatuhan itu diperluas lagi, sehingga mencakup penghormatan kepada para ulama sebelumnya dan ulama yang mengarang kitab-kitab yang dipelajari.
b. Persaudaraan dan Kebersamaan
Dalam tradisi pesantren persaudaraan menjadi ruh yang mendasari seluruh kegiatan santri sehingga tercipta persaudaraan yang kokoh anatar semua keluarga pondok, tidak hanya di pondok saja bhakan ketika mereka sudah kembali ke pondok. Hal ini terlihat di antaranya dari antusias mereka dalam bersama-sama bergotong royong dalam membangun fisik pondok.
c. Keikhlasan
Dalam tradisi pesantren seorang kyai atau ustadz mengajarkan ilmu kepada santrinya dengan penuh ketekunan dan ketulusan, ia mengajar betul-betul tanpa pamrih. Dengan nilai inilah pesantren bisa menjadi rujukan untuk menuntut ilmu bagi siapapun, tanpa memandang status sosial, sehingga pesantren betul-betul dapat dinikmati oleh semua lapisan.
Jiwa keikhlasan ini akan melahirkan sebuah iklim yang sangat kondusif, harmonis disemua tingkat, dari tingkat atas sampai tingkat yang paling bawah sekalipun, suasana yang harmonis antara tiga unsur yang tidak terpisahkan, yaitu sosok Kyai yang penuh kharismatik dan disegani, para asatidz yang tak pernah bosan untuk membimbing dan santri yang penuh cinta, taat dan hormat. Jiwa dan sikap ini akan mencetak santri yang militan siap terjun berjuang di jalan Allah kapan saja dan dimana saja.
Keikhlasan memiliki nilai yang tinggi dalam pandangan agama islam. Jiwa ikhlas kyai dalam menegakkan agama serta keikhlasan yang ditanamkan pada jiwa santri menjadikan pesantren mampu melahirkan intelektual-intelektual muslim yang berakhlakl karimah.
d. Kesederhanaan
Ksederhanaan atau dalam istilah pesantren disebut tawassuth atau iqtishad. Nilai ini tampak dalam kehidupan sehari-hari kiai dan santri-santrinya. Mereka menggunakan segala sesuatu dengan sederhana dan apa adanya.
Kesederhanaan menjadi nilai dasar pesantren, karena dengan sikap inilah kecemberuan sosial yang bersifat material bisa dikikis habis. Kesederhanaan di sini meliputi kesederhanaan dalam pola hidup, pola pikir, pola perasaan, pola perilaku.
Dibalik kesederhanaan itu akan terpancar jiwa besar, berani maju dan pantang mundur dalam segala kondisi sesulit apapun, bahkan pada jiwa kesederhanaan inilah hidup dan tumbuhnya mental dan karakter yang kuat sebagai syarat mutlak untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dalam semua ruang lingkup kehidupan. Sikap sederhana inilah yang menjiwai pesantren sehingga eksis hingga kini.
e. Nilai Kemandirian
Baik santri maupun pihak pesantren memiliki jiwa kemandirian dalam kehidupannya, sehingga santri tidak cengeng, dan bisa berkembang menjadi pribadi yang tangguh dan tidak mudah menyerah.
f. Nilai Keteladanan
Nilai keteladanan memberikan pengaruh yang besar terhadap keberhasilan di pesantren. Kyai merupakan teladan bagi para santri begitu pula santri saling meneladani antara satu dengan yang lainnya. Sehingga pesantren sebagai lembaga pendidikan agama lebih mudah dalam mewujudkan santri yang berakhlak mulia. Hal ini dikarenakan adanya konsep bahwa mengamalkan ilmu adalah hal yang wajib setelah ilmu itu sendiri.

C. PESANTREN SALAFI DI TENGAH TANTANGAN MODERNISASI

1. Pesantren Di Tengah Globalisasi dan Modernisasi
Globalisasi dan Modernisasi adalah dua sisi dari satu mata uang, Ia juga menawarkan sebuah pilihan yang ambivalen, satu sisi membawa kebaikan kalau mamang kita siap, dan mungkin juga membawa petaka kalau kita gagap. Globalisasi juga menawarkan berbagaai macam pilihan bisa menguntungkan juga bisa membahayakan. Globalisasi adalah sebuah keniscayaan yang nyata yang mau tak mau akan kita hadapi bersama, Ia tak terelakkan.
Menghadapi tantangan ini pesantren dituntut untuk bertindak bijak. Kalau serta merta menolak globalisasi dengan melestarikan kostruksi lama dan tidak mau melihat sesuatu yang baru sangat jelas ini akan merugikan pesantren di kemudian hari, karena orang moderen sebagai mana disebutkan di atas lebih memenitingkan nilai-nilai instrumental.
2. Upaya Mempertahankan Sistem Pesantren
Mengikuti perkembangan zaman akhir-akhir ini pesantren telah membuka diri. Jika dahulu pesantren hanya sebagai tempat mengaji ilmu agama melalui sistem sorogan, wetonan, dan bandongan, maka saat ini telah membuka pendikan sistem klasikal dan bahkan program baru yang berwajah modern dan formal seperti madrasah, sekolah, dan bahkan universitas. Sekalipun pendidikan modern telah masuk ke pesantren, akan tetapi tidak boleh menggeser tradisinya, yakni gaya kepesantrenan. Sebaliknya, kehadiran lembaga pendidikan formal ke dalam pesantren dimaksudkan untuk memperkokoh tradisi yang sudah ada, yaitu pendidikan model pesantren. Adaptasi adalah suatu bentuk keniscayaan tanpa menghilangkan ciri khas yang dimiliki pesantren (al-muhâfazhah `ala al-qadîm as-shâlih wa al-akhdzu bi al-jadîd al-ashlah).
Tradisi yang dimaksud untuk selalu dipertahankan oleh pesantren adalah pengajaran agama secara utuh. Pendidikan pesantren sejak awal memang bukan dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga kerja terampil pada sektor-sektor modern sebagaimana diangankan sekolah dan universitas pada umumnya. Melainkan diorientasikan kepada bagaimana para santri dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam secara baik. Pendidikan pesantren adalah pendidikan Islam yang berusaha mengantarkan para santri menjadi alim dan shalih, bukan menjadi pegawai atau pejabat.
Dalam perkembangannya ke depan, yang harus selalu diingat adalah bahwa pesantren harus tetap menjadi ‘rumah’ dalam mengembangkan pertahanan mental spiritual sesuai dengan perkembangan jaman dan tuntutan masa. Selain itu, ilmu yang diajarkan di pesantren harus memiliki pola perpaduan (umum-agama) yang dilandasi karakteristik keilmuan Islam , diantaranya bersumber dari Allah SWT, bersifat duniawi dan ukhrawi, berlaku umum untuk semua komunitas manusia, realistis, dan terpadu (integral); artinya tidak membeda-bedakan pada dimensi keilmuannya, serta universal sehingga dapat melahirkan konsep-konsep keilmuwan di segala bidang dan semua kebutuhan manusia. Dan, yang tak kalah pentingnya adalah pesantren, yang merupakan pendidikan berbasis agama (Islam), harus mampu memaksimalkan aspek da’wah karena da’wah merupakan bagian dari Islam dan tidak bisa dipisahkan dengan ilmu-ilmu keislaman.

D. PENGALAMAN PONDOK PESANTREN DARUL HUDA
1. Sejarah Pondok
Pondok Pesantren Darul Huda merupakan salah satu dari sekian banyak pondok pesantren yang ada di Kabupaten Ponorogo, berdiri sejak tahun 1968 Oleh K.H. Hasyim Sholeh. Pada awalnya berdirinya mempunyai pengertian yang sederhana sekali yaitu sebagai tempat pendidikan yang mempelajari pengetahuan agama islam di bawah bimbingan seorang guru atau Kyai. Sejalan dengan perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat dewasa ini, lembaga pendidikan Pondok Pesantren masih tetap bertahan di dalam pendidikan modern, bahkan semakin eksis berkembang sedemikian rupa baik jumlah santrinya, tujuannya, maupun sistem pendidikan yang diselenggarakannya.
Belajar dari pengalaman bahwa banyak pondok pesantren yang termasyhur tetapi kemudian tenggelam setelah meninggalnya Pengasuh, maka menurut pengalaman KH. Hasyim Sholeh pelimpahan tanggung jawab mengasuh pesantren turun temurun lewat garis ahli waris adalah penyebab masalah tersebut. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kelangsungan hidup Pondok Pesantren Darul Huda, sejak tahun 1984 sistem ahli waris di Pondok Pesantren Darul Huda dihapus dan diganti dengan pengelolaan Yayasan. Dengan dikelolanya Pondok Pesantren Darul Huda dalam sebuah payung yayasan maka tidak lagi menjadi milik pribadi Kyai tetapi milik seluruh umat Islam. Selanjutnya kaderisasi tidak hanya terbatas pada sistem keluarga semata, tetapi berdasarkan kemampuan serta bakat dan minat.
Pondok Pesantren Darul Huda terus berevolusi secara bertahap baik dalam perkembangan sistem pendidikan maupun perkembangan sarana fisiknya. Perubahan serta pembaharuan yang dilakukan Pondok Pesantren Darul Huda semakin cepat terutama setelah dibukanya lembaga baru pada tahun 1989. Hal tersebut dimaksudkan sebagai kesiapan pesantren dalam menghadapi tantangan dan tuntutan zaman yang semakin kompleks. Karena itu, demi kelangsungan pada masa- masa yang akan datang dibutuhkan persiapan yang lebih matang.
Sesuai dengan orientasi Pondok Pesantren Darul Huda yaitu pemasyarakatan, maka pembinaan dan perbekalan yang diberikan kepada santri difokuskan pada masalah- masalah kemasyarakatan dengan harapan semoga mereka yang telah menyelesaikan pendidikan di Pondok Pesantren
Darul Huda mau berjuang ditengah- tengah masyarakat dengan segala kemampuan yang dimilikinya.

2. Dasar- Dasar Dan Tujuan Pendidikan
Dasar Pondok Pesantren Darul Huda yang menganut sistem Salafiyah Haditsah adalah ِا Al-muhâfazhah `ala al-qadîm as-shâlih wa al-akhdzu bi al-jadîd al-ashlah artinya melestarikan metode yang lama yang baik dan mengambil metode baru yang lebih baik. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai oleh Pondok Pesantren Darul Huda adalah mendidik santri supaya berilmu, beramal, dan bertaqwa yang dilandasi dengan akhlakul karimah.
3. Sistem Pendidikan
Pondok pesantren Darul Huda sejak awal berdirinya memegang teguh sistem pendidikan salaf (Tradisional) sebagaimana pondok salaf pada umumnya. Pada awal mula berdirinya pondok pesantren Darul Huda hanya mengajarkan kitab-kitab klasik warisan para auliya terdahulu. Metode pembelajarnnyapun masih sebatas pada metode pembelajaran salaf, yaitu metode sorogan dan wekton. Bahkan para santri pada saat itu masih belum terfokus pada belajar, tapi mereka sambil nyambi bekerja guna mencukupi kebutuhan sehari-hari di pondok.
Seiring dengan perkembangan zaman yang dihadapkan pada tantangan modernisasi dan globalisasi yang terus melaju, maka Pondok Pesantren Darul Huda berupaya untuk beradaptasi. Pengembangan dan inovasi pada berbagai komponen di Pondok Pesantren Darul Huda terus di lakukan sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Mulai dari sistem pedidikan hingga tingkat manajemen kepemimpinannya.
Pengembangan dan inovasi yang dilakukan tidak berarti berupaya melemahkan nilai-nilai dan sistem pendidikan tradisional yang sejak awal dianutnya, tapi justru sebagai usaha mempertahankan dan mengukuhkannya.
Dengan berpedoman pada qaidah “Al-muhâfazhah `ala al-qadîm as-shâlih wa al-akhdzu bi al-jadîd al-ashlah” Darul Huda terus berusaha untuk memegang prisip-prisip pendidikan tradisional (salaf) sebagai model pendidikan asli dan khas di Indonesia. Dan berlandaskan pada qaidah ini pula Darul Huda mengepakkan sayapnya dalam rangka mewujudkan sebuah lembaga pendidikan alternatif yang mempertahankan tradisi dan nilai salaf (tradsional) nya dan tetap mapu bertahan di tengah tantangan globalisasi dan modernisasi yang menggiurkan.
Salah satu wujud dari upaya pengembangan tersebut adalah diselenggarakannya pendidikan formal dengan mengacu pada kurikulum DEPAG. Maka pada tahun 1989 dibukalah Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Darul Huda.
Dengan dibukanya lembaga pendidikan baru ini diharapkan mampu memberikan nilai tambah bagi sistem yang diterapkan di Darul Huda, dan bukan sebaliknya. Karena, diakui maupun tidak, pesantren dengan sistem yang justru dianggap tradisional (kuno) telah mampu melahirkan intelektual-intelektual muslim yang hingga di zaman serba modern ini nama mereka tetap harum. Sebuah sytem pendidikan unik nan tradisionil yang hampir tidak ada bandingannya di negeri asalnya ini. Sehingga dengan bahasa lain dapat dikatakan bahwa kehadiran dua lembaga formal yang termasuk pada kategori sistem modern tersebut adalah sebagai upaya adaptasi, sehingga sistem tradisional yang ada dapat dipertahankan dan diterima oleh masyarakat serta tidak dipandang sebelah mata.
4. Visi Dan Misi
Visi pondok pesantren Darul Huda adalah berilmu, beramal dan bertaqwa dengan dilandasi akhlaqul karimah.
Misi Pondok Pesantren Darul Huda adalah: Menumbuhkan budaya ilmu, amal dan Taqwa diserta Akhlaqul karimah pada jiwa santri dalam pengabdiannya dalam Agama dan masyarakat Menumbuhkan budaya ilmu, amal dan Taqwa diserta Akhlaqul karimah pada jiwa santri dalam pengabdiannya dalam Agama dan masyarakat
5. Lembaga Pendidikan
a. Pondok Putra dan Putri
Sistem pendidikan di Darul Huda melalui lembaga ini adalah pedidikan melaui sistem tradisional. Santri mendapat pendidikan melaui pembiasaan keseharian. Rutinitas santri di asrama secara umum diatur oleh ketentuan yang berlaku di pondok, kehidupan santri di pondok tidak lepas dari aturan pondok. Secara umum prinsip pendidikan di asrama dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Dengan prisip berilmu, beramal, bertaqwa, dan berakhlakul karimah, pendidikan di Darul Huda tidak hanya diarahkan pada penguasaan ilmu belaka, akan tetapi lebih dari itu membing santri dalam mengamalkan segala ilmu yang diperoleh, sehingga dapat memiliki jiwa taqwa yang selanjutnya pasti akan melahirkan akhlaqul karimah. Itulah sebabnya Darul Huda lebih menekankan pada proses perolehan ilmu yang bermanfaat dari pada ilmu itu sendiri. Sehingga Darul Huda masih memegang erat nilai-nilai yang terkandung dalam kitab Ta’limul Muta’allim.
2. Kedhidupan santri di pondok dibimbing oleh pengurus sebagai kepanjangan tangan dari pengasuh yang dilanjutkan oleh santri senior yang disebut dengan “Bapak Kamar” atau “Musyrif”
3. Dalam menjalankan kehidupan di pondok, santri terikat oleh seperangkat aturan sebagai sarana mendidik mental mereka sehingga memiliki jiwa yang taqwa dan berakhlakul karimah. Selain itu juga aturan-aturan tersebut sebagai sarana riyadlah santri. Sehingga dapat dikatakan bahwa salah satu riydlah santri adalah “menaati peraturan”.
4. Dalam rangka meningkatkan kualitas spiritual santri mereka diwajibkan menjalankan ibadah yang menjadi rutinitas di pondok, diantaranya:
a. Shalat Jamaah beserta wiridnya sebagai rutinitas harian.
b. Mujahadah dan zyarah Auliya’ sebagai rutinitas bulanan dan tahunan.
c. Dzibaan dan membaca aurad burdah sebagai rutinitas mingguan
d. Khataman al Qur’an sebagai rutinitas bulanan
5. Pendalaman kitab kuning melalui sistem:
a. Sorogan
Sistem sorogan yang diterapkan di pondok pesantren Darul Huda adalah sistem “santri aktif”. Santri membaca dihadapan ustadz, kemudian ustadz menanyakan beberapa persoalan yang berkaitan dengan materi yang telah dibaca. Secara yang dikaji dengan melalui sistem sorogan adalah al Qur’an bagi pemula dan kitab bagi santri lanjutan. Kitab yang dikaji melalui metode ini adalah Safinatunnaja (menekankan pada pemahaman nahwu sharaf), Sulam Taufiq (menekankan pada pemahaman teks) dan Fathul Qorib (menekankan pada pemahaman teks dan masail waq’iyyah).
Selain sebagai sarana untuk mendalami kitab kuning, kegiatan sorogan juga dijadikan sebagai wahana pembinaan akhlaq santri oleh ustadz pembimbingnya masing-masing. Kegiatan ini dilaksanakan empat malam dalam satu minggu.
b. Wekton
Sistem wekton yang diterapkan adalah sistem kuliah, dimana ustadz membacakan kitab sementara santri memberikan ma’na pada kitab yang dikaji dan mencatat beberapa keterangan yang diperlukan. Sistem wekton yang ditapkan dapat dibedakan ke dalam beberapa kegiatan, yaitu: (1) Wekton setelah shalat (subuh, dzuhur dan isya’), (2) pengajian kilat pada waktu tertentu dan (3) pengajian pondok Romadlon. Di antara kitab yang dikaji dalam kegiatan wekton harian adalah: Tafsir Jalalain, Shahih Bukhori, Sirojut Thalibi, Tanbihul Ghafilin, dll.
c. Takror
Istilah takror digunakan oleh Darul Huda sebagai penyebutan sebuah kegiatan musyawarah santri guna membahas pelajaran yang diperoleh di Madrasah Diniyah. Kegiatan ini selain sebagai sarana mengulang pelajaran yang telah diajarkan juga melatih santri untuk kritis dalam belajar. Dengan kegiatan ini pula santri senior mendapatkan kesempatan untuk membimbing adik-adiknya..
d. Syawir
Syawir adalah kegiatan musyawarah bagi santri tingkat mahasiswa guna membahas kitab-kitab tertentu. Kegiatan ini berguna untuk melatih santri tingkat mahasiswa untuk berjiwa kritis terutama dalam mendalami Fiqih dan ilmu alat (Nahwu dan Shorof).
e. Bahtsul Kitab (Bedah Kitab)
Bahtsul Kitab adalah kegiatan pengkajian suatu kitab secara global agar kandungannya dapat segera dimengerti dan diterapkan oleh santri tanpa melaui proses yang ketat dan akurat. Selain itu juga kegiatan ini dimaksudkan untuk memberiakan informasi lebih dalam perihal kitab yang dikaji sehingga dapat memberikan motovasi yang besar kepada santri agar kedepan mereka mengkajinya secara mendalam, ketat dan akurat.
f. Bahtsul Masail
Bahstul Masail diselenggarakan guna membahas persoalan-persoalan kekinian untuk diketahui setatus hukumnya dan sekaligus landasan hukumnya.
6. Pengembangan bagasa Arab dan Ingris melalui pembinaan asrama bahasa.
7. Peningkatan kreativitas santri melaui kegiatan-kegiatan di luar kegiartan pokok, di antaranya: kaligrafi, hadrah, qiro’ah, olah raga, muhadlarah, berbagai pelatihan maupun seminar, dll.
b. Madrasah Diniyah “Miftahul Huda”
Madrasah Miftahul Huda yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan MMH, adalah merupakan realisasi dari pola pendidikan di pondok pesantren Darul Huda, ‘ala nahjis salafiyah haditsah dengan motto : Al Muhafadzatu Ala al Qadim ash Shalih wa Al Akhdzu bil Jadid Al Ashlah (Melestarikan hal-hal lama yang baik dan mengembangkan hal-hal baru yang lebih baik dan bermanfaaat) dengan melalui pembelajaran kitab-kitab kuning mu’tabaroh hasil ijtihad ulama-ulama besar islam, dengan tujuan untuk menjaga warisan dan kesinambungan kekayaan khazanah intelektual islam yang diwarisakn secara terus menrus dari generasi ke generasi.
MMH yang merupakan cikal bakal pondok pesantren Darul Huda pada mulanya berbentuk madrasah diniyah sederhana yang santrinya adalah warga mayak dan sekitarnya. Baru kemudian setelah tahun 1968 dengan manajemen yang modern mengalami perkembangan pesat sampai sekarang. Dan oleh sebab itulah santri yang mondok di Darul Huda, maka wajib menempuh sekolah di MMH, berbeda dengan MA/MTs “ Darul Huda “.
Sejarah telah mencatat bahwa pada awal berdirinya, jenjang pendidikan di MMH sangat lama tidak jauh berbeda dengan pendidikan di pondok-pondok salaf pada umumnya yakni :
1. Tingkan sekolah persiapan ( SP ) : selama 2 tahun
2. Tingkat Tsanawiyah : selama 3 tahun
3. tingkat Aliyah : selama 3 tahun
Dengan demikian santri baru bisa tamat/lulus di MMH harus menempuh pendidikan selama 8 tahun. Seiring dengan perkembangan zaman yang terus menuntut adanya perubahan, maka pada tahun ajaran 2009/2000 pola pendidikan di MMH juga mengalami perubahan menjadi 6 tahun dengan kelas tambahan berupa :
1. Kelas Exsperimen diperuntukkan bagi siswa MA/sederajat yang sudah memiliki kemampuan membaca kitab kuning ( sudah pernah sekolah diniyah sebelumnya )
2. Kelas SP ( sekolah persiapan ) yang diperuntukkan bagi mereka yang belum pernah / belum bisa membaca serta tulis menulis Arab.
Setelah 6 tahun kemudian dilanjutkan dengan program Takhasus (pendalaman kitab-kitab kuning ) selama 2 tahun. Namun perubahan pola itu tidak mengurangi kualitas pendidikan madrasah yang diberikan pada tahun-tahun sebelumnya.
Perubahan pola pendidikan tersebut terjadi dengan semakin pesatnya perkembangan jumlah santri di pondok DARUL HUDA yang umumnya setingkat MTs / MA ” DARUL HUDA ” yang ketika mereka sudah lulus, akan tetapi di MMH-nya belum lulus dengan lama pendidikan selama 8 tahun. dengan perubahan tersebut diharapkan santri ketika 6 tahun di MTs / MA ” DARUL HUDA ” juga bisa menamatkan pendidikan di MMH, sehingga di harapkan lulusan pondok pesantren ” DARUL HUDA ” merupakan lulusan siap pakai dan bisa mewarnai masyarakatnya dengan bekal ilmu yang didapat baik ilmu umum maupun ilmu agama. Dan disinilah nilai plus pondok pesantren ” Darul Huda ” dibandingkan dengan lainnya.
Selain mengajarkan kitab-kitab klasi, MMH juga memberikan pelatihan keorganisasian melalui “Himpunan Murid Miftahul Huda (HIMMAH)” dan “Ikatan Santri Tahkassus(IKHSANT) dan berbagai pelatihan yang lain guna menunjang dan menuntaskan mata pelajaran di MMH seperti, pelatihan manasik haji, pelatihan tajhiz janazah, Fiqhun Nisa’, Bahtsul Kutub, dll.
c. Madarasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah
Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah Darul Huda adalah dua lembaga yang berbeda yang keduanya sama-sama berada di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Darul. Lembaga ini merupakan lembaga pendidikan dengan sistem moderen. Kurikulum yang diterapkan pun mengacu pada DEPAG. Keberadan MTs Darul Huda diharapkan mampu mengiringi sekaligus melengkapi sytem tradisional yang sejak awal dianut oleh Darul Huda. Segala pelajaran yang diberikan di MTs Darul Huda diharapkan juga mampu mewujudkan santri yang bertaqwa dan berakhlakul karimah. Sistem pendidikannya yang moderen diharapkan tidak hanya mampu mendidik santri pada ranah kognitif saja (sebagaimana yang dialami kebanyakan lembaga pendidikan formal) tapi juga pada ranahafektif dan psikomotorik. sehingga mampu melahirkan insan kamil.
Materi pelajaran yang bersifat umum diharapkan mampu diarahkan pada upaya memperkokoh keimanan santri seperti lebih mengarahkannya sebagai sarana tafakkur fi khalqillah dari pada sebagai sarana mengisi daftar nilai.

E. PENUTUP
Betapapun pesantren berkembang dengan segala bentuknya masing, namun upaya mempertahankan tradisi salafiyah hendaklah terus dilakukan. Pengaruh globalisasi dan modernisasi yang merajalela hendaklah disikapi dengan bijak, karena tanpa adanya mawas diri dengan perkembangan yang ada dikhawatirkan akan melunturkan kemurnian prinsip pesantren sebagai lembaga pendidikan yang telah diwariskan oleh para wali songo dan ulam’ terdahulu. Namun demikian tidak pula tepat pesantren menutup mata dengan perkembangan tersebut.


BAHAN BACAAN:
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kiai, Jakarta, LP3ES,1984
Haedari, Amin, Drs, M.Pd, H, dan El Saha, Ishom, MA, Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah,Jakarta, Diva Pustaka, 2006.
Tim Penyusun, Bunga Rampai Pesantren: Kumpulan Tulisan dan Karangan Abdul Rahman Wahid, Jakarta, CV. Dharma Bhakti, 1399 H.
Haedari, Amin, Drs, M.Pd, H, Panorama Pesantren dalam Cakrawala Modern, Jakarta, Diva Pustaka,2004.

Kamis, 23 Desember 2010

ILMU HADITS

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Umat Islam mengalami kemajuan pada zaman kalsik (650-1250). Dalam sejarah, puncak kemajuan ini terjadi pada sekitar tahun 650-1000 M. Pada masa ini telah hidup ulama besar, yang tidak sedikit jumlahnya, baik di bidang tafsir, hadits, fiqih, ilmu kalam, filsafat, tasawuf, sejarah maupun bidang pengetahuan lainnya . Berdasarkan bukti histories ini menggambarka bahwa periwayatan dan perkembangan pengetahuan hadits berjalan seiirng dengan perkembangan pengetahuan lainnya.
Menatap prespektif keilmuan hadis, sungguh pun ajaran hadis telah ikut mendorong kemajuan umat Islam. Sebab hadits Nabi, sebagaimana halnya Al-Qur’an telah memerintahkan orang-orang beriman menuntut pengetahuan. Dengan demikian prespektif keilmuan hadits, justru menyebabkan kemajuan umat Islam. Bahkan suatu kenyataan yang tidak boleh luput dari perhatian, adalah sebab-sebab dimana al-Qur’an diturunkan. Bertolak dari kenyataan ini, Prof. A. Mukti Ali menyebutkan sebagai metode pemahaman terhadap suatu kepercayaan, ajaran atau kejadian dengan melihatnya sebagai suatu kenyataan yang mempunyai kesatuan mutlak dengan waktu, temapat, kebudayaan, golongan dan lingkungan dimana kepercayaan, ajaran dan kejadian itu muncul. Dalam dunia pengetahuan tentang agama Islam, sebenarnya benih metode sosio-historis telah ada pengikutsertaan pengetahuan asbab al nuul (sebab-sebab wahyu diturunakan) untuk memahami al-Qur’an, dan asbab al-wurud (sebab-sebab hadits diucapkan) untuk memahami al-Sunnah.
Meskipun asbab al-Nuzul dan asbab al –Wurud terbatas pada peristiwa dan pertanyaan yang mendahului nuzul (turun) Al-Qur’an dan wurud (disampaikannya) hadits, tetapi kenyataannya justru tercipta suasana keilmuan pada hadits Nabi SAW. Tak heran jika pada saat ini muncul berbagai ilmu hadits serta cabang-cabangnya untuk memahami hadits Nabi, sehingga As-Sunnah sebagai sumber hukum Islam yang kedua dapat dipahami serta diamalkan oleh umat Islam sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Rasulullah.
B. TUJUAN PEMBAHASAN
Adapun tujuan pembahasan makalah ini adalah:
1. mengetahui definisi ilmu hadits
2. mengetahui cabang-cabang ilmu hadits serta penjelasannya
3. mengetahui kegunaan mempelajari ilmu-ilmu hadits
4. mengetahui otentitas hadits

C. RUMUSAN MASALAH
Adapun batasan-batasan masalah atau batasan pembahasan makalah ini adalah:
1. Apa definisi ilmu hadits?
2. Apa saja cabang-cabang ilmu hadits itu?
3. Apa saja kegunaan mempelajari ilmu hadits
4. bagaimana otentitas hadits Nabi?


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ILMU HADITS
Ilmu hadits adalah ilmu yang membahas kaidah-kaidah untuk mengetahui kedudukan sanad dan matan, apakah diterima atau ditolak. Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, ilmu hadits, yakni illmu yang berpautan dengan hadits, banyak ragam macamnya.
Sebagai diketahui, banyak istilah untuk menyebut nama-nama hadits sesuai dengan fungsinya dalam menetapkan syariat Islam. Ada hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dhoif. Masing-masing memiliki persyaratannya sendiri-sendiri. Persyaratan itu ada yang berkaitan dengan persambungan sanad, kualitas para periwayat yang dilalui hadits, dan ada pula yang berkaitan dengan kandungan hadits itu sendiri. Maka persoalan yang ada dalam ilmu hadits ada 2. Pertama berkaitan dengan sanad, kedua berkaitan dengan matan. Ilmu yang berkaitan dengan sanad akan mengantar kita menelusuri apakah sebuah hadits itu bersambung sanadnya atau tidak, dan apakah para periwayat hadits yang dicantumkan di dalam sanad hadits itu orang-orang terpercaya atau tidak. Adapun ilmu yang berkaitan denga matan akan membantu kita mempersoalkan dan akhirnya mengetahui apakah informasi yang terkandung di dalamnya berasal dari Nabi atau tidak. Misalnya, apakah kandungan hadits bertentangan dengan dalil lain atau tidak.

B. CABANG-CABANG ILMU HADITS
Menurut Dr. Mustofa As-Siba’i bahwa terdapat disiplin ilmu yang lain dalam kajian tentang sunnah beserta penuturannya,pembelaannya, dan penelitian pangkall dan sumbernya. Abu ‘Abdullah Al-Hakim dalam kitabnya Ma’rifatul ‘Ulum Al-Hadits, merinci disiplin ini menjadi lima puluh dua bagian, dan al-Nawawi dalam kitabnya al-Taqrib, merincinya menjadi enam puluh lima bagian.
Menurut Anwar dalam bukunya Ilmu Mushthalah Hadits, dijelaskan bahwa ilmu hadits dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Ilmu Dirayatul Hadits, atau Ilmu Ushulur Riwayah dan disebut juga dengan Ilmu Musthalah Hadits
Menurut kata sebagian ulama Tahqiq, Ilmu Dirayatul Hadits adalah ilmu yang membahas cara kelakuan persambungan hadits kepada Shahibur Risalah, junjungan kita Muhammad SAW dari sikap perawinya, mengenai kekuatan hafalan dan keadilan mereka, dan dari segi keadaan sanad, putus dan bersambungnya, dan yang sepertinya.
Muhammad Abu Zahwu dalam kitabnya Al-Haditsu wal Muhadditsun, memberikan definisi Ilmu Ushulur Riwayah atau Ilmu Riwayatul Hadits adalah ilmu yang membahas tentang hakikat periwayatan, syarat-syaratnya, macam-macamnya, hukum-hukumnya, dan keadaan perawi-perawinya dan syarat-syaratnya, macam-macam yang diriwayatkan dan hal-hal yang berhubungan dengan itu.
Adapun obyek Ilmu Hadits Dirayah ialah meneliti kelakuan para rawi dan keadaan marwinya (sanad dan matannya). Dari aspek sanadnya, diteliti tentang ke'adilan dan kecacatannya, bagaimana mereka menerima dan menyampaikan haditsnya serta sanadnya bersambung atau tidak. Sedang dari aspek matannya diteliti tentang kejanggalan atau tidaknya, sehubungan dengan adanya nash-nash lain yang berkaitan dengannya.
Dalam penjelasannya, beliau mengatakan bahwa yang dimaksud dengan:
a. hakikat periwayatan adalah menyampaikan berita dan menyandarkannya kepada orang yang menjadi sumber berita itu.
b. Syarat-syarat periwayatan adalah syarat-syarat perawi di dalam menerima hal-hal yang diriwayatkan oleh gurunya, apakah dengan jalan mendengar langsung atau dengan jalan ijazah, atau lainnya.
c. Macam-macam periwayatan, apakah sanadnya itu bersambung-sambung atau putus dan sebagainya.
d. Hukum-hukumnya, artinya diterima atau ditolaknya apa yang diriwayatkannya itu.
e. Keadaan perawi dan syarat-syaratnya, yaitu adil tidaknya dan syarat-syarat menjadi perawi baik tatkala menerima hadits maupun menyampaikan hadits.
f. Macam-macam yang diriwayatkan, ialah apakah yang diriwayatkannya itu berupa hadits Nabi, atsar atau yang lain.
g. Hal-hal yang berhubungan dengan itu, ialah istilah-istilah yang dipakai oleh ahli-ahli hadits.
Pemindahan hadits berdasarkan sanadnya kepada orang yang dinisbahkan dilakukan secara riwayat atau khabar dan selainnya.
Syarat-syaratnya memindahkan hadits berdasarkan sanadadalah sebagi berikut: Perawi menerima apa yang diriwayatkan kepadanya melalui salah satu dari cara meriwayatkan Hadis samada melalui pendengaran, pembentangan, ijazah atau sebagainya.
Bagian-bagiannya: Ittisal (bersambung) serta Ingqita' (terputus) dan sebagainya.

b. Ilmu Riwayatul Hadits
Ilmu Riwayatul Hadits ialah ilmu yang memuat segala penukilan yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, kehendak, taqrir ataupun berupa sifatnya.
Menurut Syaikh Manna’ A-Qhaththan, obyek pembahasan ilmu riwayatul hadits: sabda Rasulullah, perbuatan beliau, ketetapan beliau, dan sifat-sifat beliau dari segi periwayatannya secara detail dan mendalam. Faidahnya : menjaga As-Sunnah dan menghindari kesalahan dalam periwayatannya .
Sementara itu, obyek Ilmu Hadits Riwayah, ialah membicarakan bagaimana cara menerima, menyampaikan pada orang lain dan memindahkan atau membukukan dalam suatu Kitab Hadits. Dalam menyampaikan dan membukukan Hadits, hanya dinukilkan dan dituliskan apa adanya, baik mengenai matan maupun sanadnya.
Adapun kegunaan mempelajari ilmu ini adalah untuk menghindari adanya kemungkinan yang salah dari sumbernya, yaitu Nabi Muhammad Saw. Sebab berita yang beredar pada umat Islam bisa jadi bukan hadits, melainkan juga ada berita-berita lain yang sumbernya bukan dari Nabi, atau bahkan sumbernya tidak jelas sama sekali.
.
Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Cabang-cabang besar yang tumbuh dari ilmu Hadits Riwayah dan Dirayah ialah:
a. Ilmu Rijalul Hadits
Ialah ilmu yang membahas para perawi hadits, dari sahabat, dari tabi’in, maupun dari angkatan sesudahnya.
Dengan ilmu ini kita dapat mengetahui, keadaan para perawi yang menerima hadits dari Rasulullah dan keadaan perawi yang menerima hadits dari sahabat dan seterusnya.
Dalam ilmu ini diterangkan tarikh ringkas dari riwayat hidup para perawi, madzhab yang dipegangi oleh para perawi dan keadaan-keadaan para perawi itu menerima hadits.
b. Ilmu Jarhi wat Ta’dil
Ilmu yang menerangkan tentang hal cacat-cacat yang dihadapkan kepada para perawi dan tentang penta’dilannya (memandang adil para perawi) dengan memakai kata-kata yang khusus dan tentang martabat kata-kata itu.
Ilmu Jarhi wat Ta’dil dibutuhkan oleh para ulama hadits karena dengan ilmu ini akan dapat dipisahkan, mana informasi yang benar yang datang dari Nabi dan mana yang bukan.


c. Ilmu Fannil Mubhammat
Ilmu fannil Mubhamat adalah ilmu untuk mengetahui nama orang-orang yang tidak disebut dalam matan, atau di dalam sanad.
Di antara yang menyusun kitab ini, Al-Khatib Al Baghdady. Kitab Al Khatib itu diringkas dan dibersihkan oleh An-Nawawy dalam kitab Al-Isyarat Ila Bayani Asmail Mubhamat.
Perawi-perawi yang tidak tersebut namanya dalam shahih bukhari diterangkan dengan selengkapnya oleh Ibnu Hajar Al-Asqallanni dalam Hidayatus Sari Muqaddamah Fathul Bari.
d. Ilmu ‘Ilalil Hadits
Adalah ilmu yang menerangkan sebab-sebab yang tersembunyi, tidak nyata, yang dapat merusakkan hadits.
Yakni: menyambung yang munqathi’, merafa’kan yang mauquf, memasukkan suatu hadits ke dalam hadits yang lain dan yang serupa itu. Semuanya ini, bila diketahui dapat merusakkan hadits.
Ilmu ini, ilmu yang berpautan dengan keshahihan hadits. Tak dapat diketahui penyakit-penyakit hadits, melainkan oleh ulama, yang mempunyai pengetahuan yang sempurna tentang martabat-martabat perawi dan mempunyai malakah yang kuat terhadap sanad dan matan-matan hadits.
Menurut Syaikh Manna’ Al-Qaththan bahwa cara mengetahui ‘illah hadits adalah dengan mengumpulkan beberapa jalan hadits dan mencermati perbedaan perawinya dan kedhabithan mereka, yang dilakukan oleh orang orang yang ahli dalam ilmu ini. Dengan cara ini akan dapat diketahui apakah hadits itu mu’tal (ada ‘illatnya) atau tidak. Jika menurut dugaan penelitinya ada ‘illat pada hadits tersebut maka dihukuminya sebagai hadits tidak shahih .


e. Ilmu Ghoriebil Hadits
Yang dimaksudkan dalam ilmu haddits ini adalah bertujuan menjelaskan suatu hadits yang dalam matannya terdapat lafadz yang pelik, dan yang sudah dipahami karena jarang dipakai, sehingga ilmu ini akan membantu dalam memahami hadits tersebut.
f. Ilmu Nasikh wal Mansukh
Adalah ilmu yang menerangkan hadits-hadits yang sudah dimansukhkan dan menasikhkannya.
Apabila didapati sesuatu hadits yang maqbul tak ada perlawanan, dinamailah hadits tersebut muhkam. Dan jika dilawan oleh hadits yang sederajat, tapi mungkin dikumpulkan dengan tidak sukar maka hadits itu dinamai muhtaliful hadits. Jika tidak mungkin dikumpul dan diketahui mana yang terkemudian, maka yang terkemudian itu dinamai nasikh dan yang terdahulu dinamai mansukh.
g. Ilmu Talfiqil hadits
Yaitu ilmu yang membahas tentang cara mengumpulkan antar hadits yang berlawanan lahirnya.
Dikumpulkan itu ada kalanya dengan mentahsikhkan yang ‘amm, atau mentaqyidkan yang mutlak, atau dengan memandang banyak kali terjadi.
h. Ilmu Tashif wat Tahrif
Yaitu ilmu yang menerangkan tentang hadits-hadits yang sudah diubah titiknya (dinamai mushohaf), dan bentuknya (dinamai muharraf).
i. Ilmu Asbabi Wurudil Hadits
Yaitu ilmu yang membicarakan tentang sebab-sebab Nabi menuturkan sabda beliau dan waktu beliau menuturkan itu.
Menurut Prof Dr. Zuhri ilmu Asbabi Wurudil Hadits dalah ilmu yang menyingkap sebab-sebab timbulnya hadits. Terkadang, ada hadits yang apabila tidak diketahui sebab turunnya, akan menimbulkan dampak yang tidak baik ketika hendak diamalkan.
Disamping itu, ilmu ini mempunyai fungsi lain untuk memahami ajaran islam secara komprehensif. Asbabul Wurud dapat juga membantu kita mengetahui mana yang datang terlebih dahulu di antara dua hadits yang “Pertentangan”. Karenanya tidak mustahil kalau ada beberapa ulama yang tertarik untuk menulis tema semacam ini.Misalnya, Abu Hafs Al- Akbari (380-456H), Ibrahim Ibn Muhammad Ibn Kamaluddin, yang lebih dikenal dengan Ibn hamzah Al-Husainy Al-Dimasyqy (1054-1120H) denagn karyanya Al-Bayan Wa Al Ta’rif Fi Asbab Wurud Al- hadits Al-Syarif.
j. Ilmu Mukhtalaf dan Musykil Hadits
Yaitu ilmu yang menggabungkan dan memadukan antara hadits yang zhahirnya bertentangan atau ilmu yang menerangkan ta’wil hadits yang musykil meskipun tidak bertentangan dengan hadits lain.
Oleh sebagaian ulama dinamakan dengan “Mukhtalaf Al-Hadits” atau “Musykil Al-Hadits”, atau semisal dengan itu. Ilmu ini tidak akan muncul kecuali dari orang yang menguasai hadits dan fiqih .

C. KEGUNAAN MEMPELAJARI ILMU HADITS
Adapun beberapa manfaat / kegunaan mempelajari ilmu-ilmu hadits adalah:
Untuk mengakses dan mendownload tugas kuliah ini selengkapnya anda harus berstatus Paid Member

Kamis, 12 Agustus 2010

KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN

Keutamaan Bulan Ramadhan

Beberapa keutamaan Ramadhan adalah:

1. Bulan Tarbiyah untuk mencapai derajat taqwa.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. (QS Al Baqarah: 183).
2. Bulan diturunkannya Al Qur’an.
Bulan Ramadhan, yang pada bulan itu Al Qur’an diturunkan sebagai petunjuk buat manusia dan penjelasan tentang petunjuk itu, dan sebagai pemisah (yang haq dan yang batil) (QS Al Baqarah: 185).
3. Bulan yang paling utama, bulan penuh berkah.
Bulan yang paling utama adalah bulan Ramadhan, dan hari yang paling utama adalah hari Jum’at (HR At-Thabarani) . Dari Ubadah bin Ash-Shamit, bahwa Rasulullah saw -pada suatu hari, ketika Ramadhan telah tiba- bersabda: Ramadhan telah datang kepada kalian, bulan yang penuh berkah, pada bulan itu Allah swt memberikan naungan-Nya kepada kalian. Dia turunkan Rahmat-Nya, Dia hapuskan kesalahan-kesalahan, dan Dia kabulkan do’a. pada bulan itu Allah swt akan melihat kalian berpacu melakukan kebaikan. Para malaikat berbangga dengan kalian, dan perlihatkanlah kebaikan diri kalian kepada Allah. Sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang pada bulan itu tidak mendapat Rahmat Allah swt”. (HR Ath-Thabarani) .
4. Bulan ampunan dosa, bulan peluang emas melakukan ketaatan.
Rasulullah saw bersabda: Shalat lima waktu, dari Jum’at ke Jum’at, dari Ramadhan ke Ramadhan, dapat menghapuskan dosa-dosa, apabila dosa-dosa besar dihindari. (HR Muslim). Barang siapa yang melakukan ibadah di malam hari bulan Ramadhan, karena iman dan mengharapkan ridha Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni. (Muttafaqun ‘alaih). Apabila Ramadhan datang, maka pintu-pintu syurga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan syaithon-syaithon dibelenggu. (Muttafqun ‘alaih).
5. Bulan dilipat gandakannya amal shaleh.
Rabb-Mu berkata: “Setiap perbuatan baik dilipat gandakan pahalanya sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa, puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai yang melindungi dari api neraka. Bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah lebih wangi dari pada parfum misik. Apabila orang bodoh berlaku jahil kepada seseorang diantara kamu yang tengah berpuasa, hendaknya ia katakan: “Aku sedang berpuasa, aku sedang berpuasa”. (HR At-Tirmidzi).Khutbah Rasulullah saw menyongsong bulan suci Ramadhan sebagai bulan mulia, bulan ibadah, bulan santunan. Dari Salman RadhiyaLlahu ‘anhu, katanya: Rasulullah saw berkhutbah di tengah-tengah kami pada akhir bulan Sya’ban, beliau saw bersabda: “Hai manusia, bulan yang agung, bulan yang penuh berkah telah menaungi. Bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang padanya Allah mewajibkan berpuasa. Qiyamullail disunnahkan.Barang siapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan barang siapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu, nilainya sama dengan tujuh puluh kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya. Bulan Ramadhan adalah bulan sabar, sabar itu balasannya syurga, Ramadhan adalah bulan santunan.

Bulan ditambahkannya rizqi orang mukmin. Siapa yang memberikan makanan untuk berbuka kepada seorang yang berpuasa, balasannya adalah ampunan terhadap dosa-dosanya, dirinya dibebaskan dari neraka, dan dia mendapatkan pahala sebesar yang didapat oleh orang yang berpuasa, tanpa mengurangi pahala orang tersebut. Sahabat berkomentar, kata mereka: “Ya Rasulullah, tidak setiap kami memiliki makanan untuk berbuka yang dapat diberikan kepada orang yang berpuasa? Sabda Rasulullah saw: “Pahal tersebut akan diberikan Allah, meskipun yang diberikan untuk berbuka bagi yang berpuasa hanya satu buah kurma, atau seteguk air, atau sesendok mentega.

Bulan Ramadhan awalnya rahmat, tengahnya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka, siapa yang memberikan keringanan bagi hamba sahayanya pada bulan itu, Allah akan ampuni dosanya, dan dia dibebaskan dari neraka. Pada bulan ini, perbanyaklah empat hal, dua diantaranya membuat kamu diridhai Rabbmu, dan dua yang lainnya sesuatu yang sangat kamu butuhkan.

Dua hal yang membuat kamu diridhai Rabbmu adalah:
1. Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan
2. Kamu meminta ampunan kepada-Nya.

Sedangkan dua hal lainnya yang sangat kamu butuhkan adalah:
1. Kamu meminta syurga kepada Allah, dan
2. Kamu minta dilindungi dari neraka.

Siapa yang memberikan minum kepada orang yang berpuasa, Allah akan memberikan minuman kepadanya dari telagaku yang tidak akan menjadi haus sampai dia masuk syurga”. (HR Ibnu Khuzaimah).
6. Ramadhan bulan jihad, bulan kemenangan.
Sejarah mencatat, bahwa pada bulan suci Ramadhan inilah beberapa kesuksesan dan kemenangan besar diraih ummat Islam, yang sekaligus membuktikan bahwa Ramadhan bukan bulan malas dan lemah, tapi merupakan bulankuat, bulan jihad, bulan kemenangan. Perang Badar Kubro yang diabadikan dalam Al Qur’an sebagai yaumul furqan, dan ummat Islam saat itu meraih kemenangan besar, terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun 2 Hijriyah. Dan saat itu, gembong kebatilan: Abu Jahal, terbunuh.Pada bulan Ramadhan pula fathu Makkah terjadi, yang dibadaikan dalam Al Qur’an sebagai Fathan Mubiiina, tepatnya pada tanggal 10 Ramadhan tahun 8 (delapan) Hijriyah. Serangkaian peristiwa besar lainnya juga terjadi pada bulan Ramadhan, seperti: beberapa pertempuran dalam perang Tabuk, terjadi pada bulan Ramadhan tahun 9 (sembilan) Hijriyah. Tersebarnya Islam di Yaman pada bulan Ramadhan tahun 10 Hijriyah. Khalid bin Al Walid menghancurkan berhala Uzza pada tanggal 25 Ramadhan tahun 8 (delapan) Hijriyah. Dihancurkannya berhala Latta pada bulan Ramadhan tahun 9 Hijriyah.Ditaklukkannya Andalus (Spanyol sekarang) di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad pada tanggal 28 Ramadhan tahun 92 Hijriyah. Peperangan ‘Ain Jalut, dimana untuk pertama kalinya pasukan Islam berhasil mengalahkan bangsa Mongol Tartar, yang sebelumnya sempat dianggap mustahil, juga terjadi pada bulan Ramadhan tahun 658 Hijriyah. Dan masih banyak lagi yang lainnya

Rabu, 21 Juli 2010

AMALAN-AMALAN BULAN SYA'BAN

SYA’BAN adalah bulan yang sangat mulia dan disebut bulan Rasulullah saw. Beliau selalu berpuasa pada bulan ini hingga datang bulan Ramadhan. Beliau bersabda, “Sya’ban adalah bulanku. Sesiapa berpuasa satu hari pada bulanku ini, surga adalah miliknya.”
Diriwayatkan dari Imam Shadiq as bahwa ketika bulan Sya’ban tiba, Imam Ali Zainul Abidin as mengumpulkan para sahabat beliau seraya berkata kepada mereka, “Wahai sahabat-sahabatku, tahukah kalian bulan apa ini? Ini adalah bulan Sya’ban. Rasulullah saw selalu bersabda, ‘Sya’ban adalah bulanku.’ Maka, berpuasalah pada bulan ini demi kecintaan kalian kepada beliau dan untuk bertaqarrub kepada Tuhan kalian. Demi Allah yang jiwa Ali bin Husain berada di genggaman tangan-Nya, aku pernah mendengar ayahku, Husain bin Ali as berkata, ‘Aku pernah mendengar dari Amirul Mukminin as bahwa sesiapa berpuasa pada bulan Sya’ban demi kecintaannya kepada Rasulullah dan untuk bertaqarrub kepada Allah, niscaya Ia akan mencintanya, mendekatkannya kepada kemuliaannya pada hari kiamat, dan menganugerahkan surga kepadanya.”

Amalan-amalan Umum
Amalan-amalan umum (pada bulan ini) adalah sebagai berikut.
1. Membaca (zikir berikut) sebanyak tujuh puluh kali dalam setiap hari.
أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَ أَسْأَلُهُ التَّوْبَةَ
Astaghfirullaha wa as-aluhut-taubah
2. Membaca (zikir berikut) sebanyak tujuh puluh kali dalam setiap hari.
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيْمُ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَ أَتُوْبُ إِلَيْهِ
Astaghfirullahalladzî lâ ilâha illa huwarrahmânurrahîm al-hayyul-qayyûmu wa atuubu ilaihi
Menurut sebagian hadis, al-hayyul qayyûm dibaca sebelum ar-rahmânur rahîm. Jika dibaca dengan kedua cara tersebut, justru lebih baik. Dari sebagian hadis dapat dipahami bahwa doa dan zikir terbaik di bulan ini adalah istighfar, dan sesiapa membaca istighfar sebanyak tujuh puluh kali dalam setiap harinya, pahalanya sama dengan membaca istighfar sebanyak tujuh puluh ribu kali di bulan-bulan lain.
3. Bersedekah meskipun dengan setengah biji kurma sehingga Allah akan mengharamkan badan kita dari api jahanam. Diriwayatkan bahwa Imam Shadiq as pernah ditanya tentang keutamaan berpuasa di bulan Rajab. Beliau berkata, “Mengapa kalian lupa dengan puasa di bulan Sya’ban?” Perawi berkata, “Wahai putra Rasulullah, apakah pahala orang yang berpuasa satu hari di bulan Sya’ban?” “Demi Allah, surga adalah pahalanya,” tegas beliau. Ia bertanya kembali, “Wahai Putra Rasulullah, apakah amalan terbaik di bulan ini?” Beliau berkata, “Bersedekah dan istighfar. Sesiapa bersedekah di bulan Sya’ban, Allah Swt akan memelihara sedekah tersebut sebagaimana salah seorang dari kalian memelihara anak untanya sehingga pada hari kiamat sedekah tersebut sampai di tangan pemiliknya seperti Gunung Uhud besarnya.”
4. Membaca bacaan (berikut ini) sebanyak seribu kali di sepanjang bulan karena ia memiliki pahala yang tak terhingga. Di antaranya, ibadah seribu tahun akan ditulis di catatan amalnya.
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ

Laa ilaaha illallahu wa laa na’budu illa iyyahu mukhlishiina lahuddiinaa wa law karihal musyrikuuna
(Tiada Tuhan selain Allah dan kami tidak menyembah kecuali Ia dengan memurnikan agama hanya bagi-Nya meskipun kaum musyrikin menentang [kami])
5. Mendirikan dua rakaat shalat di setiap hari Kamis. Pada setiap raka’at, setelah membaca surah al-Fâtihah, bacalah surah at-Tauhîd sebanyak seratus kali. Setelah membaca salam, bacalah shalawat sebanyak seratus kali.
6. Banyak membaca shalawat.
7. Membaca shalawat yang diriwayatkan dari Imam Zainul Abidin as.

KEUTAMAAN BULAN SYA'BAN

Rasulullah saw bersabda:
“…Bulan Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku…”(Mafatihul Jinan, bab 2, Sya’ban)

Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: Ketika bulan Sya’ban tiba Ali Zainal Abidin (sa) mengumpulkan para sahabatnya kemudian berkata: “Wahai sahabat-sahabatku, tahukah kamu bulan apakah ini? Bulan ini adalah bulan Sya’ban, Nabi saw bersabda: ‘Bulan Sya’ban adalah bulanku, berpuasalah kamu di bulan ini karena cinta kepada Nabimu dan mendekatkan diri kepada Tuhanmu’. Aku bersumpah, demi Zat yang diriku dalam kekuasaan-Nya, sungguh aku mendengar ayahku Al-Husein (sa) berkata: ‘Aku mendengar Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib (as) berkata: ‘Barangsiapa yang berpuasa di bulan Sya’ban karena cinta kepada Rasulullah saw dan mendekatkan diri kepada Allah, Dia mendekatkannya pada kemuliaan-Nya pada hari kiamat dan mewajibkan baginya surga’.” (Mafatihul Jinan, bab 2, Sya’ban)

Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Sya’ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan Allah. Barangsiapa yang berpuasa satu hari, maka wajib baginya surga. Barangsiapa yang dua hari, maka ia akan menjadi sahabat para nabi dan shiddiqin pada hari kiamat. Barangsiapa yang berpuasa penuh satu bulan dan bersambung dengan bulan Ramadhan, maka dosa-dosa diampuni, dosa kecil maupun dosa besarnya walaupun ia berasal dari darah haram.”

Hadis ini bersumber dari Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) dari ayahnya dari bapak-bapaknya dari Imam Ali bin Abi Thalib (sa). (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 55)

Rabu, 16 Juni 2010

- Kedatangan Bulan Rojab

Dalam setahun penuh, hari-hari yang kita lalui, seluruhnya adalah laksana sebatang pohon. Ketika datang bulan Rajab, tibalah hari-hari untuk menyirami. Ketika datang bulan Sya'ban, tibalah hari-hari putik berganti buah. Dan ketika datang bulan Ramadlan, tibalah hari-hari untuk memetik hasilnya.
Setiap kali Baginda Nabi saw. memasuki bulan Rajab, beliau berdoa,
اللَّهمّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
"Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikan kami pada bulan Ramadlan!" (HR. Ibnu Ahmad, Baihaqi, dan Ibnu Majah)
Doa Nabi saw. di atas menegaskan adanya harapan kuat agar kita diberkahi, ditambahkan kebaikan, di bulan Rajab dan Sya'ban, karena pada dasarnya kedua bulan tersebut adalah bulan penuh kebaikan, kemudian kita memohon untuk lebih ditambahkan lagi kebaikan yang ada. Bahkan Nabi saw. mengajari kita untuk memiliki tekad kuat, berharap selalu, agar tambahan kebaikan itu tidak hanya di hari-hari Rajab dan Sya'ban, namun terus dirasakan hingga pada hari-hari yang lain, pada bulan Ramadlan. Ini terlihat dari doa beliau, "dan sampaikan kami pada bulan Ramadlan!"
Bukankah Rajab adalah syahrullâh, bulan yang dinisbatkan kepada Allah Swt. Karena Rajab adalah bagian dari asyhur al-hurum sebagaimana Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, dan Muharam, bulan-bulan yang dimuliakan Allah.
Jika Rajab dinisbatkan kepada Allah Swt., maka Sya'ban disebut Nabi saw. sebagai bulan yang dinisbatkan kepadanya. Sedangkan Ramadlan, bulan yang mulia dan penuh berkah ini, dinisbatkan kepada umatnya. Suatu kebanggaan tersendiri bagi kita sebagai umat Muhammad saw.
Menurut Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani bulan Rajab adalah lambang dari suatu makna yang memiliki rahasia tafsirannya tersendiri. Kata "Rajab" yang bila ditulis dalam bahasa Arab (رجب) ini terdiri dari tiga huruf, masing-masing memiliki makna yang dalam dan agung. Râ adalah rahmatullâh, kasih sayang Allah. Jîm adalah jûdullâh, kemurahan Allah. Dan Bâ adalah birrullâh, kebaikan Allah atau keramahan-Nya. Maka dari awal hingga akhir bulan penuh berkah ini, Allah menganugerahi para hamba-Nya tiga karunia. Pertama rahmat tanpa azab. Kedua kemurahan tanpa kebakhilan. Ketiga kebaikan atau keramahan tanpa kekasaran.
Jika Rajab adalah kesempatan untuk meninggalkan kekasaran dan keburukan tabiat kita, maka Sya'ban adalah kesempatan untuk meningkatkan amal dan membuktikan kesetiaan diri sebagai hamba. Sebagaimana Ramadlan adalah kesempatan untuk bersungguh hati dan menjernihkan diri dari keruh kehidupan yang ada.
Jika Rajab adalan bulan untuk bertaubat, maka Sya'ban adalah bulan untuk memperoleh kasih sayang, dan Ramadlan adalah bulan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Rajab adalah bulan penghormatan, Sya'ban adalah bulan pengabdian, dan Ramadlan adalah bulan keni'matan.
Rajab adalah bulan untuk beribadah, Sya'ban adalah bulan untuk meninggalkan kesenangan dunia, dan Ramadlan adalah bulan untuk memperoleh kebaikan yang penuh berkah.
Pada bulan Rajab, dilipatgandakanlah setiap kebaikan; pada bulan Sya'ban, dileburlah seluruh keburukan; dan pada bulan Ramadlan, kita menanti turunnya segala kemuliaan.
Rajab adalah syahr al-sâbiqîn, bulan peluang bagi mereka yang berusaha lebih dahulu meraih kebaikan. Sya'ban adalah syahr al-muqtashidîn, bulan peluang bagi mereka yang pertengahan. Dan Ramadlan adalah syahr al-'âshîn, bulan peluang bagi mereka yang berlumur dosa dan alpa, untuk segera memperbaiki diri, hingga lebih baik dari sebelumnya.
Maka, kini kita sedang berada di hari-hari Rajab yang cerah, secerah peluang untuk menanti nafahât, mengharap jawâiz, meminta 'athâyâ, dan merindukan mawâhib. Menanti hembusan rahmat, mengharap hadiah, meminta anugerah, dan merindukan karunia dari Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, lagi Maha Pemberi segala harapan hamba-Nya.
Kita sedang berada di musim istighfar, musim saatnya memperbanyak permintaan ampun. Kita berada di musim shalat, musim saatnya menambah kualitas, kuantitas ruku' dan sujud, demi membuktikan diri sebagai seorang hamba sejati. Dan kita juga berada di musim shiyâm, musim saatnya memperbanyak puasa sunnah.
Inilah Rajab, musim saatnya menanam benih-benih kebaikan. Kemudian disiram, dipupuk, dan dirawat hingga Sya'ban menjelang. Karena ketika Ramadlan datang, tibalah saatnya untuk menuai setiap amal yang ditanam.

Senin, 14 Juni 2010

- Model Pembelajaran Tematik

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK
KELAS AWAL SD














SD/MI/SDLB
















DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NASIONAL
PUSAT KURIKULUM



KATA PENGANTAR

Pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi pengelolaan pendidikan dengan diberikannya wewenang kepada satuan pendidikan untuk menyusun kurikulumnya mengacu pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional dan pasal 35, mengenai standar nasional pendidikan.
Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kondisi daerah perlu segera dilaksanakan. Bentuk nyata dari desentralisasi pengelolaan pendidikan ini adalah diberikannya kewenangan kepada satuan pendidikan untuk mengambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan pendidikan, seperti dalam pengelolaan kurikulum, baik dalam penyusunannya maupun pelaksanaannya di satuan pendidikan.
Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengacu pada standar nasional pendidikan: standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Salah satu tugas Pusat Kurikulum adalah mengembangkan model-model kurikulum berdiversifikasi sebagai bahan pertimbangan bagi BSNP untuk dapat menetapkan model-model kurikulum. Model-model tersebut adalah sebagai berikut ini.
1. Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran.
2. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar.
3. Model Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal.
4. Model Pengembangan Diri.
5. Model Pembelajaran Terpadu IPA SMP.
6. Model Pembelajaran Terpadu IPS SMP.
7. Model Integrasi Pendidikan Kecakapan Hidup SMP dan SMA.
8. Model Penilaian Kelas.
9. Model KTSP SD
10. Model KTSP SMP
11. Model KTSP SMA
12. Model KTSP SMK
13. Model KTSP Pendidikan Khusus
Model-model ini bersama sumber-sumber lain dimaksudkan sebagai pedoman sekolah/madrasah dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, sehingga pengembangan kurikulum pada satuan pendidikan dapat memberi kesempatan peserta didik untuk : (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Salah satu model diatas adalah Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar. Model ini memberi contoh bagi guru di kelas awal SD untuk menyusun program kegiatan dan pelaksanaan kegiatan serta penilaiannya.
Pusat Kurikulum menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada banyak pakar yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi, Direktorat di lingkungan Depdiknas, kepala sekolah, pengawas, guru, dan praktisi pendidikan, serta Depag. Berkat bantuan dan kerja sama yang baik dari mereka, contoh-contoh KTSP dan model-model ini dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat.



Kepala Pusat Kurikulum
Badan Penelitian dan Pengembangan
Depdiknas,



Diah Harianti







DAFTAR ISI


Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN …………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Pembelajaran Tematik ………………………….. 2
B. Tujuan ……………………………………………………………. 2
C. Ruang Lingkup …………………………………………………….2
BAB II : KERANGKA BERPIKIR…………………………………………….3
A. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Kelas Awal SD………….3
B. Cara Anak Belajar……………………………………………….…3
C. Belajar dan Pembelajaran Bermakna………………………………4
D. Pengertian Pembelajaran Tematik…………………………………4
E. Landasan Pembelajaran Tematik…………………………………..5
F. Arti penting Pembelajaran Tematik………………………………..6
G. Karakteristik Pembelajaran tematik…………………………….….6
H. Rambu-Rambu………………………………………………….….7
BAB III : IMPLIKASI PEMBELAJARAN TEMATIK…..…………………..8
A. Implikasi bagi Guru……………………………………………….8
B. Implikasi Bagi Siswa…………………………………………...…8
C. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media...8
D. Implikasi terhadap pengaturan ruangan …………………………..8
E. Implikasi terhadap pemilihan metode …………………………….9
BAB IV : TAHAP PERSIAPAN PELAKSANAAN …………………………10
A. Pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator dalam tema.............................……………………………………10
B. Menetapkan Jeringan Tema …………………………………......11
C. Penyusunan Silabus ……………………………………...……...11
D. Penyususnan Rencana Pembelajaran ……………………………11
BAB V : TAHAP PELAKSANAAN ………………………………………...12
A. Tahapan Kegiatan………………………………………………..12
B. Pengaturan Jadwal Pelajaran …………………………………....13
BAB VI : PENILAIAN ……………………………………...………………...14
A. Pengertian …………………..……………………………………14
B. Tujuan……………………………………..……………………..14
C. Prinsip …………………………………………………………...14
D. Alat Penilaian ……………………………...………………….....14
E. Aspek Penilaian ………………………………...………………..15
PENUTUP …………………………………………………………………………...…15

LAMPIRAN
1 Contoh Pemetaan Standar Kompetensi Dengan Tema ……….………………………17
2. Contoh Jaringan Tema ………………………………………..………………………27
3. Contoh Silabus ………………………………………………………………………..31
4. Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……………………………...………….34



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Pembelajaran Tematik

Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung.

Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I – III untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistic), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.

Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang terpisah, muncul permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah. Angka mengulang kelas dan angka putus sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain. Data tahun 1999/2000 memperlihatkan bahwa angka mengulang kelas satu sebesar 11,6% sementara pada kelas dua 7,51%, kelas tiga 6,13%, kelas empat 4,64%, kelas lima 3,1%, dan kelas enam 0,37%. Pada tahun yang sama angka putus sekolah kelas satu sebesar 4,22%, masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas dua 0,83%, kelas tiga 2,27%, kelas empat 2,71%, kelas lima 3,79%, dan kelas enam 1,78%.

Angka nasional tersebut semakin memprihatinkan jika dilihat dari data di masing-masing propinsi terutama yang hanya memiliki sedikit taman Kanak-kanak. Hal itu terjadi terutama di daerah terpencil. Pada saat ini hanya sedikit peserta didik kelas satu sekolah dasar yang mengikuti pendidikan prasekolah sebelumnya. Tahun 1999/2000 tercatat hanya 12,61% atau 1.583.467 peserta didik usia 4-6 tahun yang masuk Taman Kanak-kanak, dan kurang dari 5 % Peserta didik berada pada pendidikan prasekolah lain.

Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta didik kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang telah masuk Taman Kanak-Kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan Taman Kanak-Kanak. Selain itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas satu dan dua sekolah dasar dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan peserta didik yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang kelas atau bahkan putus sekolah.

Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar yakni kelas satu, dua, dan tiga lebih sesuai jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik. Untuk memberikan gambaran tentang pembelajaran tematik yang dapat menjadi acuan dan contoh konkret, disiapkan model pelaksanaan pembelajaran tematik untuk SD/MI kelas I hingga kelas III.


B. Tujuan

Tujuan penyusunan dokumen model pengembangan silabus tematik pada kelas awal Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pembelajaran tematik.
2. Memberikan pemahaman kepada guru tentang pembelajaran tematik yang sesuai dengan perkembangan peserta didik kelas awal Sekolah Dasar.
3. Memberikan keterampilan kepada guru dalam menyusun perencanaan, melaksanakan dan melakukan penilaian dalam pembelajaran tematik.
4. Memberikan wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi pihak terkait, sehingga diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan pembelajaran tematik

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata pelajaran pada kelas I - III Sekolah Dasar, yaitu: Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani,Olahraga dan Kesehatan.


BAB II
KERANGKA BERPIKIR


A. Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD

Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.

Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting. Selain itu, perkembangan sosial anak yang berada pada usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri.

Perkembangan emosi anak usia 6-8 tahun antara lain anak telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar tentang benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.

B. Cara Anak Belajar

Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.

Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut: (1) Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir secara operasional, (3) Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda, (4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan (5) Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.

Memperhatikan tahapan perkembangan berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu:

1. Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik, dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan.

2. Integratif
Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.

3. Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi .

C. Belajar dan Pembelajaran Bermakna

Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya.

Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan.

Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan.

D. Pengertian Pembelajaran Tematik

Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran bagi anak kelas awl SD sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran tematik. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983). Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:
1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,
2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;
3) pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
4) kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;
5) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;
6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain;
7) guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.


E. Landasan Pembelajaran Tematik

Landasan Pembelajaran tematik mencakup:

Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3) humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.

Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula siswa harus mempelajarinya.

Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).

F. Arti Penting Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik).

Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu: 1) Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, 2) Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, 3) Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah. 4) Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat,

G. Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
2. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

H. RAMBU-RAMBU

1. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan
2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester pada kelas yang sama
3. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan, namun dapat dibelajarkan melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.
4. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral
5. Setiap kegiatan pembelajaran hendaknya selalu mempergunakan alat peraga yang sesuai dengan tujuan
6. Judul maupun jumlah tema yang dipilih atau yang ditentukan oleh masing-masing sekolah, disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan daerah setempat
7. Agar pelaksanaan dapat optimal, jumlah peserta didik disesuaikan dengan jumlah guru di kelas



BAB III
IMPLIKASI PEMBELAJARAN TEMATIK


Dalam implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar mempunyai berbagai implikasi yang mencakup:

A. Implikasi bagi guru

Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan utuh.


B. Implikasi bagi siswa

1. Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal.
2. Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah

C. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media

1. Pembelajaran tematik pada hakekatnya menekankan pada siswa baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar.
2. Pembelajaran ini perlu memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang sifatnya didisain secara khusus untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran (by design), maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan yang dapat dimanfaatkan (by utilization).
3. Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak.
4. Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi


D. Implikasi terhadap Pengaturan ruangan

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik perlu melakukan pengaturan ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan ruang tersebut meliputi:
• Ruang perlu ditata disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan.
• Susunan bangku peserta didik dapat berubah-ubah disesuaikan dengan keperluan pembelajaran yang sedang berlangsung
• Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet
• Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam kelas maupun di luar kelas
• Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar
• Alat, sarana dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan menyimpannya kembali.


E. Implikasi terhadap Pemilihan metode

Sesuai dengan karakteristik pembelajaran tematik, maka dalam pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode. Misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, bercakap-cakap.



BAB IV
TAHAP PERSIAPAN PELAKSANAAN


Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.

A. Pemetaan Kompetensi Dasar
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah:


1. Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator
Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator. Dalam mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
• Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik
• Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
• Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan/atau dapat diamati


2. Menentukan tema
a. cara penentuan tema
Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni:

Cara pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai.

Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

b. Prinsip Penentuan tema
Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:
• Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa:
• Dari yang termudah menuju yang sulit
• Dari yang sederhana menuju yang kompleks
• Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.
• Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa
• Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya


3. Identifikasi dan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi dasar dan Indikator
Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan indikator yang cocok untuk setiap tema sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator terbagi habis.


B. Menetapkan Jaringan Tema
Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.


C. Penyusunan Silabus
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, alat/sumber, dan penilaian.



D. Penyusunan Rencana Pembelajaran

Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi:
1. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).

2. Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.


3. Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.

4. Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup).


5. Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.

6. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian).



BAB V
TAHAP PELAKSANAAN


1. Tahapan kegiatan
Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap hari dilakukan dengan menggunakan tiga tahapan kegiatan yaitu kegiatan pembukaan/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Alokasi waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan pembukaan kurang lebih satu jam pelajaran (1 x 35 menit), kegiatan inti 3 jam pelajaran (3 x 35 menit) dan kegiatan penutup satu jam pelajaran (1 x 35 menit)

a. Kegiatan Pendahuluan/awal/pembukaan
Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran untuk mendorong siswa menfokuskan dirinya agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

Sifat dari kegiatan pembukaan adalah kegiatan untuk pemanasan. Pada tahap ini dapat dilakukan penggalian terhadap pengalaman anak tentang tema yang akan disajikan. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan menyanyi

b. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis dan hitung. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi/metode yang bervariasi dan dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan.

c. Kegiatan Penutup/Akhir dan Tindak Lanjut
Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Beberapa contoh kegiatan akhir/penutup yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan/mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng, membacakan cerita dari buku, pantomim, pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik.


Contoh jadwal pelaksanaan pembelajaran perhari dapat dijabarkan menjadi:

Contoh 1:

Kegiatan Jenis kegiatan
Kegiatan pembukaan Anak berkumpul bernyanyi sambil menari mengikluti irama musik

Kegiatan inti • Kegiatan untuk pengembangan membaca
• Kegiatan untuk pengembangan menulis
• Kegitan untuk pengembangan berhitung•
Kegiatan penutup Mendongeng atau membaca cerita dari buku cerita











Contoh 2:
Kegiatan Jenis kegiatan
Kegiatan pembukaan Waktu berkumpul (anak m,enceritakan pengalkaman, menyanyi, melakukan kegiatan fisik sesuai dengan tema)

Kegiatan inti • Pengembnagan kemmapuan menulis (kegiatan kelompok besar)
• Pengembnagan kemampuan berhitung kegiatan kelompok kecil atau berpasangan)
• Melakukan pengamatan sesuai dengan tema, misalnya mengamati jenis kendaraan yang lewat pada tema transporasi, menggambar hewan hasil pengamatan

Kegoiatan penutup • Mendongeng
• Pesan-pesan moral
• Musik/menyanyi

2. Pengaturan Jadwal pelajaran
Untuk memudahkan administrasi sekolah terutama dalam penjadwalan. Guru bersama dengan guru mata pelajaran pendidikan agama, guru pendidikan Jasmani dan guru muatan lokal perlu bersama-sama menyusun Jadwal pelajaran. Contoh jadwal yang dapat dikembangkan adalah:


Waktu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
7-7.35 Matematika
B. Indo Mat BI Penjaskes IPA
7.35-8.10 Matematika
B. Indo Mat BI penjaskes IPA
8.10-8.45 Matematika
B. Indo Mat KTK P. Agama mulok
8.45-9.00
Istirahat

9.00-9.35 B. Ind Mat
IPS KTK P. Agama mulok
9.35-10.10 B. Ind Mat
IPS KTK


BAB VI
PENILAIAN


A. Pengertian

Penilaian dalam pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program kegiatan belajar.

B. Tujuan

Tujuan Penilaian pembelajaran tematik adalah:
1. Mengetahui percapaian indikator yang telah ditetapkan
2. Memperoleh umpan balik bagi guru, untuk pengetahui hambatan yang terjadi dalam pembelajaran maupun efektivitas pembelajaran
3. Memperoleh gambaran yang jelas tentang perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa
4. Sebagai acuan dalam menentukan rencana tindak lanjut (remedial, pengayaan, dan pemantapan).

C. Prinsip

1. Penilaian di kelas I dan II mengikuti aturan penilaian mata-mata pelajaran lain di sekolah dasar. Mengingat bahwa siswa kelas I SD belum semuanya lancar membaca dan menulis, maka cara penilaian di kelas I tidak ditekankan pada penilaian secara tertulis.
2. Kemampuan membaca, menulis dan berhitung merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik kelas I dan II. Oleh karena itu, penguasaan terhadap ke tiga kemampuan tersebut adalah prasyarat untuk kenaikan kelas.
3. Penilaian dilakukan dengan mengacu pada indikator dari masing-masing Kompetensi Dasar dan Hasil Belajar dari mata-mata pelajaran.
4. Penilaian dilakukan secara terus menerus dan selama proses belajar mengajar berlangsung, misalnya sewaktu siswa bercerita pada kegiatan awal, membaca pada kegiatan inti dan menyanyi pada kegiatan akhir.
5. Hasil karya/kerja siswa dapat digunakan sebagai bahan masukan guru dalam mengambil keputusan siswa misalnya: Penggunaan tanda baca, ejaan kata, maupun angka.


D. Alat Penilaian

Alat penilaian dapat berupa Tes dan Non Tes. Tes mencakup: tertulis, lisan, atau perbuatan, catatan harian perkembangan siswa, dan porto folio. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas awal penilaian yang lebih banyak digunakan adalah melalui pemberian tugas dan portofolio. Guru menilai anak melalui pengamatan yang lalu dicatat pada sebuiah buku bantu. Sedangkan Tes tertulis digunakan untuk menilai kemampuan menulis siswa, khususnya untuk mengetahui tentang penggunaan tanda baca, Jean, kata atau angka

Berikut adalah contoh penilaian yang dapat dilakukan guru:

A. Kewarganegaraan dan
Pengetahuan Sosial : Tes Lisan
• Menyebutkan peristiwa/kegiatan yang dialami
• Mengemukakan peristiwa/kegiatan yang berkesan
• Mengekspresikan perasaan waktu memberi kesan.

B. Bahasa Indonesia : Perbuatan
• Kelancaran membaca
• Melafalkan kata
• Melagukan/intonasi
• Cara bertanya jawab
Tugas
• Melengkapi kalimat

C. Ilmu Pengetahuan Alam : Perbuatan
• Mendemonstrasikan cara menggosok gigi
: Lisan
• Menyebutkan cara memelihara gigi
• Menjelaskan manfaat menggosok gigi



E. Aspek Penilaian

Pada pembelajaran tematik penilaian dilakukan untuk mengkaji ketercapaian Kompetensi Dasar dan Indikator pada tiap-tiap mata pelajaran yang terdapat pada tema tersebut. Dengan demikian penilaian dalam hal ini tidak lagi terpadu melalui tema, melainkan sudah terpisah-pisah sesuai dengan Kompetensi Dasar, Hasil Belajar dan Indikator mata pelajaran.

Nilai akhir pada laporan (raport) dikembalikan pada kompetensi mata pelajaran yang terdapat pada kelas satu dan dua Sekolah Dasar, yaitu: Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan kesehatan.


PENUTUP
Pedoman ini merupakan acuan minimal, sehingga sekolah dan guru dapat mengembangan sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing.



LAMPIRAN-LAMPIRAN:

1. CONTOH PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI DENGAN TEMA
2. CONTOH JARINGAN TEMA
3. CONTOH SILABUS
4. CONTOH RENCANA PEMBELAJARAN





PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR DENGAN TEMA
KELAS I

Mata pelajaran Standar Kompetensi (*)
Kompetensi Dasar (**)
Indikator (***) Tema dan Waktu Per Minggu
Diri Sendiri Keluar ga Ling-kung an Tran spor-tasi Kesehatan, Kebersihan & Keamanan Hewan & Tumbuhan Pekerja-an Gejala Alam dan Pe-ristiwa Rekreasi Negara Alat Komunikasi
4 3 4 3 4 3 2 4 3 2 2
Matematika Bilangan
Melakukan
Penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 20 Membilang banyak benda • Membilang atau menghitung secara urut        -   
• Menyebutkan banyak benda        -   
• Membandingkan dua kumpulan benda melalui istilah lebih banyak, lebih sedikit, atau sasma banyak        -   
• Membaca dan menulis lambang bilangan -    -  - - - - 
• Menyatakan masalah sehari-hari yang terkait penjumlahan dan pengurangan sampai 20 -      - -  - 
Geometri dan pengukuran
Mengguna
kan pengukuran waktu dan panjang
Menentukan waktu (pagi, siang, malam), hari, dan jam ( bulat)
• Menceritakan pengalaman saat pagi, siang atau malam hari v v v v v - v - v - -
• Menyebutkan perbedaan antara pagi dan malam hari v v v v v - v - v - -
Mengelompokkan berbagai bangun ruang sederhana (balok, prisma, tabung, bola, dan kerucut)
• Membedakan berbagai bentuk sesuai dengan cirinya - v v v v - v v - v v
• Menyebutkan hasil pengelompokkan bangun ruang sederhana - v v v v - v v - v v
Pendidikan Jasmani, olahraga dan kesehatan Permainan dan olahraga
Mempraktekkan gerak dasar ke dalam permainan sederhana/
Aktivitas jasmani dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya
Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari dan lompat dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri. • Menerapkan konsep arah dalam berjalan, berlari dan melompat.          -- 
• Berjalan dengan berbagai pola langkah dan kecepatan.          -- 
• Berlari dengan berbagai pola langkah dan kecepatan.         -- 
• Melompat ke berbagai arah.          -- 



PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR DENGAN TEMA
KELAS I

Mata pelajaran Standar Kompetensi (*)
Kompetensi Dasar (**)
Indikator (***)

Tema dan Waktu Per Minggu
Diri Sendiri Keluar ga Ling-kung an Tran spor-tasi Kesehatan, Kebersihan & Keamanan Hewan & Tumbuhan Peker-jaan Gejala Alam dan Peristiwa Rekreasi Negara Alat Komunikasi
4 3 4 3 4 3 2 4 3 2 2
Pengetahuan sosial Memahami identitas diri dan keluarga, serta skikap saling menghormamati dalam kemajemukan Keluarga Mengiden-tifikasi identitas diri, keluarga, dan kerabat • Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan   --   -    
• Menyebutkan nama ayah, ibu, saudara dan wali.      -    
• Menyebutkan alamat tempat tinggal.      -    
• Menyebutkan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah.      -    


PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR DENGAN TEMA
KELAS I

Mata Pelajaran Standar Kompetensi (*)
Kompetensi Dasar (**)
Indikator (***)

Tema dan Waktu Per Minggu
Diri Sendiri Keluar ga Lingkung- an Tran spor-tasi Kesehatan, Kebersihan & Keamanan Hewan & Tumbuhan Pekerja-an Gejala Alam dan Pe-ristiwa Rekreasi Negara Alat Komunikasi
4 2 4 2 4 3 2 2
3 2 2
Ilmu Pengetahuan Alam Makhluk Hidup dan proses kehidupan
Mengenal anggota tubuh serta kegunaannya serta cara perawatannya 1.1 Mengenal bagian-bagian tubuh dan kegunaannya • Menyebutkan nama bagian-bagian tubuh   -   - - -  - -
• menceritakan kegunaan bagian-bagian tubuh   -   - - -  - -
• Menyebutkan anggota gerak tubuh.   -   - - -  - -
Benda dan Sifatnya
Mengenal berbagai sifat benda dan kegunaannya melalui pengamatan perubahan bentuk benda




Mengidentifikasi benda yang ada di lingkungan sekitar berdasarkan cirinya melalui pengamatan • Mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak v v v v v v v v
• Menunjuk sebanyak-banyaknya benda yang mempunyai warna, bentuk dan ciri tertentu - v v v - v v - v v v
• Memasangkan benda sesuai dengan pasangannya v v - v v v - - v v -

PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR DENGAN TEMA
KELAS I

Mata Pelajaran Standar kompetensi (*)
Kompetensi Dasar (**)
Indikator (***)

Tema dan Waktu Per Minggu
Diri Sendiri Keluar ga Ling-kung an Tran spor-tasi Kesehatan, Kebersihan & Keamanan Hewan & Tumbuhan Pekerja-an Gejala Alam dan Pe-ristiwa Rekreasi Negara Alat Komunikasi
4 3 4 3 4 3 2 4 3 2 2

Seni
Budaya
dan Keterampilan Seni rupa
Mengapresiasi karya seni rupa 1.1 Meng-identi-fikasi unsur rupa pada benda di alam sekitar • Mengelompokkan berbagai jenis: bintik gari, bidang, warna dan bentuk pada benda dua dan tiga dimensi di alam sekitar. - -    - - -  - 
• Mengelompokkan berbagai ukuran: bintik, garis, bidang, warna dan bentuk pada benda dua dan tiga dimensi di alam sekitar. - -    - - -  - 
• Menyebutkan unsur rupa di lingkungan sekolah. - -    - - -  - 
Seni musik
Mengapresiasi karya seni musik Mengiden-tifikasi unsur/elemen musik dari berbagai sumber bunyi yang dihasilkan tubuh manusia • Bertepuk tangan dengan pola
Seni Tari
Mengapresiasi karya seni tari Mengiden-tifikasi fungsi tubuh dalam melaksanakan gerak di tempat • Bergerak bebas sesuai irama musik


PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR DENGAN TEMA
KELAS I

Mata Pelajaran Standar Kompetensi (*)
Kompetensi Dasar (**)
(Contoh)
Indikator (***)

Tema dan Waktu Per Minggu
Diri Sendiri Keluar ga Ling-kung an Tran sportasi Kesehatan, Kebersihan & Keamanan Hewan & Tumbuhan Pekerja-an Gejala Alam dan Pe-ristiwa Rekreasi Negara Alat Komunikasi
4 3 4 3 4 3 2 3 4 2 2
Bahasa Indonesia Mende-ngarkan
Memahami bunyi bahasa, perintah, an dongeng yang dilisankan
Membedakan bunyi bahasa • Membedakan berbagai bunyi/suara tertentu secara tepat.        -  - 
• Menirukan bunyi/suara tertentu seperti: suara burung, ombak, kendaraan, dan lain-lain.        -  - 
• Mengenal bunyi bahasa.        -  - 
• Membedakan bunyi bahasa.        -  - 
• Melafalkan bunyi bahasa secara tepat.        -  - 
Berbicara
Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi, secara lisan dengan perkenalan dan tegur sapa, pengenalan benda dan fungsi anggota tubuh. Memperkenalkan diri sendiri dengan kalimat sederhana dan bahasa yang santun • Menyebutkan data diri (nama, kelas, sekolah, dan tempat tinggal) dengan kalimat sederhana     - - - - - - -
• Menyebutkan nama orangtua dan saudara kandung.     - - - - - - -
• Menanyakan data diri dan nama oratua serta saudara teman sekelas     - - - - - - -
Membaca
Memahami teks pendek dengan membaca nyaring Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat • Mengenali huru-huruf dan membacanya sebagai suku kata, kata dan kalimat sederhana.           
• Membaca nyaring satu paragraf dengan lafal dan intonasi yang tepat.           
• Membaca teks pendek dengan lafal dan intonasi yang benar           
Menulis
Menulis permulaan dengan menciplak, menebalkan, mencontoh, melengkapi dan menyalin Menjiplak berbagai bentuk gambar,
lingkaran dan bentuk huruf • Menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf.           
• Menebalkan berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf.           


PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR DENGAN TEMA
KELAS I


Mata Pelajaran Standar Kompetensi (*) Kompetensi Dasar (**)
Indikator (***)

Tema dan Waktu Per Minggu
Diri Sendiri Keluar ga Ling-kung an Tran sportasi Kesehatan, Kebersihan & Keamanan Hewan & Tumbuhan Pekerja-an Gejala Alam dan Pe-ristiwa Rekreasi Negara Alat Komunikasi
4 2 4 2 4 3 2 2 2 2 2

Kewarganegaraan
1.1 Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, agama dan suku bangsa • Menyebutkan berdasarkan jenis kelamin anggota keluarga.   - - - - - - -  -
• Meyebutkan agama-agama yang ada di Indonesia.   - - - - - - -  -

Keterangan:
* : Diambil dari SK-KD
** : Diambil dari SK-KD
*** : Diambil dari penjabaran SK-KD ke dalam indikator













Lampiran3: CONTOH SILABUS

Mata Pelajaran KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN BELAJAR SARANA/SUMBER PENILAIAN
BAHASA INDONESIA MENDENGARKAN
Membedakan bunyi bahasa • Menirukan bunyi/suara tertentu seperti: suara burung, ombak, kendaraan, dan lain-lain. • Menirukan bunyi suara burung
• Bermain peran menjadi berbagai kendaraan
• Menirukan suara ombak Kaset dan tape Pengamatan
BERBICARA
Memperkenalkan diri sendiri dengan kalimat sederhana dan bahasa yang santun • Menyebutkan nama orangtua dan saudara kandung • tanya jawab tentang nama orang tuanya dan saudara kandungnya (berpasangan)

• Menanyakan data diri dan nama orangtua serta saudara teman sekelas • tanya jawab tentang nama orang tuanya dan saudara kandungnya (berpasangan)
• melakukan permainan menanyakan data diri temannya

• Menyebutkan data diri (nama, kelas, sekolah, dan tempat tinggal) dengan kalimat sederhana • melakukan permainan menanyakan data diri
• bercerita tentang data dirinya
MENULIS
Menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran dan bentuk huruf • Menjiplak berbagai bentuk gambat, lingkaran, dan bentuk huruf • Menjiplak kartu kata
• Menjiplah bentuk-bentuk gambar
• Menjiplak bentuk-bentuk geometri • Kartu kata
• Kartu bentuk gambar
• Kartu bentuk geometri
MATEMATIKA Membilang banyak benda • Membilang atau menghitung secara urut • Membilang benda-benda di kelas
• Membilang sambil Memantulkan bola • Bola
• Menyebutkan banyak benda • Mengamati lalu menyebutkan nama benda yang dilihatnya
• Membandingkan dua kumpulan benda melalui istilah lebih banyak, lebih sedikit, atau sasma banyak • Praktek langsung mengambil dua kumpulan benda lalu dihitung • Batu-batuan
Menentukan waktu (pagi, siang, malam, hari dan jam (bulat) • Menceritakan pengalamannya saat pagi, siang atau malam hari • Bercerita tentnag pengalamannya
IPS Menguindentifikasi identitas diri,keluarga, dan kerabat • Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan • Menyebutkan nama lengkapnya
• Menyebutkan alamat tempat tinggal • Menyebutkan alamat rumahnya
IPA Makhluk Hidup dan Proses kehidupannya
Mengenal bagian-bagian tubuh dan kegunaannya • Menyebutkan nama bagian-bagian tubuh • Menggambarkan tubuhnya lalu
• menyebutkan nama bagian-bagian tubuhnya dan kegunaannya
• Menyebutkan kegunaan bagian-bagian tubuh
Mengindetifikasi benda yang ada di lingkungan sekitar berdasarkan cirinya melalui pengamatannya • Mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak. • Praktek pengelompokkan Batu, daun, biji salak
• Menunjukkan sebanyak-banyaknya benda yang mempunyai warna, bentuk dan ciri tertentu
• • Praktek langsung mengamati lingkungan dan menyebutkan sebanyak-banyaknya benda yang mempunyai warna, bentuk dan ciri tertentu
PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN Mempraktikkan gerak dasar jalan, lari dan loncat dalam permainan sederhana, serta nilai sportivitas, kejujuran, kerjasama, toleransi dan percaya diri • Menerapkan konsep arah dalam berjalan, berlari dan melompat.

• • Praktek langsung Menerapkan konsep arah dalam berjalan, berlari dan melompat.

• Berjalan dengan berbagai pola langkah dan kecepatan
• Praktek langsung berjalan dengan pola
SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN SENI RUPA
Mengidentifikasi unsur rupa pada benda di alam sekitar • Menyebutkan unsur rupa di lingkungan sekolah
• Mengamati lingkungan lalu menyebutkan benda-benda yang dilihatnya
• Mengelompokkan berbagai jenis: bintik gari, bidang, warna dan bentuk pada benda dua dan tiga dimensi di alam sekitar
• Mengamati lingkungan lalu mengelompokkan benda berdasarkan garis, bintik dsb
SENI MUSIK
Mengidentifikasi unsur/elemen musik dari berbagai sumber bunyi yang dihasilkan tubuh manusia • Bertepuk tangan dengan pola • Bermain tepuk tangan dengan berbagai pola yang dicontohkan
SENI TARI
Mengidentifikasi fungsi tubuh dalam melaksanaan gerak di tempat • Bergerak bebas sesuai irama musik
• Mendengarkan musik dan bergerak bebas mengikuti irama
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN • Menyebutkan jenis kelamin anggota keluarga.
• Menyebutkan jenis kelamin teman sebangkunya
• Meyebutkan agama-agama yang ada di Indonesia • Menyebutkan agama yang dikenalnya

Lampiran 4: Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

KELAS : I
TEMA : LINGKUNGAN
MINGGU/HARI : I/Senin
ALOKASI WAKTU : 5 x 35 menit

INDIKATOR:
Bahasa Indonesia:
• Menanyakan data diri dan nama orangtua serta saudara teman sekelas
• Menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf
Matematika:
• Membilang atau menghitung secara urut
• Menyebutkan banyak benda
• Menceritakan pengalamannya saat pagi, siang atau malam hari
IPA
• Menunjukkan sebanyak-banyaknya benda yang mempunyai warna, bentuk dan ciri tertentu
IPS
• Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan
SENI BUDAYA DAN KETERAMPILAN
• Bertepuk tangan dengan pola
PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN
• Menerapkan konsep arah dalam berjalan, berlari dan melompat.

SARANA DAN SUMBER BELAJAR:
• Kartu-kartu kata
• Lembar kerja (jam)
• Bola

STRATEGI KEGIATAN

A. Pembukaan (1 X 35 menit)
• Berdoa bersama
• Menyanyi lagu kasih ibu sambil bertepuk dengan variasi 1-2-1-2
• Guru meminta beberapa anak untuk menyebutkan identitas dirinya seperti nama dan alamatnya, dan menceritakan suatu pengalaman yang menyenangkan dirinya
• Guru meminta anak untuk berkeliling di kelas sambil melompat satu kaki dengan membilang (menghitung secara urut) lompatannya
• Guru meminta beberapa anak mengemukakan tentang kegiatan yang dapat dilakukan pada waktu pagi hari, siang hari dan malam hari


B. Inti (3 x 35 menit)
• Di kelas anak secara individual diminta untuk mengamati berbagai benda yang ada dalam kelasnya. memilih benda yang ada di kelas, menghitungnya dan menuliskan lambang bilangan dari jumlah benda yang dihitungnya (kegiatan ini dilakukan beberapa kali)
• Kegiatan berikutnya (atau bagi yang sudah menyelesaikan kegiatan pertama) dapat membaca kalimat sederhana dari kartu-kartu kata yang sudah disiapkan guru
• Guru meminta anak untuk melihat jam dinding dikelasnya, lalu anak diminta untuk menggambarkan jam didinding tersebut dilengkapi dengan penunjukkan jarum jam pada saat anak melihat dan menggambarkannya.

C. Penutup (1 x 35 menit)
• Guru bercerita tentang perlunya air bagi makhluk hidup, yang dilanjutkan dengan tanya jawab
• Pesan-pesan moral bagi anak misalnya tentang perlunya hemat air, perlunya mandi/menjaga kebersihan

perpus mayak ponorogo's Fan Box

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates