Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

ALQUR'AN ONLINE

Senin, 14 Juni 2010

- Contoh PTK Agama Islam

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Menurut teori psikologi, anak yang rasional selalu bertindak sesuai tingkatan perkembangan umur mereka. Ia mengadakan reaksi-reaksi terhadap lingkungannya, atau adanya aksi dari lingkungan maka ia melakukan kegiatan atau aktivitas. Dalam pendidikan kuno aktivitas anak tidak pernah diperhatikan karena menurut pandangan mereka anak dilahirkan tidak lain sebagai “orang dewasa dalam bentuk kecil”. Ia harus diajarkan menurut kehendak orang dewasa. Karena itu ia harus menerima dan mendengar apa-apa yang diberikan dan disampaikan orang dewasa/guru tanpa dikritik. Anak tak obahnya seperti gelas kosong yang pasif menerima apa saja yang dituangkan ke dalamnya.
Pandangan yang lebih maju (modern) menganggap hal tersebut di atas sesuatu yang keterlaluan, menyiksa serta mengingkari harkat kemanusiaan anak. Aliran modern ini merombak dan mengubah pandangan itu dan mengantikannya dengan penekanan pada kegiatan anak dalam proses pembelajaran. Anak aktif mencari sendiri dan bekerja sendiri. dengan demikian anak akan lebih bertanggung jawab dan beani mengambil keputusan sehingga pengertain mengenai suatu persoalan benar-benar mereka pahami dengan baik. Walaupun mereka mengambil keputusan sendiri berdasarkan pertingan kata hatinya, namun putusan mereka tersebut berhubungan juga dengan masyarakat, sebab individu itu baru berarti kalau ia telah berada dalam masyarakat.
Di dalam proses belajar-mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar.
Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instrukstur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik. Di dalam kenyataan cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi atau massage lisan kepada siswa berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan serta sikap. Metode yang digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi ataupun untuk menjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang diguanakan untuk tujuan agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam menghadapi segala persoalan.
Kita mengenal bermacam-macam teknik penyajian dari yang tradisional, yang digunakan sejak dahulu kala, tetapi juga yang modern, yang digunakan baru akhir-akhir ini saja.
Perkembangan selanjutnya para ahli masih tersu mengadakan penelitian dan eksperimen agar dapat menemukan teknik penyajian yang dipandang paling efektif untuk pelajaran tertentu. apakah hal itu akan terjawab, kita serahkan pada hasil penelitian para ahli tersebut.
Dari bermacam-macam teknik mengajar itu, ada yang menekankan peranan guru yang utama dalam pelaksanaan penyajian, tetapi ada pula yang menekankan pada media hasil teknologi meoderen seperti televise, radio, kasset, video-tape, film, head-projector, mesin-belajar dan lain-lain, bahkan telah menggukanan bantuan satelit. Ada pula teknik penyajian yang hanya digunakan untuk sejumlah siswa yang terbatas, tetapi ada pula yang digunakan untuk sejumlah siswa yang tidak terbatas.
Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumuan tujuan intruksional khusus. Sebab dalam kegiaatan belajar mengajar, mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud)
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.
Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penulis penulis mengambil judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Menerapkan Model Pengajaran Tuntas Pada Siswa Kelas IV SDN ABC Kec. Kota Jakarta Tahun Pelajaran 2009/2010.”
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan permasalahnnya sebagi berikut:
1. Apakah penerapan model pembelajaran tuntas dapat meningkatkan prestasi siswa terhadap materi pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa Kelas IV SDN ABC Kec. Kota Jakarta?
2. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran tuntas dalam meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Agama Islam pada siswa Kelas IV SDN ABC Kec. Kota Jakarta?

C. Pemecahan Masalah
Untuk meningkatkan prestasi dan motivasi siswa dalam belajar Pendidikan Agama Islam, khususnya di SDN ABC Kec. Kota Jakarta, salah satunya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran tuntas. Dengan menerapkan model pembelajaran ini diharapkan prestasi serta motivasi belajar Pendidikan Agama Islam dapat meningkat.
D. Batasan Masalah
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas IV SDN ABC Kec. Kota Jakarta tahun pelajaran 2009/2010.
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April semester genap tahun palajaran 2009/2010.
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan kisah-kisah Nabi.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Ingin mengetahui bagaimanakah peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkannya model pembelajaran tuntas pada siswa Kelas IV SDN ABC Kec. Kota Jakarta.
2. Ingin mengetahui pengaruh model pembelajaran tuntas dalam meningkatkan prestasi dan motivasi belajar terhadap materi pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah diterapkan model pembelajaran tuntas pada siswa Kelas IV SDN ABC Kec. Kota Jakarta.

F. Manfaat Penelitian
Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:
1. Memberikan informasi tentang model pembelajaran yang sesuai dengan proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Islam.
2. Meningkatkan pestasi prestasi dan motivasi pada pelajaran Pendidikan Agama Islam
3. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar Pendidikan Agama Islam
4. Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
5. Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam.
G. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Model Pengajaran Tuntas adalah:
Merupakan model pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas, dengan asumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal terhadap seluruh bahan yang dipelajari (Ramayulis, 193:2005).
2. Motivasi belajar adalah:
Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
2. Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan. Yang dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal serta fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perubahan pada sikap dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.
Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan akhir dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu proses yang tideak dapat dilihat dengan nyata proses itu terjadi dalam diri seserorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi prosesnya terjadi secara internal di dalam diri individu dalam mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru.


2. Pengertian Prestasi Belajar
Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu.
Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar menginginkan hasil yang yang sebaik mungkin. Oleh karena itu setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil dengan baik. Sedang pengertian prestasi juga ada yang mengatakan prestasi adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti yan dimampui individu dalam mengerjakan sesuatu.
3. Pedoman Cara Belajar
Untuk memperoleh prestasi/hasil belajar yang baik harus dilakukan dengan baik dan pedoman cara yang tapat. Setiap orang mempunyai cara atau pedoman sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman/cara yang satu cocok digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang sesuai untuk anak/siswa yang lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan individu dalam hal kemampuan, kecepatan dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran.
Oleh karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus dikerjakan oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi faktor yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya harus mempunyai kebiasaan belajar yang baik.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Adapun faktor-faktor itu, dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut faktor individu.
Yang termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
b. Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial
Sedangkan yang faktor sosial antara lain faktor keluarga, keadaan rumah tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan kesempatan yang ada atau tersedia dan motivasi sosial.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas menunjukkan bahwa belajar itu merupaka proses yang cukup kompleks. Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas. Bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar akan dapat dilalui dengan lancar dan pada gilirannya akan memperoleh prestasi atau hasil belajar yang baik.
Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang tidak menguntungkan, dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh faktor-faktor diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat atau menemui kesulitan.
C. Movitasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi menunjuk kepada semua gejala yang tekandung dalam stimulasi tindakaan ke arah tujuan tertentu di mana sebelumnya tidak ada gerakan menuju ke arah tujuan tersebut. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan insentif di luar diri individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-minat.
Suatu prinsip yang mendasari tingkah laku ialah bahwa individu selalu mengambil jalan terpendek menuju suatu tujuan. Orang dewasa mungkin berpandangan bahwa di dalam kelas para siswa harus mengabdikan dirinya kepada penguasaan kurikulum. Akan tetapi, para siswa tidak selalu melihat tugas-tugas sekolah sebagai jalan terbaik yang menuju kearah kebebasan, produktivitas, kedewasaan, atau apa saja yang dipandang mereka sebagai perkembangan yang disukai. Dalam hubungan ini tugas guru adalah menolong mereka untuk memilih topik, kegiatan, atau tujuan yang bermanfaat, baik untuk jangka panjang maupun untuk jangka pendek.
D. Prinsip Motivasi
Prinsip ini disusun atas dasar penelitian yang seksama dalam rangka mendorong motivasi belajar para siswa di sekolah berdsarkan pandangan demokratis. Ada 17 prinsip motivasi yang dapat dilaksanakan:
1. Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah dilakukan. Oleh karena itu, pujian lebih besar nilainya bagi motivasi belajar.
2. Semua siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang harus mendapat pemuasan. Kebutuhan-kebutuhan itu menyatakan diri dalam berbagai bentuk yang berbeda. Para siswa yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar hanya memerlukan sedikit bantuan dalam motivasi dan disiplin.
3. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar. Kepuasan yang didapat oleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada di dalam dirinya sendiri.
4. Jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) memerluakn usaha penguatan (reinformancement). Apabila suatu perbuatan belajar mencapai tujuan, maka perbuatan itu perlu segera diulang kembali beberapa menit kemudian sehingga hasilnya lebih mantap. Penguatan ini perlu dilakukan dalam setiap tingkatan pengalaman belajar.
5. Motivasi mudah menjalar luas terhadap orang lain. Guru yang berminat tinggi dan antusias akan mempengaruhi para siswa sehigga mereka juga berminat tinggi dan antusias. Siswa yang antusias akan mendorong motivasi para siswa lainnya.
6. Pemahaman yang jelas tentang tujuan belajar akan merangsang motivasi. Apabila seseorang telah menyadari tujuan yang hendak dicapainya, perbuatannya kearah itu akan lebih besar daya dorongnya.
7. Tugas-tugas yang besumber dari diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya ketimbang bila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru. Apabila siswa diberi kesempatan untuk menemukan masalah sendiri dan memecahkannya sendiri, ia akan mengembangkan motivasi ddan disiplin yang lebih baik.
8. Pujian-pujian yang datangnya dari luar (external rewards) kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya. Berkat dorongan orang lain, misalnya untuk memperoleh angka yang tinggi, siswa akan berusaha lebih giat karena minatnya menjadi lebih besar.
9. Teknik dan prosedur mengajar yang bermacam-macam itu efektif untuk memelihara minat siswa. Cara mengajar yang bervariasi ini akan meimbulkan situasi belajar yang menantang dan menyenangkan.
10. Minat khusus yang dimiliki oleh siswa berdaya guna untuk mempelajari hal-hal lainnya. Minat khusus yang telah dimiliki oleh siswa, misalnya minat bermain bola basket, akan mudah ditransferkan kepada minat dalam bidang studi atau dihubungkan dengan masalah tertentu dalam bidang studi.
11. Kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang minat para siswa yang tergolong kurang tidak ada artinya bagi para siswa yang tergolong pandai. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tingkat abilitas pada siswa tersebut. Oleh karena itu, guru yang hendak membangkitkan minat para siswanya hendaknya menyesuaikan usahanya dengan kondisi yang ada pada mereka.
12. Tekanan dari kelompok siswa umumnya lebih efketif dalam memotivasi dibandingkan dengan tekanan atau paksaan dari orang dewasa.
13. Motivasi erat hubungannya dengan kreativitas siswa. Dengan teknik mengajar tertentu, motivasi siswa dapat diarahkan kepada kegiatan-kegiatan kreatif. Motivasi yang telah dimiliki oleh siswa, apabila diberi semacam hambatan, misalnya adanya ujian yang mendadak, peraturan sekolah, kreativitasnya akan meningkat sehinga dia lolos dari hambatan itu.
14. Kecemasan akan meimbulkan kesulitan belajar. Kecemasan ini akan mengganggu perbuatan belajar sebab akan mengakibatkan pindahnya perhatiannya kepada hal lain sehingga kegiatan belajarnya menjadi tidak efketif.
15. Kecemasan dan frustasi dapat membantu siswa berbuat lebih baik. Emosi yang lemah dapat menimbulkan perbuatan yang lebih energetik, kelakuan yang lebih bergairah.
16. Tugas yang terlalu sukar dapat mengakibatkan frustasi sehingga dapat menuju kepada demoralisasi. Karena terlalu sulitnya tugas itu, para siswa cenderung melakukan hal-hal yang tidak wajar sebagai manifestasi dari frustasi yang terkandung didalam dirinya.
17. Tiap siswa mempunyai tingkat frustasi dan toleransi yang berlain-lainan. Ada siswa yang kegagalannya justru menimbulkan insentif, tetapi ada anak yang selalu berhasil malahan menjadi cemas terhadap kemungkinan timbulnya kegagalan. Hal ini bergantung pada stabilitas emosi masing-masing.
E. Teknik Memotivasi Berdasarkan Teori Kebutuhan
1. Pemberian Penghargaan atau Ganjaran
Teknik ini dianggap berhasil bila menumbuhkembangkan minat anak untuk mempelajari atau mengerjakan sesuatu. Tujuan pemberian penghargaan adalah membangkitkan atau mengembangkan minat. Jadi, penghargaan berperan untuk membuat pendahuluan saja. Penghargaan adalah alat, bukan tujuan. Hendaknya diperhatikan jangan sampai penghargaan ini menjadi tujuan. Tujuan pemberian penghargaan karena telah melakukan kegiatan belajar dengan baik, ia akan terus melakukan kegiatan belajarnya sendiri di luar kelas.
2. Pemberian Angka atau Grade
Apabila pemberian angka atau grade didasarkan atas perbandingan interpersonal dalam prestasi akademis, hal ini akan menimbulkan dua hal: anak yang mendapat angka baik dan anak yang mendapat angka jelek. Pada anak yang mendapat angkan jelek mungkin akan berkembang rasa rendah diri dan tak ada semangat terhadap pekerjaan-pekerjaan sekolah.
Dalam hubungan ini, William Glasser dalam Schools without Failure (1969) (dalam Hamalik, Umar, 2000:184) menyatakan, “Karena grade atau angka itu lebih banyak menekankan kegagalan daripada keberhasilan, dan karena kegagalan itu merupakan dasar bagi timbulnya masalah-masalah, maka saya menyarankan sistem pelaporan kemajuan siswa yang keseluruhannya menghilangkan kegagalan. Saya menyarankan jangan ada siswa yang tergolong gagal atau hal-hal yang menyebabkan ia merasa gagal dengan adanya sistem angka.”
3. Keberhasilan dan Tingkat Aspirasi
Istilah “tingkat aspirasi” menunjuk kepada tingkat pekerjaan yang diharapkan pada masa depan berdasarkan keberhasilan atau kegagalan dalam tugas-tugas yang mendahuluinya. Konsep ini berkaitan erat dengan konsep seseorang tentang dirinya dan kekuatan-kekuatannya.
Menurut Smith, apa yang dicita-citakan seseorang untuk dikerjakan pada masa datang tergantung pada pengamatannya tentang apa-apa yang mungkin baginya. Menurut Borow, tingkat aspirasi banyak bergantung pada inteligensi, status sosial ekonomi, hubungan, dan harapan orang tua. Akan tetapi, faktor yang paling kuat adalah perbandingan besar-kecilnya (proporsi) pengalaman tentang keberhasilan dan kegagalan (Hamalik, Oemar, 2000:185).
Dalam hubungan ini guru dapat menggunakan prinsip bahwa tujuan-tujuan harus dapat dicapai dan para siswa merasa bahwa mereka akan mampu mencapainya.
4. Pemberian pujian
Teknik lain untuk memberikan motivasi adalah pujian. Namun, harus diingat bahwa efek pujian itu bergantung pada siapa yang memberi pujian dan siapa yang menerima pujian itu. Para siswa yang sangat membutuhkan keselamatan dan harga diri, mengalami kecemasan, dan merasa bergantung pada orang lain akan rsponsif terhadap pujian. Pujian dapat ditunjukkan baik secara verbal maupun secara nonverbal. Dalam bentuk nonverbal misalnya anggukan kepala, senyuman, atau tepukan bahu.
5. Kompetisi dan Kooperasi
Persaingan merupakan insentif pada kondisi-kondisi tertentu, tetapi dapat merusak pada kondisi yang lain. Dalam kompetisi harus terdapat kesepakatan yang sama untuk menang. Kompetisi harus mengandung suatu tingkat kesamaan dalam sifat-sifat para peserta.
Ada tiga jenis persaingan yang efektif:
a. Kompetisi interpersonal antara teman-teman sebaya sering menimbulkan semangat persaingan.
b. Kompetisi kelompok di mana setiap anggota dapat memberikan sumbangan dan terlibat di dalam keberhasilan kelompok merupakan motivasi yang sangat kuat.
c. Kompetisi dengan diri sendiri, yaitu dengan catatan tentang prestasi terdahulu, dapat merupakan motivasi yang efektif.
Adapun kebutuhan akan realisasi diri, diterima oleh kelompok, dan kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan dapat lebih banyak dipenuhi dengan cara kerja sama. Menurut Lowry dan Rankin (1969), kerja sama adalah fungsi utama dan merupakan bentuk yang paling dasar dari hubungan-hubungan antar kelompok (dalam Hamalik, Umar, 2000:186).
6. Pemberian harapan
Harapan selalu mengacu ke depan. Artinya, jika seseorang berhasil melaksanakan tugasnya atau berhasil dalam kegitan belajarnya, dia dapat memperoleh dan mencapai harapan-harapan yang telah diberikan kepadanya sebelumnya. Itu sebabnya pemberian harapan kepada siswa dapat menggugah minat dan motivasi belajar asalkan siswa yakin bahwa harapannya bakal terpenuhi kelak. Harapan itu dapat merupakan hadiah, kedudukan, nama baik, atau sejenisnya. Sebaliknya, cara ini tidak menghasilkan apa-apa jika tidak memenuhi harapan yang pernah diberikan kepada para siswa.
F. Model Pembelajaran Tuntas
1. Pengertian
Belajar tuntas merupakan model pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas, dengan asumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal terhadap seluruh bahan yang dipelajari (Ramayulis, 2005:193).
Berdasarkan uraian di atas, maka model belajar tuntas akan terlaksana apabila, (1) siswa menguasai semua bahan pelajaran yang disajikan secara penuh, (2) bahan pengajaran dibetulkan secara sistematis.
Dalam proses pembelajaran dimungkinkan bagi guru untuk menetapkan tingkat penguasaan yang diharapkan dari setiap peserta didik dengan menyediakan berbagai kemungkinan belajar dan meningkatan mutu pembelajaran. Guru harus mempu meyakinkan bahwa setiap peserta didik dapat mencapai penguasaan penuh dalam belajar.
Menurut Carrol (dalam Ramayulis 2005:193) pada dasarnya bakat merupakan indeks kemampuan seseorang, melainkan sebagai ukuran kecepatan belajar (measures of learning rate). Artinya seorang yang memiliki bakat tinggi memerlukan waktu relatif sedikit untuk mencapai taraf penguasaan bahan dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki bakat rendah. Dengan demikian peserta didik dapat mencapai penguasaan penuh terhadap bahan yang disajikan, bila kualitas pembelajaran dan kesempatan waktu belajar dibuat tepat sesuai denagn kebutuhan masing-masing peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas maka model belajar dilandasi oleh dua asumsi yaitu:
a. Bahwa adanya korelasi antara tingkat keberhasilan dengan kemampuan potensial (bakat). Hal ini dilandasi teori tentang bakat yang dikemukakan oleh Carrol yang menyatakan bahwa apabila para peserta didik didistibusikan secara normal dengan memperhatikan kemampuannya secara potensial untuk beberapa bidang pengajaran, kemudian mereka diberi pengajaran yang sama dan hasil belajarnya diukur, ternyata akan menunujukkan distribusi normal. Hal ini berarti bahwa peserta didik yang berbakat cenderung untuk memperoleh nilai tinggi (Ramayulis,194:1990).
b. Apabila dilaksanakan secara sistematis, maka semua peserta didik akan mampu menguasai bahan yang disajikan kepadanya.
2. Strategi Belajar Tuntas
Menurut Benyamin S. Bloom (Ramayulis,194:1990) ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam belajar tuntas yaitu:
a. Menentukan unit pelajaran (dipecah untuk setiap satu dua minggu).
b. Merumuskan tujuan pengajaran (secara khusus dan terukur).
c. Menentukan standar ketuntasan (patokan berupa persentase).
d. Menyusun dianostik test, test formatif sebagai dasar umpan balik.
e. Mempersiapkan seperangkan tugas untuk dipelajari.
f. Mempersiapkan seperangkat pengajaran korektif (bagi peserta didik yang lemah).
g. Pelaksanaan pengajaran biasa (group based instruction).
h. Evaluasi sumatif, (apabila selesai satu unit).
Strategi belajar tuntas dikembangkan oleh Bloom di atas meliputi tiga bagian, yaitu:
a. Mengidentifikasi prakondisi
b. Mengembangkan prosedur operasional
c. Hasil belajar
Strategi tersebut diimplementasikan dalam sistem pembelajaran klasikal maupun individual dengan memberikan bumbu sesuai dengan taraf kemampuan individu peserta didik berupa corrective technique, semacam pengajaran remedial, yang dilakukan dengan memberikan pengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai peserta didik, dengan prosedur dan metode yang berbeda dengan sebelumnya. Memberikan tambahan waktu kepada tambahan waktu kepada peseta didik yang membutuhkan (belum menguasai bahan secara tuntas).
Strategi belajar tuntas dapat dibedakan dari pengajaran non belajar tuntas terutama dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Pelaksanaan test secara teratur untuk memperoleh balikan terhadap bahan yang diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosa kemajuan (diagnostic progress test).
b. Peserta didik baru dapat melangkah pada pelajaran berikutnya setelah ia benar-benar menguasai bahan pelajaran sebelumnya sesuai dengan patokan yang ditetapkan.
c. Pelayanan bimbingan dan penyuluhan terhadap anak didik yang gagal mencapai taraf penguasaan penuh, melalui pengajaran korektif, yang merupakan pengajaran kembali, pengajaran tutorial, restrukturasi, kegiatan balajar dan pengajaran kembali kebiasaan-kebiasaan belajar peserta didik, sesuai dengan waktu yang diperlukan masing-masing.
H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka tersebut di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan, ”Dengan menerapkan model pembelajaran tuntas, prestasi belajar siswa akan meningkat, begitu juga motivasi belajar mereka".




BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Sukidin dkk. (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4) penelitian tindakan sosial eksperimental.
Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan perbedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbolah, (2000) (dalam Sukidin, dkk. 2002:55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada: (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti dan peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan dalam melakukan penelitian, dan (4) hubungan antara proyek dengan sekolah.
Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat kecil.
Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.
A. Rancangan Penelitian
Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi dimasyarakat atau sekolompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, 2002:82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tidakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan invovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.
Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:
1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.
3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga.
4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.
5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu. (Arinkunto, 2002:82-83).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut:

















Gambar 3.1 Alur PTK
Penjelasan alur di atas adalah:
1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya model pembelajaran tuntas.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rangcangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2, dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SDN ABC Kec. Kota Jakarta tahun pelajaran 2009/2010.



2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April semester genap 2009/2010.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas IV SDN ABC Kec. Kota Jakarta tahun pelajaran 2009/2010 pada pokok bahasan kisah-kisah Nabi.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui 5 tahap, yaitu, (1) tahap perencanaan, (2) tahap persiapan, dan (3) tahap pelaksanaan, (4) tahap pengolahan data, dan (5) penyusunan Laporan. Tahap-tahap tersebut dapat dirinci seperti sebagai berikut.
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan meliputi, (1) observasi di sekolah dan diskusi dengan mitra guru, (2) penyusunan proposal penelitian.
2. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini meliputi, (1) pembuatan RP (rencana pembelajaran), (2) pembuatan LO (lembar observsi), (3) pembuatan soal tes formatif, (4) pembuatan angket untuk mengamati motivasi belajar, (5) pembuatan rambu-rambu penilaian, (5) uji coba instrumen, dan (6) seleksi dan revisi instrumen.


3. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan kegiatan yang banyak berhubungan dengan lapangan dan pengolahan hasil penelitian. Tahap pelaksanaan meliputi, (1) tahap pengumpulan data dan (2) tahap pengolahan data.
4. Tahap Penyelesaian
Pada tahap ini meliputi, (1) penyusunan laporan penelitian dan (2) penggandaan laporan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat pengumpul data seperti, tes, kuesioner, observasi, skala sikap, sosiometri, wawancara dan lain-lain.
Instrumen atau alat ukur dalam penelitian ini adalah berupa tes. Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau lisan atau secara perbuatan (Sudjana dan Ibrahim, 1996:100).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a. Lembar observasi pengelolaan model pembelajaran tuntas, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
4 Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep Pendidikan Agama Islam transaksi keuangan. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46 soal yang telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat digunakan untuk mengambil data. Langkah-langkah analisis butir soal adalah sebagai berikut:
a. Validitas Tes
Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur secara tepat. Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga dapat ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini dapat dihitung dengan korelasi Product Moment:
(Arikunto, 2002: 72)
Dengan: rxy : Koefisien korelasi product moment
N : Jumlah peserta tes
ΣY : Jumlah skor total
ΣX : Jumlah skor butir soal
ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal
ΣXY : Jumlah hasil kali skor butir soal
b. Reliabilitas
Suatu tes dikatanan reilabel apabila tes tersebut menunjukkan hasil-hasil yang mantap. Antara validitas dengan reliabelnya suatu soal berhubungan erat, yaitu untuk memenuhi syarat relaiabilitas, suatu soal harus valid dulu. Oleh karena itu reliabilitas suatu soal tidak perlu diragukan lagi apabila soal tersebut benar-benar sudah valid, jadi soal yang valid pasti reliabel. Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus belah dua sebagai berikut:
(Arikunto, 2002:93)
Dengan: r11 : Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar dari harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliabel.
c. Taraf Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf kesukaran adalah:
(Arikunto, 2002:208)
Dengan: P : Indeks kesukaran
B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:
• Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar
• Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang
• Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut:
(Arikunto, 2002:211)
Dimana:
D : Indeks diskriminasi
BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir soal sebagai berikut:
• Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek
• Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup
• Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik
• Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik
5. Analisis Item Butir Soal
Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrumen penelitian berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan dianalisis. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes yang dilakukan meliputi:
a. Validitas
Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes sehingga dapat digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini. Dari perhitungan 46 soal diperoleh 10 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari validitas soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa
Soal Valid Soal Tidak Valid
1, 2, 3, 4, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 26, 27, 28, 29, 30, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45, 46 5, 6, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24, 25, 31, 32, 33, 34, 35, 40,

b. Reliabilitas
Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 0, 423. Harga ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 45 dengan r (95%) = 0,294. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syarat reliabilitas. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
c. Taraf Kesukaran (P)
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal. Hasil analisis menunjukkan dari 46 soal yang diuji terdapat:
• 22 soal mudah
• 14 soal sedang
• 10 soal sukar
d. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek sebanyak 16 soal, berkriteria cukup 21 soal, berkriteria baik 9 soal. Uraian secara lengkap analisis daya pembeda soal tes dapat dilihat pada lampiran.
Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syara-syarat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
F. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

Dengan : = Nilai rata-rata
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
Σ N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

3. Untuk lembar observasi
a. Lembar observasi pengelolaan model pembelajaran tuntas.
Untuk menghitung lembar observasi pengelolaan model pembelajaran tuntas digunakan rumus sebagai berikut:

Dimana: P1 = pengamat 1 dan P2 = pengamat 2
b. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa
Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut:
dengan

Dimana: % = Persentase pengamatan
= Rata-rata
= Jumlah rata-rata
P1 = Pengamat 1
P2 = Pengamat 2

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa data observasi berupa pengamatan pengelolaan model pembelajaran tuntas dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan model pembelajaran tuntas yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran tuntas dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan data pengamatan aktivitas siswa dan guru.
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran tuntas.
A. Analisis Data Penelitian Persiklus
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan model pembelajaran tuntas, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.


b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 2 April 2009 di Kelas IV dengan jumlah siswa 45 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah kepala sekolah dengan dibantu seorang guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:










Tabel 4.1. Pengelolan Pembelajaran Pada Siklus I
No Aspek yang diamati Penilaian Rata-rata
P1 P2
I Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran

B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil penyelidikan
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep

C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi

I Pengelolaan Waktu 2 2 2
III Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias
2. Guru Antusias

Jumlah 32 32 32

Keterangan : Nilai : Kriteria
1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Sangat Baik


Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan waktu, dan siswa antusias. Keempat aspek yang mendapat penilaian kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I. Dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.
Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel berikut.

Tabel 4.2. Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus I
No Aktivitas Guru yang diamati Persentase
Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa/merumuskan masalah
Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya
Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran 7,81

No Aktivitas Siswa yang diamati Persentase
Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku siswa
Bekerja dengan sesama siswa
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
Menyajikan hasil pembelajaran
Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi


Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu 20,31%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dan menjelaskan materi yang sulit yaitu masing-masing sebesar 17,19% dan 12,50%. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah mengerjakan/memperhatikan penjelasan guru yaitu 21,09%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah bekerja dengan sesama siswa, diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru, dan membaca buku yaitu masing-masing 17,58% 13,48 dan 10,74%.
Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran tuntas sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.
Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
No Uraian Hasil Siklus I
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran tuntas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 68,22 dan ketuntasan belajar mencapai 66,67% atau ada 30 siswa dari 45 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 66,67% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan model pembelajaran tuntas.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1) Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran
2) Guru kurang maksimal dalam pengelolaan waktu
3) Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung
d. Refisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan
3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.


2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan model pembelajaran tuntas dan lembar observasi guru dan siswa.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 9 April 2009 di Kelas IV dengan jumlah siswa 45 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah kepala sekolah dengan dibantu seorang guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II
No Aspek yang diamati Penilaian Rata-rata
P1 P2
I Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran

B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil peneyelidikan
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep

C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi

II Pengelolaan Waktu 3 3 3
III Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias
2. Guru Antusias

Jumlah 41 43 42
Keterangan : Nilai : Kriteria
1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Sangat Baik

Dari tabel diatas, tampak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran tuntas mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat. Maksudnya dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namum demikian penilaian tersebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas dalam penerapan model pembelajaran tuntas diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan.
Berikut disajikan hasil observasi aktivitas guru dan siswa:

Tabel 4.5. Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II
No Aktivitas Guru yang diamati Persentase

9 Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa/merumuskan masalah
Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya
Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menentukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran 71,81

No Aktivitas Siswa yang diamati Persentase

9 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku siswa
Bekerja dengan sesama siswa
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
Menyajikanhasil pembelajaran
Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi/latihan 12,11


Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus II adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu 23,44%. Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan. Selain itu aktivitas guru yang mengalami peningkatan adalah menjelaskan materi yang sulit sebesar 14,06%. Meminta siwa mendiskusikan dan menyajikan hasil kegiatan 10,93%. Disamping itu ada juga aktivitas guru yang mengalami penurunan antara lain memotivasi siswa dan mengaitkan dengan materi sebelumnya masing-masing menjadi 6,25%, memberi umpan balik menjadi 15,63% dan membimbing siswa merangkum pelajaran menjadi 6,25%
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus II adalah bekerja dengan sesama siswa yaitu 19,53%. Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitas siswa yang mengalami peningkatan adalah membaca buku menjadi 13,67%, diskusi antar siswa/antar siswa dengan guru menjadi 14,06%, menyajikan hasil pembelajaran menjadi 7,42%, mengajukan pertanyaan/ide dan merangkum pemelajaran masing-masing menjadi 9,38%.
Aktivitas lainnya yang mengalami penurunan adalah menulis yang relevan dengan KBM menjadi 12,11% dan mengerjakan tes evaluasi menjadi 6.25%.
Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
No Uraian Hasil Siklus II
1
2
3 Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar 74,67
34
75,56

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 74,67 dan ketuntasan belajar mencapai 75,56% atau ada 34 siswa dari 45 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan menerapkan model pembelajaran tuntas.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1) Memotivasi siswa
2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3) Pengelolaan waktu


d. Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain:
1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan model pembelajaran tuntas dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 16 April 2009 di Kelas IV dengan jumlah siswa 45 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah kepala sekolah dengan dibantu seorang guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus III
No Aspek yang diamati Penilaian Rata-rata
P1 P2
I Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran


B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil peneyelidikan
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep


C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi

II Pengelolaan Waktu 3 3 3
III Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias
2. Guru Antusias

Jumlah 45 44 44,5

Keterangan : Nilai : Kriteria
1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Sangat Baik

Dari tabel di atas, dapat dilihat aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus III) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran tuntas mendapatkan penilaian cukup baik dari pengamat adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan model pembelajaran tuntas diharapkan dapat berhasil semaksimal mungkin.
Tabel 4.8. Aktivitas Guru dan Siswa Pada Siklus III
No Aktivitas Guru yang diamati Persentase
1

9 Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa/merumuskan masalah
Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya
Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran 7,81

No Aktivitas Siswa yang diamati Persentase

9 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku siswa
Bekerja dengan sesama siswa
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
Menyajikanhasil pembelajaran
Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi/latihan 12,50


Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus III adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu 20,31%, aspek ini menurun kembali seperti pada siklus I. Sedangkan aktivitas menjelaskan materi yang sulit, meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil pembelajaran, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab menurun masing-masing menjadi sebesar 10,94%, 6,25%, dan 7,81%
Aktivitas lain yang mengalami peningkatan adalah mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya dan menyampaikan langkah-langkah strategis masing menjadi 10,94% dan 17,19%. Adapun aktivitas yang lain tidak mengalami perubahan.
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus III adalah membaca buku yaitu sebesar 19,53% dan diskusi antar siswa/antar siswa dengan guru menjadi sebesar 19,14%, aspek ini mengalami peningkatan dibanding siklus sebelumnya. aktivitas lain yang mengalami peningkatan adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru menjadi 12,50%, dan mengerjakan tes evaluasi menjadi sebesar 6,844%.
Sedangkan aktivitas yang mengalami penurunan adalah bekerja sama dengan sesama siswa menjadi 13,87%, mengajukan pertanyaan/ide menjadi 5,86%, menulis yang relevan dengan KBM menjadi 7,03% dan merangkum pembelajaran menjadi 7,81%.
Berikutnya adalah rekapitulasai hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.9. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III
No Uraian Hasil Siklus III
1
2
3 Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar 79,78
39
86,67

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 78,60 dan dari 45 siswa yang telah tuntas sebanyak 39 siswa dan 6 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 86,67% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran tuntas sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan menerapan model pembelajaran tuntas. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4) Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.


d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan model pembelajaran tuntas dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan model pembelajaran tuntas dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
B. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran tuntas memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 66,67%, 75,56%, dan 86,67%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran tuntas dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada pada pokok bahasan kisah-kisah Nabi dengan model pembelajaran tuntas yang paling dominan adalah bekerja dengan sesama siswa, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran tuntas dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.






BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan dari tujuan penelitian tindakan kelas (action research) untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang terjadi di kelas, serta berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tiga siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran tuntas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam, hal ini terlihat dengan ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (66,67%), siklus II (75,56%), siklus III (86,67%).
2. Model pembelajaran tuntas dapat menjadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide dan pertanyaan, siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok dan mampu mempertangungjawabkan segala tugas individu maupun kelompok, serta penerapan model pembelajaran tuntas mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan model pembelajaran tuntas memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model pembelajaran tuntas dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SDN ABC Kec. Kota Jakarta tahun pelajaran 2009/2010.
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.









DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineksa Cipta.
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston.
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Djamarah. Syaiful Bahri. 2000. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hamalik, Oemar. 1994. Metode Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hamalik,Oemar. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin University Press.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya.
Poerwodarminto. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Bina Ilmu.
Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineksa Cipta.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lampiran 1

LEMBAR PENGAMATAN PENGELOLAAN KBM

Nama Sekolah : ………………. Nama Guru : ………………………
Mata Pelajaran : ………………. Hari/tanggal : ………………………
Sub Konsep : ………………. Pukul : ………………………

Petunjuk
Berikan penilan anda dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai.
No Aspek yang diamati Penilaian
1 2 3 4
I Pelaksanaan
A. Pendahuluan
1. Memotivasi Siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah kegiatan bersama siswa.
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan.
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil penyelidikan.
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman.
2. Memberikan evaluasi.
II Pengelolaan waktu
III Antusiasme kelas
1. Siswa antusias
2. Guru Antusias.

Keterangan Jakarta, ……….2009
1. Kurang baik Pengamat
2. Cukup baik
3. Baik
4. Sangat baik
(…………………………..)




Lampiran 2
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS GURU DAN SISWA DALAM KBM

Nama Sekolah : Tanggal :
Kelas/semester : Waktu :
Bahan Kajian : Nama Guru :
Petunjuk Pengisian
Amatilah aktivitas gurudan siswa dalam kelompok sampel selama kegiatan belajar berlangsung kemudian isilah lembar observasi dengan prosedur sebagai berikut:
1. Pengamat dalam melakukan pengamatan duduk di tempat yang memungkinkan dapat melihat semua aktivitas siswa yang diamati.
2. Setiap 2 menit pengamat melakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa yang dominan, kemudian ½ menit pengamat menuliskan kode kategori pengamatan.
3. Pengamatan ditujukan untuk kedua kelompok yang melakukan secara bergantian setiap periode waktu tiga menit.
4. Kode-kode kategori dituliskan secara berurutan sesuai dengan kejadian pada baris dan kolom yang tersedia.
5. Pengamatan dilakukan sejak guru memulai pelajaran dan dilakukan secara serempak.
Aktivitas guru Aktivitas siswa
1. Menyampaikan tujuan
2. Memotivasi siswa/merumusan masalah.
3. Mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya.
4. Menyampaikan langkah-langkah/strategi
5. Menjelaskan materi yang sulit
6. Memebimbing menemukan konsep.
7. Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan.
8. Memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab.
9. Membimbing siswa merangkum pelajaran. 1. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru.
2. Membaca buku.
3. Bekerja dengan sesama siswa
4. Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru.
5. Menyajikan hasil pembelajaran
6. Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide.
7. Menulis yang relevan dengan KBM.
8. Merangkum pembelajaran.
9. Mengerjakan tes evaluasi.

Nama Guru:




Nama Murid: Nama Murid:




Nama Murid: Nama Murid:




Nama Murid: Nama Murid:




Nama Murid: Nama Murid:




Jakarta, 2009
Pengamat

(…………………….)
Lampiran 3

Data Pengamatan Pengelolaan KBM Pada Siklus I

No. Aspek yang diamati Penilaian
P1 P2
1 2 3 4 1 2 3 4
I Pelaksanaan
A. Pendahuluan
1. Memotivasi Siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah kegiatan bersama siswa.
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan.
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil penyelidikan
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman.
2. Memberikan evaluasi.


II Pengelolaan waktu √ √
III Antusiasme kelas
1. Siswa antusias
2. Guru Antusias.



Keterangan:


Dimana: P1 = pengamat 1
P2 = pengamat 2




Lampiran 4

Data Pengamatan Pengelolaan KBM Pada Siklus II

No. Aspek yang diamati Penilaian
P1 P2
1 2 3 4 1 2 3 4
I Pelaksanaan
A. Pendahuluan
1. Memotivasi Siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah kegiatan bersama siswa.
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan.
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil penyeledikan
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman.
2. Memberikan evaluasi.









II Pengelolaan waktu √ √
III Antusiasme kelas
1. Siswa antusias
2. Guru Antusias




Keterangan:


Dimana: P1 = pengamat 1
P2 = pengamat 2




Lampiran 5

Data Pengamatan Pengelolaan KBM Pada Siklus III

No. Aspek yang diamati Penilaian
P1 P2
1 2 3 4 1 2 3 4
I Pelaksanaan
A. Pendahuluan
1. Memotivasi Siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah kegiatan bersama siswa.
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan.
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil penyelidikan
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman.
2. Memberikan evaluasi.










II Pengelolaan waktu √ √
III Antusiasme kelas
3. Siswa antusias
4. Guru Antusias.











Keterangan:


Dimana: P1 = pengamat 1
P2 = pengamat 2




Lampiran 6

Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran I

No. Nama (Guru-Siswa) P RP I (80 menit) Jumlah
Nama Guru 1 2 3 4 5 6 7 8 9
P1 2 3 3 3 4 6 3 5 3 32

P2 3 2 2 3 4 7 3 6 2 32

Rata-rata X 2.5 2.5 2.5 3 4 6.5 3 5.5 2.5 32

Prosentase % 7.81 7.81 7.81 9.38 12.50 20.31 9.38 17.19 7.81 100

1 Nama Siswa P1 4 4 6 4 2 3 3 2 4 32

P2 8 2 5 5 2 2 4 2 2 32

2 Nama Siswa P1 6 4 6 4 2 3 2 2 3 32

P2 8 2 7 5 1 2 3 2 2 32

3 Nama Siswa P1 5 3 7 5 1 3 2 2 4 32

P2 10 4 4 4 1 2 3 2 2 32

4 Nama Siswa P1 4 4 7 5 2 3 2 3 2 32

P2 10 4 4 3 1 2 4 2 2 32

5 Nama Siswa P1 6 2 8 4 3 1 2 2 4 32

P2 8 3 4 5 3 3 2 2 2 32

6 Nama Siswa P1 6 4 6 4 1 3 2 2 4 32

P2 8 4 3 5 1 3 4 2 2 32

7 Nama Siswa P1 5 4 6 3 3 4 2 2 3 32

P2 5 4 4 5 3 3 3 3 2 32

8 Nama Siswa P1 6 3 8 4 3 1 2 2 3 32

P2 9 4 5 4 1 2 3 2 2 32

Jumlah P1 42
28
54
33
17
21
17
17
27
256

P2 66
27
36
36
13
19
26
17
16
256

Rata-rata X 54 27.5 45 34.5 15 20 21.5 17 21.5 256

Prosentase rata-rata % 21.09 10.74 17.58 13.48 5.86 7.81 8.40 6.64 8.40 100


Keterangan:

Rata-rata (x)

Prosentase rata-rata (%)











Lampiran 7

Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran II

No. Nama (Guru-Siswa) P RP I (90 menit) Jumlah
Nama Guru 1 2 3 4 5 6 7 8 9
P1 2 2 2 3 5 7 4 5 2 32

P2 3 2 2 3 4 8 3 5 2 32

Rata-rata X 2.5 2 2 3 4.5 7.5 3.5 5 2 32

Prosentase % 7.81 6.25 6.25 9.38 14.06 23.44 10.93 15.63 6.25 100

1 Nama Siswa P1 2 5 6 5 2 5 2 3 2 32

P2 3 5 6 5 2 4 2 3 2 32

2 Nama Siswa P1 3 4 7 5 2 4 2 3 2 32

P2 2 6 5 5 3 3 3 3 2 32

3 Nama Siswa P1 4 4 6 5 3 3 2 3 2 32

P2 4 4 7 4 2 3 3 3 2 32

4 Nama Siswa P1 4 6 6 4 1 5 2 2 2 32

P2 3 5 6 4 3 4 3 2 2 32

5 Nama Siswa P1 5 4 6 4 3 3 2 3 2 32

P2 5 5 5 4 4 1 4 2 2 32

6 Nama Siswa P1 5 2 7 6 1 2 3 4 2 32

P2 3 4 7 6 1 2 3 4 2 32

7 Nama Siswa P1 6 4 6 2 3 3 2 4 2 32

P2 4 3 9 4 2 1 4 3 2 32

8 Nama Siswa P1 4 3 6 5 3 3 3 3 2 32

P2 5 6 5 4 3 2 2 3 2 32

Jumlah P1 33
32
50
36
18
28
18
25
16
256

P2 29
38
50
36
20
20
24
23
16
256

Rata-rata X 31 35 50 36 19 24 21 24 16 256

Prosentase rata-rata % 12.11 13.67 19.53 14.06 7.42 9.38 8.20 9.38 6.25 100


Keterangan:

Rata-rata (x)

Prosentase rata-rata (%)











Lampiran 8

Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran III

No. Nama (Guru-Siswa) P RP I (90 menit) Jumlah
Nama Guru 1 2 3 4 5 6 7 8 9
P1 3 2 4 5 2 7 2 5 2 32

P2 3 2 3 6 5 6 2 4 2 33

Rata-rata X 2.5 2 3.5 5.5 3.5 6.5 2 4.5 2 32

Prosentase % 7.81 6.25 10.94 17.19 10.94 20.31 6.25 14.06 6.25 100

1 Nama Siswa P1 2 5 5 7 2 3 3 3 2 32

P2 3 6 5 6 3 2 2 3 2 32

2 Nama Siswa P1 5 6 4 6 2 3 2 2 2 32

P2 5 6 7 4 2 2 1 2 3 32

3 Nama Siswa P1 4 5 2 2 9 1 4 3 2 32

P2 3 5 6 6 1 2 4 2 3 32

4 Nama Siswa P1 4 6 5 6 2 2 3 2 2 32

P2 5 8 6 4 1 1 3 2 2 32

5 Nama Siswa P1 4 7 4 7 2 2 1 3 2 32

P2 5 9 4 7 0 1 2 2 2 32

6 Nama Siswa P1 4 6 4 8 2 2 2 2 2 32

P2 3 8 4 7 3 1 1 3 2 32

7 Nama Siswa P1 5 4 3 7 2 3 3 3 2 32

P2 3 7 6 6 3 1 1 2 3 32

8 Nama Siswa P1 5 5 2 7 2 2 3 4 2 32

P2 4 7 4 8 2 2 1 2 2 32

Jumlah P1 33
44
29
50
23
18
21
22
16
256

P2 31
56
42
48
15
12
15
18
19
256

Rata-rata X 32 50 35.5 49 19 15 18 20 17.5 256

Prosentase rata-rata % 12.50 19.53 13.87 19.14 7.42 5.86 7.03 7.81 6.84 100


Keterangan:

Rata-rata (x)

Prosentase rata-rata (%)











Lampiran 9
Hasil Tes Ulangan Harian Pada Siklus I
No. Nama Nilai Keterangan
T TT
1 Nama Siswa 100 √
2 Nama Siswa 60 √
3 Nama Siswa 80 √
4 Nama Siswa 60 √
5 Nama Siswa 70 √
6 Nama Siswa 80 √
7 Nama Siswa 70 √
8 Nama Siswa 50 √
9 Nama Siswa 70 √
10 Nama Siswa 40 √
11 Nama Siswa 90 √
12 Nama Siswa 60 √
13 Nama Siswa 70 √
14 Nama Siswa 70 √
15 Nama Siswa 70 √
16 Nama Siswa 50 √
17 Nama Siswa 90 √
18 Nama Siswa 50 √
19 Nama Siswa 70 √
20 Nama Siswa 70 √
21 Nama Siswa 40 √
22 Nama Siswa 80 √
23 Nama Siswa 70 √
24 Nama Siswa 80 √
25 Nama Siswa 50 √
26 Nama Siswa 70 √
27 Nama Siswa 70 √
28 Nama Siswa 80 √
29 Nama Siswa 70 √
30 Nama Siswa 50 √
31 Nama Siswa 60 √
32 Nama Siswa 100 √
33 Nama Siswa 70 √
34 Nama Siswa 70 √
35 Nama Siswa 80 √
36 Nama Siswa 60 √
37 Nama Siswa 50 √
38 Nama Siswa 80 √
39 Nama Siswa 70 √
40 Nama Siswa 70 √
41 Nama Siswa 70 √
42 Nama Siswa 60 √
43 Nama Siswa 80 √
44 Nama Siswa 70 √
45 Nama Siswa 50 √
Jumlah 3070
30 15



Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak tuntas
Jumlah Siswa yang tuntas : 30
Jumlah siswa yang tidak tuntas : 15
Skor Maksimal Ideal : 4500
Skor Tercapai : 3070
Rata-rata Skor Tercapai : 68,22
Prosentase Ketuntasan : 66,67%


































Lampiran 10
Hasil Tes Ulangan Harian Pada Siklus II
No. Nama Nilai Keterangan
T TT
1 Nama Siswa 100 √
2 Nama Siswa 60 √
3 Nama Siswa 90 √
4 Nama Siswa 70 √
5 Nama Siswa 70 √
6 Nama Siswa 90 √
7 Nama Siswa 70 √
8 Nama Siswa 50 √
9 Nama Siswa 80 √
10 Nama Siswa 50 √
11 Nama Siswa 100 √
12 Nama Siswa 60 √
13 Nama Siswa 80 √
14 Nama Siswa 70 √
15 Nama Siswa 80 √
16 Nama Siswa 60 √
17 Nama Siswa 90 √
18 Nama Siswa 60 √
19 Nama Siswa 70 √
20 Nama Siswa 70 √
21 Nama Siswa 50 √
22 Nama Siswa 80 √
23 Nama Siswa 80 √
24 Nama Siswa 90 √
25 Nama Siswa 60 √
26 Nama Siswa 80 √
27 Nama Siswa 80 √
28 Nama Siswa 90 √
29 Nama Siswa 80 √
30 Nama Siswa 60 √
31 Nama Siswa 70 √
32 Nama Siswa 100 √
33 Nama Siswa 80 √
34 Nama Siswa 80 √
35 Nama Siswa 80 √
36 Nama Siswa 70 √
37 Nama Siswa 50 √
38 Nama Siswa 80 √
39 Nama Siswa 90 √
40 Nama Siswa 80 √
41 Nama Siswa 70 √
42 Nama Siswa 70 √
43 Nama Siswa 80 √
44 Nama Siswa 80 √
45 Nama Siswa 60 √
Jumlah 3360
34 11



Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak tuntas
Jumlah Siswa yang tuntas : 34
Jumlah siswa yang tidak tuntas : 11
Skor Maksimal Ideal : 4500
Skor Tercapai : 3360
Rata-rata Skor Tercapai : 74,67
Prosentase Ketuntasan : 75,56%

















Lampiran 11
Hasil Tes Ulangan Harian Pada Siklus III
No. Nama Nilai Keterangan
T TT
1 Nama Siswa 100 √
2 Nama Siswa 70 √
3 Nama Siswa 90 √
4 Nama Siswa 80 √
5 Nama Siswa 80 √
6 Nama Siswa 90 √
7 Nama Siswa 90 √
8 Nama Siswa 60 √
9 Nama Siswa 90 √
10 Nama Siswa 60 √
11 Nama Siswa 100 √
12 Nama Siswa 70 √
13 Nama Siswa 80 √
14 Nama Siswa 80 √
15 Nama Siswa 80 √
16 Nama Siswa 70 √
17 Nama Siswa 90 √
18 Nama Siswa 60 √
19 Nama Siswa 80 √
20 Nama Siswa 80 √
21 Nama Siswa 60 √
22 Nama Siswa 90 √
23 Nama Siswa 80 √
24 Nama Siswa 90 √
25 Nama Siswa 70 √
26 Nama Siswa 90 √
27 Nama Siswa 90 √
28 Nama Siswa 90 √
29 Nama Siswa 80 √
30 Nama Siswa 60 √
31 Nama Siswa 80 √
32 Nama Siswa 100 √
33 Nama Siswa 80 √
34 Nama Siswa 80 √
35 Nama Siswa 80 √
36 Nama Siswa 70 √
37 Nama Siswa 50 √
38 Nama Siswa 90 √
39 Nama Siswa 80 √
40 Nama Siswa 80 √
41 Nama Siswa 90 √
42 Nama Siswa 80 √
43 Nama Siswa 80 √
44 Nama Siswa 80 √
45 Nama Siswa 70 √
Jumlah 3590
39 6



Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak tuntas
Jumlah Siswa yang tuntas : 39
Jumlah siswa yang tidak tuntas : 6
Skor Maksimal Ideal : 4500
Skor Tercapai : 3590
Rata-rata Skor Tercapai : 79,78
Prosentase Ketuntasan : 86,67%

































MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN MODEL PENGAJARAN TUNTAS PADA SISWA KELAS IV
SDN ABC KEC. KOTA JAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2009/2010




KARYA TULIS ILMIAH


Oleh
NAMA GURU S.Ag
NIP: 130 000 000






DINAS PENDIDIKAN
SDN ABC KEC. KOTA JAKARTA
2009
ABSTRAK


Nama Guru, 2008. Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Menerapkan Model Pengajaran Tuntas Pada Siswa Kelas IV SDN ABC Kec. Kota Jakarta Tahun Pelajaran 2009/2010

Kata Kunci: Pendidikan Agama Islam, model pembelajaran tuntas

Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan intruksional khusus. Sebab dalam kegiaatan belajar mengajar, mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (a) Apakah penerapan model pembelajaran tuntas dapat meningkatkan prestasi siswa terhadap materi pelajaran Pendidikan Agama Islam (b) Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran tuntas dalam meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Agama Islam?
Untuk meningkatkan prestasi dan motivasi siswa dalam belajar Pendidikan Agama Islam, khususnya di SDN ABC Kec. Kota Jakarta, salah satunya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran tuntas. Dengan menerapkan metode pembelajaran ini diharapkan prestasi serta motivasi belajar Pendidikan Agama Islam dapat meningkat.
Tujuan penelitian tindakan ini adalah: (a) Ingin mengetahui bagaimanakah peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkannya model pembelajaran tuntas. (b) Ingin mengetahui pengaruh model pembelajaran tuntas dalam meningkatkan prestasi dan motivasi belajar terhadap materi pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas IV SDN ABC Kec. Kota Jakarta tahun pelajaran 2009/2010. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (66,67%), siklus II (75,56%), siklus III (86,67%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran tuntas dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa SDN ABC Kec. Kota Jakarta tahun pelajaran 2009/2010, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Kata Pengantar iii
Abstrak iv
Daftar Isi vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Pemecahan Masalah 5
D. Batasan Masalah 5
E. Tujuan Penelitian 5
F. Manfaat Penelitian 6
G. Definisi Operasional 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar 8
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar 10
C. Motivasi Belajar 11
D. Prinsip Motivasi 11
E. Teknik Mimotivasi Berdasarkan Kebutuhan 15
F. Model Pembelajaran Tuntas 18
G. Hipotesis Tindakan 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian 27
C. Subyek Penelitian 28
D. Prosedur Penelitian 28
E. Instrumen Penelitian 29
F. Teknik Analisis Data 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data Penelitian Persiklus 38
B. Pembahasan 55
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 57
B. Saran 57
DAFTAR PUSTAKA 59

Sabtu, 01 Mei 2010

- KUMPULAN PIDATO BAHASA INGGRIS

KUMPULAN PIDATO INGGRIS
Potret Pendidikan Indonesia
“A Reflection of Education for Indonesian Future”.


Juries, ladies and gentlemen, Standing here, I would like to deliver my speech under title “Reflection of Education for Indonesian Future.
Ladies and Gentlemen:
Do you still remember the tragedy of the atomic bomb fell on Nagasaki and Hiroshima, Japan, in 1945? It became the world's historical record. Japan devastated. At the same year in Indonesia, August 17, 1945, our nation celebrated independence as a sign of the escape from the hands of colonialism. Japan was devastated country, Indonesia got freedom. Logically, a country that developed rapidly since Indonesia had a chance to build itself our nation (Indonesia). However, reality shows the fact on the contrary; today Japan is superior country that built itself and the far left Indonesia.
Ladies and Gentlemen, do you know why it happens?
The key of success that Japan established itself is a great attention to the development of Human Resources by paying attention education. The first step taken from Japan government was to record how many teachers and doctors were still alive. The result is very amazing. After approximately 20 years, Japan can become an advanced country. For education sector, Japan is the best nation of Asian. Japan is really aware that teacher has crucial role in developing country.
Happy brothers and sisters,
What about in Indonesia?
Indonesian government is far behind from all especially Asian nations. This is supported by the lack of government attention. If there is a concern but it is serious and professional in management. Furthermore, the process of management is not transparency and inappropriate policy whereas our country is considered as one of the countries that has sufficient natural resources as a major capital to build the country. But the reality of poverty and unemployment still become the main enemy. We may forget that the progress of a nation depends on the merit of human qualities or human development index.
Indonesian government is far behind from all especially Asian nations. This is supported by the lack of government attention. If there is a concern but it is not serious and professional in management. Furthermore, the process of management is not transparency and inappropriate policy whereas our country is considered as one of the countries that has sufficient natural resources as a major capital to build the country. But the reality of poverty and unemployment still become the main enemy. We may forget that the progress of a nation depends on the merits of human qualities or human development index. Jhon Neisbitt Mega trends in 2000 in his book reminds us by saying: "A poor country could rise, even without the natural resources abundant, if the nation did enough invest, namely in terms of quality human resources."

Ladies and Gentlemen
Then, how do we have attitude the weaknesses of our education above? It is difficult to change our nation problem which has more than 210 million people whereas our nation will face hard challenge in the future concerning the life of Indonesian people in national and global life among the nations of the world.

The main key of education success for the future is we must be optimistic about the future without having to lose our rationality to be always self correct and improve our weaknesses. The rise of education budget that becomes 20 % of national budget is a clear proof from government attention to the development of our education.

Ladies and Gentlemen,
Optimism is not enough if not preceded by concrete steps. Then what concrete steps can we do to improve our education in the future? Exactly the answer is very much, but I personally try to give a simple answer. These answers are a reflection for us.

One: education is a responsibility of all citizens. It is not just responsibility of school. We have a moral obligation to save education. The government must also guarantee citizen by giving free education such as fellowship especially for poor student.

Two: I convince a paradigm that says” besides schooling education, there is another important thing namely education begins from family. This paradigm is very important for parent to build human character in the future.

Three: education curriculum, good evaluation system. Government provides the broadest authority to formulate their own curriculum. This curriculum was developed by the educational unit to allow adjustment of educational programs to the needs and potential that exists in schools.

Four: improving teacher’s quality as profession through teacher certification program as well as appreciation to the teacher by giving wage or teacher subsidy. This policy constitutes a concrete effort to the teacher proficiency, improving quality of learning process and finally improving quality of student’s learning output.

Five: education is not only for educating children in a single category of intelligence, such as only intellectual intelligence (IQ) but also to develop other intelligences like spiritual intelligence (SQ), emotional quotient (EQ), and so on. Therefore, one of the causes of our nation in a protracted crisis is poor of Spiritual quotient. Corruption, collusion, nepotism and premanism are a manifestation of failure of our educational products. Inspired by the movie "Laskar Pelangi by Andrea Hirata, There is valuable lesson we can take from the film” someones’ intellegence can not be measured with brain solely, written with the numbers but also measured from the" heart ".

This is my speech; we hope that Indonesian education can produce personality or coming generation which has moral, independence, mature, honest and good character. And finally our education will be qualified and advance as well as give a great contribution to the advance of our country in all aspects.




HOW TO ADVANCE OUR EDUCATION IN INDONESIA

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام ..............................................................

Firstly, All praises are to Allah, makes this world complete with beautiful something, so we attend in the nice occasion
Secondly, Peace and salution be given to our the best and greatest prophet Muhammad SAW that we hope His help in doomsday. He is as the islamic hero who helped us to go out from stupidity era to modern era until now.
Thirdly, big thank to our teacher that gives me time to deliver my speech in this morning. Well, standing here, I would like to deliver my speech under title “How to advance our education in Indonesia.
Ok, Ladies and gentlemen
Science and education are the most principal needs for the people. Because of that, The government has to guarantee the fulfillment of basic need without discriminating social statue, age and gender. In the case, This is declared in opening of the Indonesian Constitution 1945 “Developing the mentality of the nation life”.
Happy brothers and sisters, The government should improve education sector including the education system that allows all levels of society going to school through scholarships, the improvement of the quality of education and the teacher’s prosperity. The problem within the educational sector will be never settled if the government does not have the commitment to the quality of education. Take an example; only 9 % of the whole national budget is allocated for education in Indonesia. It is a proof that the government has not shown its political will to improve the quality of the people’s life through education. This figure is the lowest among the countries with compared to ASEAN. Our neighbor countries like Malaysia which allocates more than 20 % of its national budget, Thailand 22 % and Singapore 19 %. On the other hand, our education sector in Indonesia has not been put an important priority in the political issue.
Happy friends,
There are at least three main reasons why education has not attained its success.
First: The government has not got its political will to improve the quality of education, such as education national budget is very minimum.
Second: The people and the student’s parents have not realized about the importance of the quality education.
Third: The capability of the educational institution in management is still so far what is expected.
All these mean that is a big problem for us. If we want to have a better future, I personally think there some suggestions to solve the problem above. They are:
1. There should be strong political will to improve the quality of education in our country for example; increasing education national budget, giving scholarships to the teacher has no academic qualification (S1), free school fee for the poor students.
2. Educational Institution should be given opportunities as much as possible to carry out the job based on the real need of the community. Everyone especially teacher should understand about what the student actually needs. Not only the knowledge which is given through school subjects, they don’t merely need mathematic, biology but they also need the skill of community, the skill of interaction, the skill of cooperative with others.
3. Educational activities should be projected towards the future. This means that everything we do in the educational institutional should be directed towards the fulfillment of the people’s basic need in the future.
Finally the most important thing is a real effort to develop a good character for our student. What can we do with this? Is it enough just to give “Pendidikan Agama” and PPKN which are given only 2 hours every weeks? Of course it is not enough. We should give integrate moral values, religion teaching and good culture within every subject in the curriculum such as; we teach biology to the students by inviting students to think about the miracle of nature, who created the nature.
If all these can be realized, I am very optimistic that the quality of education can advance and will have a great contribution to the prosperity of the coming generation.
Ladies and Gentlemen, Here is my speech. We hope my speech can be beneficial for the future of our education. Thanks all and the last say….

MAKING HEALTHY GENERAL ELECTION 2009
TOWARD AN IDEAL INDONESIAN GOVERNMENT


Legislative general election 2009 has been done. KPU and some survey institutions stated real quick count and placed democrat party in the first position with a majority vote 20 % prededed by PDI-P, GOLKAR and the others. This result moved some leaders of politic party to probe coalision of parties for the coming president election on july 2009.
As if Legislative general election 2009 run well to manifest procedural and substantial democracy which protected and guaranteed basic rights like civil, politic, economy, social and culture. However, this general election still set aside a complex problem if we compared the previous general elections. We often hear information from mass media that there were many fouls happened in general election 2009 we found. General election which followed by 44 parties and put majority vote for candidate of DPR and DPRD members as well as parliamentary threshold are exactly more complicated than general election 2004. Of course, quick count and determining general election result will need long time and have own complexity.
Standing here, we are going to deliver a discourse about how to make healthy general election 2009 toward an ideal Indonesian government. Faithfully and shortly from this speech, we will also explain crucial problems happened in general election 2009 as the principle of general election is to develop an ideal government which aims to improve a process and quality of democracy life in our beloved nation.
Ladies and gentlemen,
We only note some big problems in realization process of general election namely;
1. Money politic. It can not be denied that during realization process of general election in Indonesia. Money politic is a common thing. This case gives a proof for us that our community is very easy to be trapped in a moment earthly interest from legislative candidate. General election arena will change into politic disaster if criteria of figure victory is determined and measured by money.
2. The bad quality of general election campaign from politic parties. The current campaign looks alike to keep ignorant people with entertainments. The most thing is; the people are happy and satisfied with a campaign. General election as democracy festivity is meant by politic parties as a fight “dead or alive”. They also mean it as a bright future to reach position in state palace. It is really ironic that politic parties only expect civil sympathy for getting authority and forget civil fate when they hold the power.
3. Management technical defect and politic determination which caused million people lost constitutional rights. This related on badness of permanent voter list (DPT), disorder of ballot for voting. Most of white group (GOLPUT) also illustrate this democracy party. People who don’t vote constitute a deep accumulation toward disbelief to parliament or party leader who don’t take sides with civil when they holds the power.
4. Government was imprinted to let disorder of general election process which disobeys democracy and PEMILU principles. From the facts above, we think that legislative general election has a serious defect. As a consequence, democracy process which is still developed in our country gets decline as well as threats president election (PILPRES) 2009.
Ladies and gentlemen, How we can develop an ideal government if a process of general election realization is not still suitable with our hopes. That is why, there must be good solution to overcome big problems above in order that we improve ourselves especially to welcome the coming president election on July 2009.
Ladies and gentlemen,
There are some beneficial solutions for us to improve process of general election. They are;
1. Improve process of general election especially about permanent voter list (DPT). Learning from experiences 9 April 2009, General Election Commission has to recover and make up to date a permanent voter list (DPT) by applying de jure and de facto principle. KPU must make a complaint post soon for the people who can not use their rights in general election 2009. They who come to complaint post must be soon noted as voter addition.
2. The coming general election campaign must be more qualified by considering five things namely one: is general election exactly done based on the rules?, Two: Can general election campaign convince people with good programs?,Three; Are there any deceptions or money politic to the people with some promises?,Four; Can a campaign introduce representatives of party leader?,Five; does a campaign touch main problems of our country?
3. History will note an attitude “accepting victory or a defeat”, giving a congratulation and moral support to the winner as well as inviting parties to contribute together. That is a good attitude. A very sportive action showed by Hillary Clinton when she admitted the winning of Barrac Obama from democrat party and happily supports campaigns of Barrac Obama. It should not be done to bring down and disfigure a taken policy. That’s why, attitude of politic elite invites all communities to follow and accept the result of general election peacefully.
4. To form an ideal, strong, civilized government, party coalition is very necessary. Developing solid government coalition is not easy thing in politic reformation era which follows presidential system with party multi system. Effectiveness and government stability are difficult to reach except if there are same vision and mission from party coalition, strong commitment from cabinets and supporter in parliament to manifest vision and mission. And the most important thing is, Party coalition must give a priority the future of nation, not for private interest. All parties must take a part to support government to overcome nation problems. We should not blame each other, make a big conflict because what we need right now is we loose and free from multidimensional crisis happened in our beloved country.
Ladies and gentlemen…
Here is my short speech, I hope my speech will be beneficial for us to succeed the coming general election especially president election on July 2009. With the next general election, Indonesia will meet an ideal, strong and civilized government which finally become into big nation, advanced nation in the world. May Allah SWT always give guidance our beloved nation.
And the last I say Assalamu’alaikum Wr.Wb



THE IMPACT OF FACEBOOK FOR TEENAGER


Standing here, we are going to deliver an interesting title about The Impact of Face Book for Teenager.

Ladies and gentlemen…
What are you going to do when you face the window of virtual world which is ready to send you everywhere? Opening email, news site, blogging? Or opening social websites or others? You exactly agree with my opinion if I think that almost the people tend to open social websites such as face book at first than others sites. And do you know what face book means?
Well, as we all know face book is a social networking site as new media for the user of internet to express ourselves especially through pictures, short message to answer short questions too.
Face book comes in the midst of the wider community in general and students in particular, is to facilitate friendship, communication, and expanding the network / connection, and allows people to each other in fulfilling the needs of social beings who depend on each other. Face book is growing exponentially and will grow in the future too because it connects people of different caste, religion and countries together.

Happy brothers and sisters
The presence of high technology like Face book can give some benefits for the users.
1. Reinforcement Hospitality
One of the reasons people use face book is to strengthen brotherhood or friendship although limited to only through facebook.
2. Knowing our potential
Face book has a variety of applications that can be used by users for free. In this application, we can see what potential there is in us even though it was limited to an application.
3. Media campaign
Face book can also be used as a promotional medium. Many who advertise products, services, agencies, etc. through face book as a means of media campaigns for example, during the legislative elections. The candidates use Face book as a means of campaigns and mobilize support.
4. To Facility discussions
on face book, we can join the various communities or groups that are not limited, to join the course you must be invited by the admin community or group.

But, unfortunately Face book also leads to negative impact for users. They are:

1. Wasteful. This means It was obvious wasteful, especially when we use hand phone. We must fill pulse just to check or change the status of Face book.
2. Face book can also make you lazy to learn, do chores or work that we should do.

Ladies and Gentlemen:
To protect ourselves from the negative impact, I personally give you all smart solutions. You should consider some other important things as well.
First: while you can meet new friends online, you may also come into contact with spite people misrepresenting themselves. These are people you don’t want to know. Internet thieves and sexual predators are only too eager to exploit personal information found on social networking sites.
Second: Keep your private information. Never post your full name, Social Security number, address, phone number, financial information or schedule. These will make you vulnerable from thieves, scams, burglars, or worse.
Third: Think twice before posting your photo. Photos can be used to identify you offline. They can also be altered or shared without your knowledge
Fourth: Use your common sense. If you are contacted by a stranger online, find out if any of your established friends know the person, or run an online search on them (after all, you can use these things to your own benefit too!). If you agree to meet them, make it in a public place and invite others to join you.
Fifth: Trust your instincts. If you feel threatened or uncomfortable during an online interaction, don’t continue the dialogue. Report any offensive behavior to the social networking Web site administrators.
Sixth: Be careful. Don’t take any information you receive from a new online contact at face value. The Internet makes it easy for people to say or do things they would never say or do in public or in face-to-face interactions. Protecting yourself is the smart thing to do.
Ladies and gentlemen…
Here is my short speech; I hope my speech will be beneficial for us to succeed the coming generation with the presence of the high technology in modern era. May Allah SWT always give guidance for us
And the last I say Assalamu’alaikum Wr.Wb

TEACHER IS HERO WITHOUT COMMENDABLE SIGN

The meaning of hero for everyone is exactly different. And the meaning of hero will change preceded with the era growth. Years ago, hero is more emphasized to the people that defend our country from colonial domination. Nowadays emphasizing the meaning of hero becomes larger. But is hero today same with the last hero? Exactly not, because we are in the independence world. So What is the form of real hero today?
The answer is teacher. Teacher is one of form of heroism today. Teacher is proper given predicate of hero. Because of remembering teacher’s struggle and sacrifice that are given to young generation in order that young generation becomes the best generation not only having intellectual but also morality. How crucial teacher’s role is, Until when Japan was devastated by atom bomb. The Caesar Hirohito did not ask “how many soldiers, tank, and fighter jet did we have?” But he asked; How many teachers were still alive? He understood that teacher has crucial role in developing country. He didn’t worry Japan will be completely destroyed forever because there were still teachers alive. This is not strange for only short time; Japan would be come back as developed country. This happened since Japan maximized teacher’s role.
Back to our country, The fact that happens today is term of teacher as hero without commendable sign according to me that humiliated teacher’s status or doesn’t appreciate teacher. If we observe, teacher is associated as a hero but verdicted contemptibility that He is without commendable sign.
For receiver, in this case teacher without commendable sign can be interpreted that teachers don’t hope or ask an appraisal in doing their duty. They are honest and straight forward in teaching with wage which is not sufficient to fulfil family need in a month.
The giver of commendable; society or government will interpret that It was fate teacher is not necessary to give a commendable. That implicates to government and society do not feel to have the obligation in giving commendable sign. Let’s see the example there are some teachers have two professions. At the morning they are as teachers, at the afternoon they are as driver. So don’t amazed if there are some teachers, who have another profession like driver, don’t prepare themselves to teach at the school and finally the quality of students is very low.
As their fate is less paid attention. Their life welfare is still in a dream. Facility at their school is still like colonial era. If may compare condition in Malaysia. The teacher’s wage in Malaysia is enough to be eaten three months. Its facility is very sophisticated and complete. Then there are some people comment, “Don’t too demand for a salary increases, teacher! Don’t blame that, the government ability in paying wage is enough here.
Their opinion is wrong. They should be aware. From where do they can read? From where do they write? From where does employee get position and intelligence? That all are from teacher. At this very moment, all have been taught by teacher. Appreciate teachers! Give attention to teacher because knowledge will be beneficial if student doesn’t appreciate them.
That’s why I personally think that
1. Omit the degree which humiliates “teacher is hero without commendable sign” Change that degree with “teacher is nation hero.
2. For teacher, keep on your teaching and be the best and professional teacher. Teacher is like world job, but akhirat wage. As their glory, the highest wage will be received when at the here after namely going into the heaven at first. Otherwise teacher is the first person going to the hell.
That all my speech, we hope this will be trigger for us to appreciate the teacher’s commendable which becomes the key of development for our beloved country.



Let’s Arouse Sport of Beloved Indonesia

Ladies and gentlemen,
Indonesia has established its independence to the world. As long time, a perseverance of Indonesian’s Son had effort to defend this Indonesian independence with a hard struggle, sweat and blood. Since the first independence era, Indonesia always got a great challenge either internal or external. In colonial period, a concentration of this nation is to defend Indonesian independence. At the moment, there were many shocks of nation disintegration trigged by another nation as well as our nation itself. Since socio-political in Indonesia, the people were made a doctrine to think about how to fulfil this independence. It is obvious that our government at the time got a big temptation affected by a great dictator. However if we see, both of Indonesian government era had contributed sweet achievements in the world of sport. Take an example Lee Swee and Rudy Hartono, they were as badminton athlete who gave a big contribution toward the advance of sport in Indonesia. Achievements of Indonesian sport in past time had raised a prestige or good image of Indonesia in the eye of other nations

Well, happy juries,
Today, Indonesian people had more freedom to produce a master work and innovate. All Indonesian areas are almost supplied with electricity. A construction of sport surplus in international standard has spread all over Indonesia including Jakarta, East Kalimantan, South Sumatera and Riau. This condition should have assisted Indonesian sport achievement in world arena. However Indonesian sport achievement in this time tends to be stagnant interval till descent. In the previous SEA GAMES, Indonesia got only in the fifth level. Thomas and Uber Cup are always dominated by China. In Asian Cup of Indonesian football could not defend from group phase although Indonesia acted as host.

Happy brothers and sisters,
There is a big question for us toward reasons of our sport fact of having fallen behind from Asian countries. As one of state image projection is not only seen from prosperity, education, economy and military, Sport sector also becomes a sweet image projection about how world community views a state.
Happy the juries,
Basically, there are many reasons caused condition of our sport fact of having fallen behind from Asian and western countries. They are:
1. The lack of sport facility as well as financing of our sport still becomes a classic problem which threats sport founding in many areas.
2. There is unique thing from what we analogy a nation character. A minimum of our sport achievement in this time is the same as a minimum of Indonesian nationalism because of an effect of globalization era. It affected on mindset of Indonesian people for materialism. Take an example, some cases showed by Football player team of PSSI rejected to become PELATNAS because of unmatched payment. Some of Indonesian sport player do not have a pure intention to struggle national sport achievement for the name of Indonesia but for the short interest.
3. We may not blame athletes who think only material in their duties completely. It happened because government never gives a proper appreciation to the athletes who succeeded to perfume name of their nation. That is a dilemma between willing to put out Indonesian flag on the stage and appreciation from our government.
4. Founding and developing our sport has not been maximal yet. It means that developing our sport can not be done instantly without a mature planning. The government in this time trains and develop our athlete who has attained the age. If it is done continuously, we will have no strong fundamental in sport sector.

Well, ladies and gentlemen,
Looking back problems above, here we will give a better critic and suggestion to advance Indonesian sport sector.
1. Build and complete our surplus of sport. It can make athletes to train maximally
2. Nationalism of our athletes must be maintained and become a doctrine toward the advance of Indonesian sport sector. The government must also appreciate our athlete achievement. Loot at China and Malaysia, their athletes have a high nationalism to their country as well as their government gives a high prosperity guarantee for their achievement in advancing sport sector.
3. Our sport development can be done early with a good planning. The government and sport organization have to look for young athletes who have a great talent to be developed and prepared into competent athletes.
4. Beginning from now, let’s think wholly. Problems of our sport become our responsibility. President of Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono invited all components of nation to dig and advance Indonesian sport sector continuously. Let’s strengthen the unity of nation through sport. Let’s develop a strong nation character through sport. Let’s increase noble spirit and sportiveness through sport. Let’s increase Indonesian image in the global level through sport. The name of Indonesia is not only seen from prosperity, education, economy and military but Indonesia is also seen from sport achievement. Well ladies and gentlemen let’s think together to advance and liberate our sport for The Mighty God, nation and for us.

That all my speech, we hope this will be trigger for us to advance our sport which becomes the key of development for our beloved country.

THE IMPACT OF INTERNET FOR TEENAGERS
BY MUHAMMAD HAFIDH

In modern era with his technology forward rapidly, the human mind is also the longer the sophistication of science. One of technologies used around the world is internet. Internet can be used by anyone from children to adolescents. Most people like by all facilities that attract them. They can download the music they want. The others can also play games. There are many advantages offered by the internet that can add friends through chatting net, email, friendster, face book and others. With the all facilities, they can keep in touch with friends or relatives even though they are in distance away because they moved out of the city or countries. For the learners, many students use the internet for research as it contains websites with information on just about every subject that is possible to imagine. In some countries, school even provide free internet access for the students in their learning resource centers
Ladies and gentlemen…
In other side, the use of internet by children and young people raises an ethical dilemma because the internet also brings us negative impacts. There are some irresponsible websites that offer those pictures or pornography video. This case makes us upset about this situation. With the presence of internet in this era, young people are very labile to cross the line. Many criminals that happen in our country are caused by bad side from internet.
Happy brothers and sisters..
The news in mass media like Rape, sexual abuse, murder etc was a concrete proof for our failure to select and make a filter on the presence of internet. Internet also affects on children physiological as well as addictive person. Someone who uses internet will be hooked and makes them in front of computer for hours until they forget to do household. They do not even socialize more with other people.
Happy the juries…
From the fact above, what should we do? Should we blame anyone or the other? Exactly not. This is our responsibility. We may not blame anyone. An effort we do is to avoid our children cross the line and disobey the law. Well the juries….
There are some beneficial suggestions to reencounter negative impact of internet.
1. We should do something based on our capacity. As the parents, the role of parents now is very necessary to monitor the lives of children. The children at the age of teenagers are more unstable. They search in the self and are very easy to do something wrong, affected by outside world. If the child in environment is good, he or she becomes a good child, otherwise if the child in environment is bad, he will be also bad. Parents should limit what should be seen and what should not be seen by children.
2. As teachers, they should direct their students into a good way if the students often use internet. Teachers also explain the danger or disadvantage of using internet. By giving the right comprehension, the students realize on what they should do and use internet well.
3. The involving of owner of internet and government are also important. At least owner of internet should make a sensor or block bad sites that influence young generation. Young generation must be saved because they are nation hope. Government also socializes about the use and benefit of internet through seminar, positive activities

Well ladies and gentlemen
That’s all my speech, we hope this suggestion will be smart solution to overcome the danger of presence of internet and we also hope that we can obtain the positive side from internet. This means that what we can do to increase the effectiveness of this medium is to use it wisely! It is a tool that needs to be used with a sense of responsibility and common sense – if only everyone would understand and follow these ethics of Internet!
Juries, brothers and sisters. Thanks for all Wassalamu’alaikum Wr.Wb

perpus mayak ponorogo's Fan Box

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates