Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

ALQUR'AN ONLINE

Senin, 14 Juni 2010

- Sistem Pendidikan Pancasila (Mendesain Pembelajaran Berkualitas Dunia)

SISTEM PENDIDIKAN PANCASILA
(MENDESAIN PEMBELAJARAN BERKUALITAS DUNIA)
I. LATAR BELAKANG
Manusia dan bangsa berbudaya dan beradap, merdeka dan berdaulat senantiasa mengembangkan (menegakkan) sistem kehidupannya dengan suatu sistem kenegaraan. System kenegaraan ini ditegakkan berdasarkan suatu system nilai dan atau ajaran system filsafat (yang dikembangkan dan ditegakkan sebagai system ideologi negara, ideologi nasional.
Bangsa-bangsa modern menyaksikan berbagai system filsafat dan atau ideology yang menjiwai berbagai bangsa dan Negara, seperti ajaran theokratisme, liberalism-kapitalisme, sosialisme, marxisme-komunisme-atheisme; zionisme, zaniisme-fascisme, fundamentalisme . . . dan sudah tentu Pancasila.
Setiap system filsafat berkembang sebagai nilai fundamental yang dipercaya sebagai ajaran tentang kebenaran hakiki; karenanya dijadikan filsafat hidup (pandangan hidup, weltanschauung), yang memberikan identitas dan jati diri bangsa itu (jatidiri nasional); bahkan sebagai perwujudan jiwa bangsa (Volksgeist). Nilai-nilai fundamental inilah yang menjadikan sumber cita-cita nasional dan cita kenegaraan; karenanya dijadikan dasar Negara (filsafat Negara, ideology Negara). Karenanya, nilai fundamental ini memancarkan integritas nasional dan integritas system kenegaraan.
Demikianlah asas fundamental system filsafat dan atau system ideology yang menjadi identitas dan integritas berbagai system kenegaraan bangsa-bangsa modern. Antar mereka, dalam kehidupan internasional dengan kebangsaan nasional masing-masing --- setiap menganut ideology berwatak dogmatis dan fanatis, dalam makna mereka percaya superioritas (keunggulan) system filsafatnyasekaligus system kenegaraanya! Fenomena menjadi dinamika pergaulan (baca: kompetisi) dan dinamika internasional! Antar bangsa sesungguhnya terjadi perjuangan merebut sumpremasi ideology; yang bermuara sebagai neo-imperialisme!
Melalui berbagai bidang kehidupan nasional mereka menggelar keunggulanya - - - sebagai propaganda! --- untuk memikat (baca: menggoda, melanda dan menaklukkan) bangsa-bangsa yang lemah, yang tidak memiliki kebanggaan nasional dan integritas nasional! Mereka, terutama bangsa-bangsa yang mendominasi gelanggang politik internasional; bahkan mengendalikan berbagai kelembagaan dunia; seperti: IMF, Wordl Bank, ADB, APEC, sampai menjangkau intervensi politik --- bandingkan : bagaimana USA dan UE melalui organ PBB menekan berbagai Negara merdeka atas politiknya yang dipandangnya sebagai ancaman masa depanya, seperti: Iraq, Iran, Korea Utara, dan berbagai Negara yang dihujat sebagai sarang teroris! ---.
Sesungguhnya dunia abad XXI yang ditandai era globalisasi –liberalisasi dan postmodernisme bukanlah dinamika alamiah ( natural ); melainkan sebuah dinamika yang direkayasa berdasarkan strategi dan tujuan demi: supremasi ideology dan neo-imperialisme --- sebagai pengganti kolonialisme-imperialisme yang telah diturunkan oleh gerakan bangsa-bangsa merdeka dan berdaulat! --- yang selama 4 abad menjadi sumber eksplorasi demi kekayaan kapitalisme!
Kepercayaan, keyakinan dan kebanggaan nasional ini menjadi sumber motivasi bagi semua warga Negara RI untuk senantiasa menegakkan asas moral filsafat pancasila sebagaimana diwariskan dan diamanatkan oleh the founding fathers, istimewa PPKI sebagai pendiri Negara. Amanat ini secara filosofis-ideologis dan konstitusional bersifat imperative, menjiwai, melandasi dan memandu tatanan nasional secara formal dan fungsional. Essensi amanat UUD Proklamasi seutuhnya terkandung didalam filsafat negara Pancasila dan terjabar secara konstitusional di dalam UUD Proklamasi seutuhnya.
II. LANDASAN FILOSOFIS-IDEOLOGIS DAN KONSTITUSIONA
Tiap bangsa mewarisi mulai nilai-nilai alam lingkungan hidup sebagai sumber daya alam (ALH-SDA); tatanan nilai sosio-budaya dan filosofis ideologis sampaisisten konstitusional kenegaraanya.
Ajaran sisten filsafat yang diwarisi sebagai system filsafat hidup (pandangan hidup, Weltanschauung Lebensalwelt) bangsa yang berkembang menjiwai kehidupan nasionalnya. Karenanya, diakui sebagai jiwa bangsa(Volksgeist, jati diri bangsa) atau identitas dan integritas nasional!
Nilai-nilai fundamental ini memancarkan integritas dan martabat nasional sekaligus sebagai perwujudan nilai terbaik bangsa! Secara filosofis nilai fundamental dijadikan dasar negara (ideology Negara, ideology nasional). Nilai-nilai fundamental ini juga berfungsi sebagai metateori dan atau megateori (Grandtheory ); sekaligus sebagai Grundnorm bangsa dan Negara !
Mulai dasar Negara sampai cita-cita nasional dan tujuan Negara; termasuk tujuan dan tujuan pendidikan nasional sesungguhnya ialah jabaran Dasar Negara dan ideology Negara --- in casu bagi bangsa Indonesia dan NKRI ialah filsafat Negara Pancasila !--- demikian pula dalam sistem kenegaraan di dunia modern, telah mapan sistem liberalism-kapitalisme, sistem sosialisme, zionisme, marxisme-komunisme-atheisme; dsb ---
Berdasarkan asas-asas fundamental demikian bangsa dan Negara ditegakkan; sekaligus SDM warga Negara generasi muda sebagai generasi penerus dididik dan dibina secara melembaga dalam sistem pendidikan nasional! Asas demikian bermakna bahwa asas filosofis pendidikan nasional (=filsafat pendidikan nasional) secara filosofis ideologis dan konstitusional imperatife) dan a-priori atau niscaya adalah nilai filsafat hidup (filsafat Negara, ideology Negara, ideologi nasional)! --- bukan sistem atau ajaran filsafat non-Pancasila!---.
Berdasarkan ajaran dan atau sistem filsafat hidup masing-masing bangsa dan Negara, maka dikembangkanlah potensi jepribadian SDM sebagai warga bangsa dan Negara demi penegak integritas nasional, kedaulatan dan martabat bangsa Negara! SDM sebagai subyek penegak kemerdekaan dan kedaulatan adalah pemilik tunggal bangsa, budaya dan sistem kenegaraanya dengan segala martabatnya! Karenanya, SDM yang dicita-citakan bansa dan Negara, senantiasa dijiwai dan berorientasi(berwawasan) nilai-nilai fundamental bangsa dan Negara. Demikian pula tujuan dan metode pendidikanya dijiwai dan dilandasi nilai fundamental nasional; demi integritas dan jatidiri nasional!
A. Wawasan Manusia
Manusia pribadi (keluarga ) dan bangsa senantiasa mewarisi nilai-nilai sosia budaya yang mebjadi identitas kepribadianya; mulai sosio-budaya, peradaban, nilai filsafat dan atau ideology nasional; lebih-lebih nilai moral keagamaan. Berdasarkan nilai-nilai fundamental ini terbentuklah sikap, karakter dan kepribadianya; yang senantiasa memberikan pedoman dan wawasan hidupnya! Analisis filosofis dan psokologis demikian dapat di kembangkan dan di lengkapidengan analisis ilmu jiwa dalam (depth psychologi, analitical psychologi) yang dikembangkan oleh Sigmund Freud, juga sebagai oleh Adler dan Edwar Sparager termasuk Fristz Kunkel.
Analisis filosofis dan psokologis demikian dapat di kembangkan dan di lengkapidengan analisis ilmu jiwa dalam (depth psychologi, analitical psychologi) yang dikembangkan oleh Sigmund Freud, juga sebagai oleh Adler dan Edwar Sparager termasuk Fristz Kunkel.
Ternyata atau terbukti bahwa kesimpulan ara pakar ilmu jiwa akan sinergis dengan kesimpulan dan asas−asas berbagai ajaran filsapfat manusia (antropologia metafisika). Karenanya, kesimpulan atas berbagai bidang keilmuanitu di angap signifikan dan valid.
Untuk meningkatkan kualitas penghayatan dan apresiasi manusia atas manusia; atas potensi dan martabat kepribadian manusia dan intergritas−kualitas ungul, agung dan mulia wajarlah manusia menerima informasi yang agamis. Ternyata, manusia bukan hanya berkedudukan sebagai khalifah, melainjkan juga sebagaimahluk termmulia bahkan di banding dengan malaikat .
Meskipun demikian wawasan filosofis, psikologis maupun paedagogis tetap mengakui adanya ruang yang mengandung misteri manusia: mulia kerokhaniannya, sebagai akal budi nurani. Puncak martabat kepribadian manusia pterpancar buakan hanya pada karya dan adikarya, melaikan pada moralitas dan pengabdian berdasarkan ketulusan… kepasrahan dalam harapan.
Untuk memahami dan menghayati fungsi martabat kepribadian manusia, secara teoritis dan praktis dapat dihayati nilai−nilai yang terlukis dalam sekema 1.





















SDM orang tua, guru dan pendidik secara natural dan sosial−kultural mewarisi dan memiliki wawasan (kepribadianya) sebagai manusia. Bagaimana nilai dan scope secara intregitas nilainya, amat ditentukan oleh latar belakang intergritas nilai−nilai pengetahuan, budaya dan filsafat hidupnya lebih−lebih moral keagamannya!
Bagaimanapun umat manusia hidup dan berkembang (berketurunan, berkarya) hanya dalam munkin dalam suatu wilayah alamiyah, uyang penulis sebut : alam− linkungan−hidup, sebagai sumber daya alam (=ALH−SDH). Tanpa ALH−SDH baik individu manusia, apalagi bangsa dan negara; bahkan budaya dan peradapan tidak mungkin dan berkembang!
Cermati dan hayati unsur komponen−komponen ALH−SDH dalam skema 2, dengan klarifikasi rinkas berikut:
Berkat ke−7 unsur/komponen ALH−SDA di atas umat manusia hidup dengan sejahtera. ALH−SDA menurut teori filsafat hukum alam (Natural Law Theory) Bagi umat manusia yang beragama, ALH−SDA addlah anugrah dan rahmat Allah Ynag Maha Rahman dan Rahim, Allah Yang Maha Berdaulat. Karenanya, sebagai anugrah ALH−SDA sekaligus adalah amanat untuk disyukuri, dinikmati dan plihara demi keberlangsungan kehidupan umat manusia dalam peradapan yang sejahtera!
Penigkatan budaya dan peradapan umat manusia, SDM juga menikmati beberpa nilai fundamental sebagai puncak kepribadiannya; terutama potensi jasmani (indera) nilai IPTEK (Ilmu pengetahuan dan tehnologi dan seni); nilai−nilai filsafat dan ideologi; berpuncak dengan nilai sepritual−kerokhanian sebagai martabat manusia, yakni kepercayaan kepada nilai agama (nilai sepiritual dan, niali suprasional)!
Hanya dengan demikian integritas martabat kepribadian SDM dapat dianggap berkualitas!
















*) Nilai Kultural Dan Suprakultural, Supranatural: Theisme−Religius
Skema 2
B. Wawasan Kependidikan Nasional
Sebagai bangsa yang mewarisi nilai budaya, peradapan dan sisitem filsafat/sisitem idiologi, Bangsa Indonesia mengembangkan wawasan kependidikan nasional sebagai kelanjutan dan peningkatan wawasan manusia di atas. Makanya, bagaimana bangsa secara melembaga meningkat dan membudayakan wawasan manusia di atas. Maknanya, bagaimana bangsa secara melembaga meningkatkan dan membudayakan wawasan manusia yang berdasarkan sisitem nilai yang berkembang dan kita cita−citakan untuk mennjadi integritas dan martabat nasional.
Wawasan pendidikan nasional di maksud baru dianggap valid terpercaya dengan kriteria komprehensif dan mendasar,terutama :
1. bahwa kepribadian manusia (SDM,Personality/P) berkembang menurut hkum ilmu jiwa : P = f (H x E ) = Personality = fungsi kerjasama antara faktor Hereditas dengan factor Environment.
SDM berkembang berkat factor eksternal (=FX) = ALH-SDA sebagai kodrat alamiah dan anugrah,dimana SDM dilahirkan dan hidup serta berkembang :antar- benua ,antar-negara :antar-daerah ;bahaka di kutub utara dan selatan!Bagaimana kondisi dan tingkat perkembangannya _ _ _ berkat pendidikannya_ _ _ akan senantiasa di tentukan oleh FX = ALH-SDA.Kita menyaksikan :bagaimana rakyat dan bangsa-bangsa di Afrika;terutama afrika tengah ;demikian Pulau bangsa di kutub utara (Eskimo)! Bersyukurlah dan banggalah kita menerima anugrah yang amat kaya dan sempurna;sekaligus membanggakan !
2. Potensi (nilai-nilai alamiah) ALH-SDA yang berwujud 7 (skema2) akan dinikmati dan di kembangkan menjadi nilai yang ke -8 = Budaya dan Peradapan .Maknanya berkat tersedianya ALH-SDA umat manusia mampu menciptakan dan mengembangkan budaya (culture).jadi,semua menjadi budaya ;missal :kayu dan hutan di kembangkan menjadi peralatan rumah tangga sampai kertas …tanah dikembangkan sebagai pertanian dan perkebunan;di dalam tanah ada berbagai tambang….dsb.
3. ALH-SDA secara total :termasuk alam semesta menjadi sumber dan unsure dasar IPTEKS; missal : astronomi,fisika ,biologi,ilmu pertanian,energi (temasuk listrik),kimia,ekonomi,kelautan;angkasa luar;dsb
4. SDM sebagai bangsa mewarisi pula nilai-nilai nasional ;sosiokultural : budaya local :budaya nasional. Bangsa sebagai bagian komunitas dunia (internasional) dan pergaulan sesame umat manusia mewarisi peradaban dunia secara universal! Tegasnya, antar nilai-nilai budya ini tetap memberikan identitas kepribadian manusia!
5. Sebagai kepribadian manusia (SDM) yang diciptakan dalam integritas jasmani-rohani, maka manusia menghayati potensi diri dan jati diri: bahkan cita-cita dan tujuan hidupnya: juga martabat kepribadiannya yang sejati. SDM hidup dalam kesementaraan untuk dharmabhakti dan kebijakan (amal ibadah) sebagai fungsi kerohanian, spiritual, budi nurani, iman dan pengabdian kepada maha pencipta!
Kesadaran nilai-nilai mental spiritual ini adalah kesadaran moral dan martabat manusia yang unggul-agung-mulia (=martabatnya kerokhaniannya hidup abadi di alam posthumous); alam supranatural alam keabadian
Berdasarkan wawasan manusia yang ditimgkatkan dalam Wawasan Kependidikan Nasional, system pendidikan nasional secara normative mengamanatkan kepda semua komponen pelaksanaannya untuk senantiasa mendidik SDM generasi muda bangsa sesuai dengan nilai-nilai fundamental di atas dalam jabarannya yang signifikan!

Uraian ringkasan di atas (ad.1 sampai 5) sebagai jabaran klarifikasi isi nilai yang terkandung dalam skema 3.









SDM DALAM KESEMESTAAN - MARTABAT DAN KEABADIAN

Fisika – Natural – Metafisika (supranatural)

Pradunia – Alam Semesta-Pascadunia (Keabadian)


+ = Rasional
* = Suprarasional
skema 3
III. AMANAT FILOSOFIS-IDIOLOGIS SEBAGAI SUMBER DAN LANDASAN SISTEM NASIONAL
Senbagai bangsa dan negara merdeka dan berdaulat berdasarkan pancasila-UUD Proklamasi 45: maka sistem kenegaraan Indonesia dapat dinamakan dengan predikat sebagai : sistem Pancasila-UUD Proklamasi 45, dengan integritas-martabatnya, visi-misinya sebagi tujuan nasional demi integritas kebangsaan, martabat kenegaraannya dengan menegakkan budaya dan moral politik nasionalnya!.

A. Sistem Kenegaraan Pancasila, Asas Normatif Filosofi-Idiologi dan Konstitusional dengan fungsi Kelembagaannya.
Sistem Kenegaraan Pancasila berdasarkan amanat UUD Proklamasi 45. dapat dilukiskskan dalam skema berikut

















*)= N= sejumlah sistem nasional, terutama :
1. Sistem filsafat Pancasila
2. Sistem ideologi Pancasila
3. Sistem Pendidikan Nasional (berdasarkan) Pancasila
4. Sistem hukum (berdasarkan) pancasila
5. Sistem ekonomi Pancasila
6. Sistem politik Pancasila (= demokrasi pancasila)
7. Sistem budaya Pancasila
Skema 4
Menegakkan sistem kenegaraan Pancasila berdasarkan asas normatif dalam kebijaksanaan strategis, konsepsional dan fungsional:
1. Mengembangkan secara normatif dan konsepsional fungsional semua sistem nasional yang diamanatkan konstitusi secara terpadu dan sinergis, mengingat antar komponen sistem saling mendukung. Misal: bidang ekonomi (sistem ekonomi pancasila) berkembang memadai bila didukung oleh sistem politik nasionl dan sistem hukum nasional yang mantab; tanpa komponen-komponen ini, ekonomi nasional akan tetap krisis dan terpuruk. Demikian berlanjut dengan berbagai bidang kehidupan sebagai yang dimaksud sistem nasional. Bila mungkin sistem-nasional dimaksud ditetapkan berdasarkan undang-undang (pra-amandemen melalui Tap MPR RI) sehingga dapat menjadi pedoman penyelenggaraan tiap bidang kehidupan (1-7 bidang).
2. Mengembangkan N-sistem nasional keseluruhan; prioritas 1-6 supaya tegak tatanan kebangsaan dan kenegaraan berdasarkan asas normatif-filosofis-idiologis pancasila sebagai diamanatkan UUD proklamasi secara imperatif. Artinya, semua kelembagaan negara berkewajiban mewujudkan konsepsi N-sistem nasional dan menegakkan secara konsisten. Sikap dan praktek demikian adalah bukti kesetiaan (loyalitas) warga negara kepada sistem kenegaraannya.
Amanat visi-misi mencerdaskan kehidupan bangsa secara melembaga akan terpercaya melalui sistem pendidikan nasional
3. Sistem pendidikan nasional ditegakkan dan di kembangkan dengan komponen-komponen:
 Hukum perundangan sebagai landasan dan pedoman pelaksanaan;
 Tata kelembagaan (organisasi dan pengelolaan): internal, horisontal dan vertikal;
 Sumber daya manusia (ketenagaan: profesional, pakar/keahlian) sebagai subyek pelaksanaan: kuantitas-kualitas memadai;
 Sumber dana yang memadai, terutama dari negara (APBN) dan didukung oleh masyarakat.
B. Amanat Filosofi-ideologis sebagai sumber dan landasan sistem Nasional
Amanat filosofi-idiologis dan konstitusional dalam Pembukaan UUD Proklamasi 45; tentang peningkatan kesejahteraan rakyat dan mencerdaskan kehidupan bangsa, terutama:” memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa.....” dapat dijabarkan sebagai visi-misi nation and caracter building.
Makna amanat fundamental ini fokus, berpusat kepada pemberdayaan SDM bangsa indonesia sebagai subyek penegak, pewaris dan bhayangkari NKRI sebagai sistem kenegaraan pancasila –UUD Proklamasi 45 yang merdeka, berdaulat dan bermartabat!
Demi terlaksananya amanat fundamental ini dapat dijabarkan dalam visi- misi sebagai landasan tujuan pendidikan nasional Indonesia Raya!.





Visi-misi ini terutama sebagai amanat nasional, dapat dijabarkan secara mendasar, terutama:
1. Memajukan kesejahteraan umum, berarti :
a. seluruh rakyat warganegara terjamin kesejahteraan sosial ekonominya (sila V) Pancasila;
b. bahw kesejahteraan adalah prasyarat untuk sehat dan cerdas, berkemampuan sosial ekonomi untuk meraih pendidikan yang memadai.
c. Dengan kondisi sejahtera semua warganegara lebih mampu melaksanakan visi-misinasional dan menegakkan kedaulatan dan ketahanan Nasional!.
2. mencerdaskan kehidupan bangsa, bermakna :
a. cerdas secara mental-moral, berbudi luhur sesuai dengan sila I dan agama masing-masing : bermartabat, dan bertaqwa, dan tegaknya kepemimpinan ang memiliki integritas dalam NKRI !
b. cerdas secara sosial politik : mampu menegakkan kepemimpinan dan pengelolaan yang efektif sebgai subyek pemimpin yang adil dan beradab dalam NKRI dan dalam pergaulan antar bangsa dan negara dengan kesadaran dan kebanggan nasional.
c. cerdas secara ilmiah dan kebudaaan : kreatif, mandiri, unggul, dan bermartabat dalam peradaban modern.
Visi-misi nasional untuk membina bangsa dan watak bangsa ini dikembangakan dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Negara sebagai kelembagaan nasional berkeawajiban melaksanakannya dalam sistem pendidikan nasional sebagai wujud tanggung jawab negara --- in casu :
Visi-misi nation and character building dapat bermakna :
1. Terbinanya SDM berkepribadian mandiri, unggul, dan bermartabat (dengan integritas-adil-beradab- dan taqwa)*
2. SDM unggul sinergis dalam pergaulan dunia modern sebagaimana dikehendaki dalam tujuan MDG’s dan UNESCO ---- namun sebagai SDM yang setia dan bangga dengan jati diri nasionalnya! ---
Catatan 1 :
Penamaan Departemen Pendidikan Nasional dalam era reformasi, menurut kami tidak tepat (dan tidak bijaksana) bedasarkan alasan :
1. Secara internasional Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan (Department of Education and Culture) ; dalam makna :
a. Nama Departemen Pendidikan sebagai kelembagaan (kementrian,secara nasional, membawahi semua provinsi RI); sebagai lembaga tertinggi penanggung jawab dan pengelola bidang pendidikan nasional!
b. Nama gandanya : dan kebudayaan mewujudkan i s i (content) yang berwujud nilai-nilai kebudayaan --- baik nasional, maupun universal; baik ilmiah maupun humaniora dan filsafat ---.
c. Sedangkan Depdiknas sekarang, hanya ada kelembagaan pengelola dengan scope wilayah nasional (nusantara,NKRI). Fungsinya melaksankan pendidikan masalah : tujuan dan isi pendidikan belum tentu terkandung dalam visi-misi kelembagaannya, dalam makna : sebagai isi dan wujud kebudayaan (culture, dan atau civilization).
Catatan 2 :
Dulu ada yang menjawab : bahwa kebudayaan sudah dimasukkan dalam Departemen/Menteri Negara Pariwisata dan Kebudayaan.
Jawaban Kami:
1. Kebudayaan dalam Menteri Negara Pariwisata dan Kebudayaan, adalah kebudayaan sebagai --- wujud budaya yang sudah ada, untuk dipasarkan bagi para turis/wisatawan sebagai industri pariwisata.
2. Sedangkan kebudayaan dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan adalah sebagai nilai dan isi yang menjadi Bagian dari tujuan pendidikan nasional untuk diwariskan, dikembangkan, ditingkatkan (kuantitas dan kualitasnya) yang pada gilirannya akan dipasarkan oleh Menteri Negara Pariwisata dan Kebudayaan sebagai industri Pariwisata.
Berdasarkan analisis rasional dan Normatif-Konstitusional, supaya NKRI tidak terasing dalam pergaulan Negara-negara di dunia modern, wajarlah nama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ditegakkan kembali!
Demi system kenegaraan yang bermartabat, hendaknya semua nama Departemen dalam NKRI sebagai cabinet setiap Lembaga Kepresidenan RI imperative ditetapkan dengan Undang-undang ---- jadi bukan menurut selera Tuan Presiden secara Subyektif!-----

IV. LANDASAN FISOLOSFIS-IDEOLOGIS DAN KONSTITUSIONAL SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIA RAYA
Amanat nasional demi tegaknya sistem pendidikan nasional Indonesia sebagaimana terumus dalam pembukaan UUD Proklamasi 45, yang diuraikan atas akan dilaksanakan dengan berbagai landasan dan pedoman berikut:
A. Landasan Filosofis-Ideologis dan Konstitusional
Meliputi, terutama: (1) Nilai filsafat pendidikan Pancasila; (2) UUD Proklamasi 45, terutama Pasal 31; (3) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; (4) Penjabaran UUD dan UU melalui: PP dan Kepment; (5) N-pedoman pelaksanaannya.
B. Asas-asas Kelembagaan Sistem Pendidikan Nasional
1. Asas Tripusat Kependidikan Indonesia: fungsionalisasi yang sinergis antar-lembaga kehidupan: keluarga (orang tua), lembaga pendidikan (sekolah pemerintah dan swasta); dan masyarakat.
2. Asas-asas proses kependidikan, yang secara normatif-praktis oelh pendidik dan tenaga profesional pengelola pendidikan, dengan menegakkan budaya dan moral asasi berikut:
(a) Asas cinta, dalam makna kasih sayang kepada siswa (anak didik, sebagai anak manusia, potensi generasi bangsa masa depan) sebagai subyek penerus regenerasi bangsa; (b) Asas penuh pengertian (understanding): orang tua dan guru wajib lebih memahami pribadi anak, potensi dan perasaannya. Karenanya, pelayanan didasarkan asas individual; (c) Asas kesabaran, mendidik dan membimbing dengan kesabaran,sesuai dengan kondisi dan potensi siswa; (d) Asas ketulusan (ikhlas), sebai sikap dan kepercayaan bahwa kerja yang tulus bernilai ibadah; (e) Asas pengabdian: Dr. Ki Hadjar Dewantara mengajarkan: Pendidik wajib mengabdi kepada sang anak!. Kita sebagai orang tua dan pendidik berkewajiban mengabdi kepada anak (yang tidak pernah minta untuk dilahirkan dan tidak mengerti dirinya dan tujuan hidupnya); (f) Asas kemandirian, niat dan motifasi pendidik, terutama orang tua terutama yang mengembangkan kemandirian kepada siswa; karenanya asa ini dikembangkan dan dibudidayakan.(g) Asas kekeluargaan; dilembaga pendidikan wajib dihayati sebagai statu wadah kekeluargaan, tempat hidup antar guru dan siswa dalam moral kekeluargaan (= sekolah adalah rumah kedua bagi siswa; dan guru adalah orang tua kedua bagi mereka).
C. Komponen Pelaksana Pendidikan dan Pengajaran
Sesuai dengan ketentuan berikut dan jabarannya, diamanatkan dan dipercayakan pelaksanaannya dengan berpedoman kepada: (1) UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional; (2) pencabaran UUD dan UU melalui: PP dan Kepment; (3) N-pedoman pelaksanaannya.
Oleh semua kompinen pelaksana di tingkat pusat dan daerah.

V. POLA DASAR PEMBELAJARAN BERKUALITAS
Berdasarkan asas bahwa ilmu pendidikan adalah ilmu normatif, demikian pula praktik mendidik berdasarkan asas normatif; terjabar dalam pembalajaran.
A. Landasan dan Tujuan Pendidikan Nasional
Dijiwai dan dilandasi Pancasila-UUD Proklamasi dan pedoman kepada UU No. 30 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, negara (in casu Departemen Pendidikan Nasional) melaksanakan amanat mencerdaskan kehidupan bangsa. Asas-asas pendidikan nasional: mulai asas tripusat pendidikan, tridharma Perguruan Tinggi dan pendidikan seumur hidup (life long education) menjadi budaya kerja fungsi kependidikan. Asas-asas demikian dijabarkan secara fungsional dengan konsisten (bukan: menciptakan ide baru tanpa bersumber asas-asas normatif-filosofis-idiologis dan konstitusional) yang diamanatkan NKRI.
Komponen fungsional pelaksanaan pendidikan nasional berdasarkan visi-misi nation and character building melalui upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, terutama:
B. Tujuan Pendidikan Nasional
Visi-misi nation and character building adalah jabatan dari amanat UUD, sebagai tersurat dalam penjelasan: “……mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk memelihara budipekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita. Moral rakyat yang luhur”.
Kemudian, nilai fundamental dalam rumusan tujuan pendidikan nasional ini menjadi dasar dan kriteria SDM-berkualitas yang dikembangkan NKRI: sebagai integritas nilai moral, mental-nasional-kultural dan iptek. Asas dan wawasan demikian dijabarkan dan dikembangkan dalam kurikulum.
Secara normatif UU No. 20 tahun 2003 menetapkan:
“Bab II Dasar, Fungsi dan Tujuan
Pasal 3 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.”
Untuk mewujudkan nilai dan isi tujuan, dirumuskan kurikulum nasional (kurikulum dasar, kurikulum inti; kurikulum pokok dan kurikulum pelengkap)
MEMORANDUM
Wajib menjadi pusat perhatian semua komponen pelaksanaan visi-misi kependidikan: bahwa SDM = aset bangsa utama dan pertama (primer) sebagai subjek pemilik NKRI dan Nusantara Indonesia Raya, penegak kemerdekaan, kedaulatan dan martabat nasional sebagai sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.
Karenannya standar bermutu wajib sungguh-sungguh diperhatikan, sebagai integritas nilai berikut:
1. Mutu dalam bidang IPTEKS dan Budaya
2. Penghayatan dan pengamalan nilai-nilai sosio-budaya nasional dalam komunikasi budaya global dan universal untuk menjamin identitas, jatidiri dan integritas nasional.
3. integritas mental-moral dengan kebanggaan jatidiri nasional berdasarkan filsafat Pancasila (ideologi nasional yang dijiwai moral Ketuhanan yang Maha Esa (sebagai sistem filsafat Theisme-Religius) yang memancarkan integritas moral keagamaan!

C. Kurikulum dan Kelembagaan Pendidikan (Pendidikan Dasar --- Pendidikan Tinggi)
”Bab X Kurikulum
Pasal 36 (3) Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Persatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: (a) peningkatan iman dan taqwa; (b) peningkatan akhlaq mulia; (c) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; (d) keragaman potensi daerah dan lingkungan; (e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional; (f) tuntutan dunia kerja; (g) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (h) agama; (i) dinamika perkembangan global; dan (j) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Pasal 37 (1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: (a) Pendidikan agama; (b) pendidikan kewarganegaraan; (+ Pendidikan Filsafat Pancasila-UUD NKRI 1945), dari penyaji makalah! (c) bahasa; (d) matematika; (e) ilmu pengetahuan alam; (f) ilmu pengetahuan sosial; (g) seni dan budaya; (h) pendidikan jasmani dan olahraga; (i) ketrampilan/ kejuruan; dan (j) muatan lokal.

Catatan penyaji makalah:
1. kurikulum setiap lima tahun wajib dikembangkan (revisi, mengayaan) sesuai kemajuan dan penemuan IPTEKS dunia.
2. Konsekuensinya, perbukuannya (bahan ajar: untuk SD-SMP-SMA-SMK) juga wajib dikembangkan sejalan dengan perkembangan budaya IPTEKS dimaksud.
3. demikian pula komponen guru dan pendidik, berkewajiban mengikuti pendidikan lanjutan.
Kewajiban kelembagaan pendidikan (guru dan pengelola lainnya) mengupayakan pelaksanaannya yang memadai.
Jadi, tujuan ialah terminal pendidikan ... untuk selanjutnya manusia terdidik pada masing-masing jenjang diharapkan mampu: melanjutkan pendidikan dan atau mengabdi (bekerja), dalam proses pendidikan seumur hidup (life long education)!
D. Hukum, Kebijaksanaan dan Strategi, Program sebagai Pedoman Kerja
Memperhatikan UU No. 20 tahun 2003, berbagai pasal memerlukan jabaran sebagai pedoaman operasional: baik berwujud PP maupun keppres maupun kepmen dan ataupun kepmen, termasuk berbagai kebijakan (secara imperatif bersumber dari asas filosofis-ideologis-konstitusional; sebaliknya bila bertentangan = inkonstitusional).
Perhatikan berbagai PP dan RUU tentang penyelenggaraan pendidikan nasional amat konstroversial: misal PP No. 61 tahun 1999 tentang PTN sebagai BHMM; dan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar nasional pendidikan ( yang sekarang dilaksanakan oleh BSNP); kemudian ditingkatkan menjadi UU No. 9 tahun 2009 tentang BHP untuk semua kelembagaan pendidikan Indonesia --- yang menurut kami tidak bersumber dari filsafat pancasila-UUD Proklamsi 45---.
E. SDM dan Pengelola Pendidikan
Mulai tenaga kependidikan (guru TK, SD, SMP, SMA sampai PT) bersama tenaga profesional (berbagai program diploma); dan staf administrasi + tenaga teknis dengan Subyek pelaksana: sebagai tenaga profesional dan tenaga fungsional akademik
Perlu dikembangkan budaya MSDM-MIB bagi dosen pembina PTN atau PTS. Seyogyanya ada perhatian khsusus pemerintah untuk menjamin kesejahteraan mereka secara lebih adil ---dibandingkan dengan berbagai tenaga pada komponen lain: departemen keuangan: Pajak, Beacukai; BUMN; dsb---. Fenomena soal ekonomi dapat dirasakan sebagai diskriminatif, karenanya memprihatinkan ...... dan tidak memotifasi semangat kerja dan pengabdian bidang kependidikan..... (apalagi bial dibandingkan dengan beberapa negara: malaysia, jepang.....)
F. Pola Desain Pembelajaran Berkualitas
Dikembangkan pola dasar pembelajaran yang komunikatif-kontekstual-fungsional; dalam proses dialogis dan demokratis dengan memperhatikan tingkatan/ hierarkhi sumber nilai belajar mengajar secara universal; sampai bagaimana kesadaran hubungan guru dan siswa dapat dilukiskan dalam skema 5.
HIERARKHI SUMBER DAN TINGKAT IPTEKS
Maha Sumber Kebenaran dan ipteks sebagai karunia –
Hidayah ( hikmah ): supranatural – suprarasional – hakiki
1

Alam semesta dan hukum alam, lingkungan alam,
2. Sistem budaya, sistem kenegaraan,
Sebagai sumber primer;
( nilai alamiah – universal dan nasional )

Disiplin atau bidang ipteks, kepustakaan, dan
3 Dokumentasi, sebagai sumber sekunder;
( khasanah budaya & peradaban )

Cendekiawan, pakar dan narasumber sebagai
4 Sumber tertier; ( amanat cultural – moral )

Antarhubungan komunikatif dan demokratis
5 Antar subyek belajar ( siswa – guru )
Kondisi dan suasana kelembagaan
Kependidikan konvensional
( Fungsional kependidikan kekeluargaan )
Skema 5 (MNS, 1980; 2000)

Mohon perhatian isi nilai dan tingkatannya dalam proses mendidik dan pembelajaran; supaya guru sebagai pendidik menghayati kedudukan, fungsi dan kewajiban dirinya dengan asas Tut Wuri Handayani; bukan cenderung menunjukkan otoritas dan wibawa keguruannya! (Guru = digugu lan ditiru).
G. Media dan Sumber Belajar - Mengajar
Khasanah ipteks dapat ditransformasikan secara efektif melalui media dan sumber belajar mengajar yang memadai; buku, perpustakaan; laboratorium; teknologi; media komunikasi, audio visual-aids canggih; juga membudayakan reality based learning, dan ICT based learning dalam khasanah dan kualitas modern.
H. Dana dan Sarana
Dana dan sarana pendidikan adalah fasilitas pendukung primer, karenanya cukup prioritas dan mendesak demi terlaksananya fungsi kependidikan. (amanat UUD Pasal 31 wajib dilaksanakan secara bertahap) sebaliknya, UU BHP dan berbagai PP dapat tidak sesuai/bertentangan dengan isi amanat Pasal 31 seutuhnya; bahkan bertentangan dengan hak rakyat untuk mendapatkan pendidikan sebagaimana mestinya (sebagai diamanatkan Pembukaan UUD Proklamasi 45)!
1. Evaluasi (Ujian)
Sebagai proses dinamika dan promosi (kemajuan) siswa senantiasa ada proses evaluasi atau penilaian yang berkelanjutan. Sesungguhnya evaluasi yang valid banyak ditentukan faktor instrumen dan criteria norma tes dan dasar penilaian. Evaluasi dapat dilaksanakan efektif:
1. Evaluasi sehari-hari : baik oleh siswa sendiri (self evaluation), maupun oleh guru; atau siswa bersama guru.
2. Evaluasi berkala (semester) : evaluasi kumulatif.
3. Evaluasi kenaikan kelas : sebaiknya kenaikan progresif berkelanjutan (sesuai dengan kemampuan dan prestasi siswa).
4. Evaluasi akhir (sekarang : Ujian Nasional / UNAS) : sebaiknya dihentikan!
5. Evaluasi di lembaga PTN-PTS relatif akuntabel.
Catatan :
1. UNAS amat mahal dengan banyak mengorbankan siswa. Karena, dengan dasar mutu nasional (standar nasional, oleh BSPN) sesungguhnya sangat tidak adil. Sebab nusantara Indonesia yang amat luas (33 Provinsi, 455 Kabupaten/Kota) dengan jumlah siswa SD sekitar 35 juta; SMP 6 juta; dan SMA 5 juta; jumlah guru relative cukup---tanpa mahasiswa PTN-PTS---. Di daerah Jawa saja belum semua daerah atau desa tercukupi : guru, lokal, buku pelajaran dan sarana belajar-mengajar … bagaimana siswa dinilai dengan standar nasional?; padahal pelayanan hanya standar lokal!
Adil dan bijaksanakah Pemerintah menilai dan menguji dengan standar nasional! Saya berpendapat sungguh tidak adil (mungkin dzolim!)
Adalah tidak adil orang tua sebagai pendidik yang tidak mau mengerti kondisi dan perasaan anak didiknya, padahal mereka adalah generasi penerus masa depan.
Demikian pula untuk tingkat perguruan tinggi (PTN dan PTS) dengan data berikut :
2. Depdiknas mengelola PTN “hanya” sekitar 80 PTN; akan dijadikan BHMN yang mandiri ……… bermuara menjadi beban masyarakat!
3. Rakyat, masyarakat RI mengelola PTS 2500 dengan swadaya dan swadana masyarakat ……… yang termotivasi melaksanakan tripusat pendidikan, menegakkan kemitraan masyarakat dan negara (rakyat dan Pemerintah); …… ternyata negara (ic. Pemerintah, Depdiknas mau lepas tanggungjawab ……… supaya sepenuhnya swadaya dan swadana masyarakat atas nama kemandirian?).
Apakah ini ethis dan adil ……… ?
4. Meskipun kita diberi pedoman oleh Ditjen Dikti dengan Pedoman HELTS, namun pelaksanaannya juga belum memadai. Hendaknya Penguasa Depdiknas meningkatkan kesadaran kewajibannya demi masa depan bangsa. Tantangan ini menjadi mendesak bila kita membandingkan dengan kualitas : mulai HDI Indonesia sampai berbagai PTN terkemuka kita yang dinilai amat memprihatinkan.
5. Lebih adil dan lengkap bila kita bandingkan dengan income tenaga dosen dan Guru Besar di PTN! --- terhadap berbagai jabatan kelembagaan Negara, lebih-lebih pejabat berbagai Komisi Ad-Hoc dalam era reformasi!
PENUTUP
Kita percaya dengan menegakkan sistem kenegaraan Pancasila sebagai terjabar dalam UUD Proklamasi 45, insya Allah NKRI tegak mengayomi seluruh rakyat dan nusantara dalam mencapai cita-cita nasionalnya.
Amanat mendidik anak sebagai generasi penerus adalah amanat alamiah (natural) dan cultural; bahkan konstitusional/kenegaraan dan moral; demi integritas dan martabat nasional masa depan bangsa dalam sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.
Semoga pokok-pokok pikiran di atas dapat menjadi renungan sekaligus sebagai bahan pertimbangan dan tantangan dalam melaksanakan amanat nasional: sebagai visi-misi Negara Proklamasi 45 yang terkandung dalam nilai : nation and character building!
Untuk memantapkan motivasi dan tekad bangsa, terutama para pendidik, cendekiawan, dan pemimpin nasional, kami lampirkan bagaimana tantangan abad XXI dalam dinamika globalisasi-liberalisasi dan postmodernisasi yang menggoda dan melanda dunia --- terutama bangsa dan Negara berkembang --- sebagai sasaran politik supremasi ideologi neo-liberalisme yang bermuara sebagai neo-imperialisme! Lebih memprihatinkan bahwa tantangan demikian sinergis dengan kebangkitan neo-PKI/KGB dalam era reformasi terhadap integritas NKRI sebagai sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45.
Maknanya, apabila bangsa Indonesia terus mengalami degradasi nasional dan erosi ideologi Pancasila; bangsa Indonesia dapat mengalami degradasi jatidiri nasional; bahkan degradasi moral dan martabat nasional! --- menjadi SDM yang membudayakan : politik dan demokrasi liberal, atas nama kebebasa (= Liberalisme) dan HAM (yang hakekatnya = HAMPA); berpuncak dengan : materialisme-sekularisme-atheisme! Inilah wujud tragedi moral dan martabat kemanusiaan; bahkan tragedi peradaban!
Semoga uraian ringkas ini memberi pencerahan, wawasan dan cakrawala cultural, filosofis-ideologis dan moral-theisme-religious sebagai terkandung dalam filsafat Pancasila, dasar Negara Indonesia Raya.
Visi-misi pendidikan nasional adalah kubu dan benteng terpecaya untuk menghadapi tantangan demikian!
Malang, 27 Juni 2009
Laboratorium Pancasila Univ. Negeri Malang
Ketua,

Prof. Dr. Mohammad Noor Syam, SH
130220550
LAMPIRAN
Renungkan dan hayati bagaimana keunggulan sistem filsafat Pancasila sebagai bagian dari filsafat moral universal dunia yang integral dengan nilai-nilai religious yang bersumber dari Timur Tengah (Skema 6).


















SUMBER DAN PUSAT PERKEMBANGAN FILSAFAT
Pusat Pengembangan Ipteks dalam Wawasan Filsafat

O N T O L O G Y --- E P I S T E M O L O G Y --- A X I O L O G Y

S P A C E ( R U A N G ) d a n T I M E ( W A K T U )


















*) = Sumur madu peradaban umat manusia, dibandingkan:
Eropa: sebagai sumur susu peradaban

INTEGRITAS NASIONAL DAN NKRI
KEMERDEKAAN DAN KEDAULATAN (NASIONAL) INDONESIA RAYA

















*) = UUD 45 Amandemen = Presiden, MPR, DPR, DPD, MK, MA dan BPK (+ KY)
+ = UU No. 27 Tahun 1999 tentang Keamanan Negara (yang direvisi): teruatama Pasal 107a – 107f
Sebagai jabaran UUD 45 dan Tap MPRS No. XXV / MPRS / 1966 (karenanya dapat ditegakkan sebagaimana mestinya).

- Contoh PTK Agama Islam

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Menurut teori psikologi, anak yang rasional selalu bertindak sesuai tingkatan perkembangan umur mereka. Ia mengadakan reaksi-reaksi terhadap lingkungannya, atau adanya aksi dari lingkungan maka ia melakukan kegiatan atau aktivitas. Dalam pendidikan kuno aktivitas anak tidak pernah diperhatikan karena menurut pandangan mereka anak dilahirkan tidak lain sebagai “orang dewasa dalam bentuk kecil”. Ia harus diajarkan menurut kehendak orang dewasa. Karena itu ia harus menerima dan mendengar apa-apa yang diberikan dan disampaikan orang dewasa/guru tanpa dikritik. Anak tak obahnya seperti gelas kosong yang pasif menerima apa saja yang dituangkan ke dalamnya.
Pandangan yang lebih maju (modern) menganggap hal tersebut di atas sesuatu yang keterlaluan, menyiksa serta mengingkari harkat kemanusiaan anak. Aliran modern ini merombak dan mengubah pandangan itu dan mengantikannya dengan penekanan pada kegiatan anak dalam proses pembelajaran. Anak aktif mencari sendiri dan bekerja sendiri. dengan demikian anak akan lebih bertanggung jawab dan beani mengambil keputusan sehingga pengertain mengenai suatu persoalan benar-benar mereka pahami dengan baik. Walaupun mereka mengambil keputusan sendiri berdasarkan pertingan kata hatinya, namun putusan mereka tersebut berhubungan juga dengan masyarakat, sebab individu itu baru berarti kalau ia telah berada dalam masyarakat.
Di dalam proses belajar-mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar.
Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau instrukstur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian yang dikuasai oleh guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik. Di dalam kenyataan cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi atau massage lisan kepada siswa berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan serta sikap. Metode yang digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi ataupun untuk menjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang diguanakan untuk tujuan agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam menghadapi segala persoalan.
Kita mengenal bermacam-macam teknik penyajian dari yang tradisional, yang digunakan sejak dahulu kala, tetapi juga yang modern, yang digunakan baru akhir-akhir ini saja.
Perkembangan selanjutnya para ahli masih tersu mengadakan penelitian dan eksperimen agar dapat menemukan teknik penyajian yang dipandang paling efektif untuk pelajaran tertentu. apakah hal itu akan terjawab, kita serahkan pada hasil penelitian para ahli tersebut.
Dari bermacam-macam teknik mengajar itu, ada yang menekankan peranan guru yang utama dalam pelaksanaan penyajian, tetapi ada pula yang menekankan pada media hasil teknologi meoderen seperti televise, radio, kasset, video-tape, film, head-projector, mesin-belajar dan lain-lain, bahkan telah menggukanan bantuan satelit. Ada pula teknik penyajian yang hanya digunakan untuk sejumlah siswa yang terbatas, tetapi ada pula yang digunakan untuk sejumlah siswa yang tidak terbatas.
Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumuan tujuan intruksional khusus. Sebab dalam kegiaatan belajar mengajar, mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud)
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.
Dengan menyadari gejala-gejala atau kenyataan tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penulis penulis mengambil judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Menerapkan Model Pengajaran Tuntas Pada Siswa Kelas IV SDN ABC Kec. Kota Jakarta Tahun Pelajaran 2009/2010.”
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan permasalahnnya sebagi berikut:
1. Apakah penerapan model pembelajaran tuntas dapat meningkatkan prestasi siswa terhadap materi pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa Kelas IV SDN ABC Kec. Kota Jakarta?
2. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran tuntas dalam meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Agama Islam pada siswa Kelas IV SDN ABC Kec. Kota Jakarta?

C. Pemecahan Masalah
Untuk meningkatkan prestasi dan motivasi siswa dalam belajar Pendidikan Agama Islam, khususnya di SDN ABC Kec. Kota Jakarta, salah satunya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran tuntas. Dengan menerapkan model pembelajaran ini diharapkan prestasi serta motivasi belajar Pendidikan Agama Islam dapat meningkat.
D. Batasan Masalah
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas IV SDN ABC Kec. Kota Jakarta tahun pelajaran 2009/2010.
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April semester genap tahun palajaran 2009/2010.
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan kisah-kisah Nabi.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Ingin mengetahui bagaimanakah peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkannya model pembelajaran tuntas pada siswa Kelas IV SDN ABC Kec. Kota Jakarta.
2. Ingin mengetahui pengaruh model pembelajaran tuntas dalam meningkatkan prestasi dan motivasi belajar terhadap materi pelajaran Pendidikan Agama Islam setelah diterapkan model pembelajaran tuntas pada siswa Kelas IV SDN ABC Kec. Kota Jakarta.

F. Manfaat Penelitian
Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:
1. Memberikan informasi tentang model pembelajaran yang sesuai dengan proses belajar-mengajar Pendidikan Agama Islam.
2. Meningkatkan pestasi prestasi dan motivasi pada pelajaran Pendidikan Agama Islam
3. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar Pendidikan Agama Islam
4. Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
5. Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan materi pelajaran Pendidikan Agama Islam.
G. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Model Pengajaran Tuntas adalah:
Merupakan model pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas, dengan asumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal terhadap seluruh bahan yang dipelajari (Ramayulis, 193:2005).
2. Motivasi belajar adalah:
Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
2. Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan. Yang dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal serta fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perubahan pada sikap dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.
Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan akhir dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu proses yang tideak dapat dilihat dengan nyata proses itu terjadi dalam diri seserorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi prosesnya terjadi secara internal di dalam diri individu dalam mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru.


2. Pengertian Prestasi Belajar
Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu.
Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar menginginkan hasil yang yang sebaik mungkin. Oleh karena itu setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil dengan baik. Sedang pengertian prestasi juga ada yang mengatakan prestasi adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti yan dimampui individu dalam mengerjakan sesuatu.
3. Pedoman Cara Belajar
Untuk memperoleh prestasi/hasil belajar yang baik harus dilakukan dengan baik dan pedoman cara yang tapat. Setiap orang mempunyai cara atau pedoman sendiri-sendiri dalam belajar. Pedoman/cara yang satu cocok digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin kurang sesuai untuk anak/siswa yang lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan individu dalam hal kemampuan, kecepatan dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran.
Oleh karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus dikerjakan oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi faktor yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya harus mempunyai kebiasaan belajar yang baik.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Adapun faktor-faktor itu, dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut faktor individu.
Yang termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
b. Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial
Sedangkan yang faktor sosial antara lain faktor keluarga, keadaan rumah tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan kesempatan yang ada atau tersedia dan motivasi sosial.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas menunjukkan bahwa belajar itu merupaka proses yang cukup kompleks. Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas. Bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan belajar akan dapat dilalui dengan lancar dan pada gilirannya akan memperoleh prestasi atau hasil belajar yang baik.
Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang tidak menguntungkan, dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh faktor-faktor diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat atau menemui kesulitan.
C. Movitasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi menunjuk kepada semua gejala yang tekandung dalam stimulasi tindakaan ke arah tujuan tertentu di mana sebelumnya tidak ada gerakan menuju ke arah tujuan tersebut. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan insentif di luar diri individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan, dan mengontrol minat-minat.
Suatu prinsip yang mendasari tingkah laku ialah bahwa individu selalu mengambil jalan terpendek menuju suatu tujuan. Orang dewasa mungkin berpandangan bahwa di dalam kelas para siswa harus mengabdikan dirinya kepada penguasaan kurikulum. Akan tetapi, para siswa tidak selalu melihat tugas-tugas sekolah sebagai jalan terbaik yang menuju kearah kebebasan, produktivitas, kedewasaan, atau apa saja yang dipandang mereka sebagai perkembangan yang disukai. Dalam hubungan ini tugas guru adalah menolong mereka untuk memilih topik, kegiatan, atau tujuan yang bermanfaat, baik untuk jangka panjang maupun untuk jangka pendek.
D. Prinsip Motivasi
Prinsip ini disusun atas dasar penelitian yang seksama dalam rangka mendorong motivasi belajar para siswa di sekolah berdsarkan pandangan demokratis. Ada 17 prinsip motivasi yang dapat dilaksanakan:
1. Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah dilakukan. Oleh karena itu, pujian lebih besar nilainya bagi motivasi belajar.
2. Semua siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang harus mendapat pemuasan. Kebutuhan-kebutuhan itu menyatakan diri dalam berbagai bentuk yang berbeda. Para siswa yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar hanya memerlukan sedikit bantuan dalam motivasi dan disiplin.
3. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar. Kepuasan yang didapat oleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada di dalam dirinya sendiri.
4. Jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) memerluakn usaha penguatan (reinformancement). Apabila suatu perbuatan belajar mencapai tujuan, maka perbuatan itu perlu segera diulang kembali beberapa menit kemudian sehingga hasilnya lebih mantap. Penguatan ini perlu dilakukan dalam setiap tingkatan pengalaman belajar.
5. Motivasi mudah menjalar luas terhadap orang lain. Guru yang berminat tinggi dan antusias akan mempengaruhi para siswa sehigga mereka juga berminat tinggi dan antusias. Siswa yang antusias akan mendorong motivasi para siswa lainnya.
6. Pemahaman yang jelas tentang tujuan belajar akan merangsang motivasi. Apabila seseorang telah menyadari tujuan yang hendak dicapainya, perbuatannya kearah itu akan lebih besar daya dorongnya.
7. Tugas-tugas yang besumber dari diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya ketimbang bila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru. Apabila siswa diberi kesempatan untuk menemukan masalah sendiri dan memecahkannya sendiri, ia akan mengembangkan motivasi ddan disiplin yang lebih baik.
8. Pujian-pujian yang datangnya dari luar (external rewards) kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya. Berkat dorongan orang lain, misalnya untuk memperoleh angka yang tinggi, siswa akan berusaha lebih giat karena minatnya menjadi lebih besar.
9. Teknik dan prosedur mengajar yang bermacam-macam itu efektif untuk memelihara minat siswa. Cara mengajar yang bervariasi ini akan meimbulkan situasi belajar yang menantang dan menyenangkan.
10. Minat khusus yang dimiliki oleh siswa berdaya guna untuk mempelajari hal-hal lainnya. Minat khusus yang telah dimiliki oleh siswa, misalnya minat bermain bola basket, akan mudah ditransferkan kepada minat dalam bidang studi atau dihubungkan dengan masalah tertentu dalam bidang studi.
11. Kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang minat para siswa yang tergolong kurang tidak ada artinya bagi para siswa yang tergolong pandai. Hal ini disebabkan oleh perbedaan tingkat abilitas pada siswa tersebut. Oleh karena itu, guru yang hendak membangkitkan minat para siswanya hendaknya menyesuaikan usahanya dengan kondisi yang ada pada mereka.
12. Tekanan dari kelompok siswa umumnya lebih efketif dalam memotivasi dibandingkan dengan tekanan atau paksaan dari orang dewasa.
13. Motivasi erat hubungannya dengan kreativitas siswa. Dengan teknik mengajar tertentu, motivasi siswa dapat diarahkan kepada kegiatan-kegiatan kreatif. Motivasi yang telah dimiliki oleh siswa, apabila diberi semacam hambatan, misalnya adanya ujian yang mendadak, peraturan sekolah, kreativitasnya akan meningkat sehinga dia lolos dari hambatan itu.
14. Kecemasan akan meimbulkan kesulitan belajar. Kecemasan ini akan mengganggu perbuatan belajar sebab akan mengakibatkan pindahnya perhatiannya kepada hal lain sehingga kegiatan belajarnya menjadi tidak efketif.
15. Kecemasan dan frustasi dapat membantu siswa berbuat lebih baik. Emosi yang lemah dapat menimbulkan perbuatan yang lebih energetik, kelakuan yang lebih bergairah.
16. Tugas yang terlalu sukar dapat mengakibatkan frustasi sehingga dapat menuju kepada demoralisasi. Karena terlalu sulitnya tugas itu, para siswa cenderung melakukan hal-hal yang tidak wajar sebagai manifestasi dari frustasi yang terkandung didalam dirinya.
17. Tiap siswa mempunyai tingkat frustasi dan toleransi yang berlain-lainan. Ada siswa yang kegagalannya justru menimbulkan insentif, tetapi ada anak yang selalu berhasil malahan menjadi cemas terhadap kemungkinan timbulnya kegagalan. Hal ini bergantung pada stabilitas emosi masing-masing.
E. Teknik Memotivasi Berdasarkan Teori Kebutuhan
1. Pemberian Penghargaan atau Ganjaran
Teknik ini dianggap berhasil bila menumbuhkembangkan minat anak untuk mempelajari atau mengerjakan sesuatu. Tujuan pemberian penghargaan adalah membangkitkan atau mengembangkan minat. Jadi, penghargaan berperan untuk membuat pendahuluan saja. Penghargaan adalah alat, bukan tujuan. Hendaknya diperhatikan jangan sampai penghargaan ini menjadi tujuan. Tujuan pemberian penghargaan karena telah melakukan kegiatan belajar dengan baik, ia akan terus melakukan kegiatan belajarnya sendiri di luar kelas.
2. Pemberian Angka atau Grade
Apabila pemberian angka atau grade didasarkan atas perbandingan interpersonal dalam prestasi akademis, hal ini akan menimbulkan dua hal: anak yang mendapat angka baik dan anak yang mendapat angka jelek. Pada anak yang mendapat angkan jelek mungkin akan berkembang rasa rendah diri dan tak ada semangat terhadap pekerjaan-pekerjaan sekolah.
Dalam hubungan ini, William Glasser dalam Schools without Failure (1969) (dalam Hamalik, Umar, 2000:184) menyatakan, “Karena grade atau angka itu lebih banyak menekankan kegagalan daripada keberhasilan, dan karena kegagalan itu merupakan dasar bagi timbulnya masalah-masalah, maka saya menyarankan sistem pelaporan kemajuan siswa yang keseluruhannya menghilangkan kegagalan. Saya menyarankan jangan ada siswa yang tergolong gagal atau hal-hal yang menyebabkan ia merasa gagal dengan adanya sistem angka.”
3. Keberhasilan dan Tingkat Aspirasi
Istilah “tingkat aspirasi” menunjuk kepada tingkat pekerjaan yang diharapkan pada masa depan berdasarkan keberhasilan atau kegagalan dalam tugas-tugas yang mendahuluinya. Konsep ini berkaitan erat dengan konsep seseorang tentang dirinya dan kekuatan-kekuatannya.
Menurut Smith, apa yang dicita-citakan seseorang untuk dikerjakan pada masa datang tergantung pada pengamatannya tentang apa-apa yang mungkin baginya. Menurut Borow, tingkat aspirasi banyak bergantung pada inteligensi, status sosial ekonomi, hubungan, dan harapan orang tua. Akan tetapi, faktor yang paling kuat adalah perbandingan besar-kecilnya (proporsi) pengalaman tentang keberhasilan dan kegagalan (Hamalik, Oemar, 2000:185).
Dalam hubungan ini guru dapat menggunakan prinsip bahwa tujuan-tujuan harus dapat dicapai dan para siswa merasa bahwa mereka akan mampu mencapainya.
4. Pemberian pujian
Teknik lain untuk memberikan motivasi adalah pujian. Namun, harus diingat bahwa efek pujian itu bergantung pada siapa yang memberi pujian dan siapa yang menerima pujian itu. Para siswa yang sangat membutuhkan keselamatan dan harga diri, mengalami kecemasan, dan merasa bergantung pada orang lain akan rsponsif terhadap pujian. Pujian dapat ditunjukkan baik secara verbal maupun secara nonverbal. Dalam bentuk nonverbal misalnya anggukan kepala, senyuman, atau tepukan bahu.
5. Kompetisi dan Kooperasi
Persaingan merupakan insentif pada kondisi-kondisi tertentu, tetapi dapat merusak pada kondisi yang lain. Dalam kompetisi harus terdapat kesepakatan yang sama untuk menang. Kompetisi harus mengandung suatu tingkat kesamaan dalam sifat-sifat para peserta.
Ada tiga jenis persaingan yang efektif:
a. Kompetisi interpersonal antara teman-teman sebaya sering menimbulkan semangat persaingan.
b. Kompetisi kelompok di mana setiap anggota dapat memberikan sumbangan dan terlibat di dalam keberhasilan kelompok merupakan motivasi yang sangat kuat.
c. Kompetisi dengan diri sendiri, yaitu dengan catatan tentang prestasi terdahulu, dapat merupakan motivasi yang efektif.
Adapun kebutuhan akan realisasi diri, diterima oleh kelompok, dan kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan dapat lebih banyak dipenuhi dengan cara kerja sama. Menurut Lowry dan Rankin (1969), kerja sama adalah fungsi utama dan merupakan bentuk yang paling dasar dari hubungan-hubungan antar kelompok (dalam Hamalik, Umar, 2000:186).
6. Pemberian harapan
Harapan selalu mengacu ke depan. Artinya, jika seseorang berhasil melaksanakan tugasnya atau berhasil dalam kegitan belajarnya, dia dapat memperoleh dan mencapai harapan-harapan yang telah diberikan kepadanya sebelumnya. Itu sebabnya pemberian harapan kepada siswa dapat menggugah minat dan motivasi belajar asalkan siswa yakin bahwa harapannya bakal terpenuhi kelak. Harapan itu dapat merupakan hadiah, kedudukan, nama baik, atau sejenisnya. Sebaliknya, cara ini tidak menghasilkan apa-apa jika tidak memenuhi harapan yang pernah diberikan kepada para siswa.
F. Model Pembelajaran Tuntas
1. Pengertian
Belajar tuntas merupakan model pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas, dengan asumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal terhadap seluruh bahan yang dipelajari (Ramayulis, 2005:193).
Berdasarkan uraian di atas, maka model belajar tuntas akan terlaksana apabila, (1) siswa menguasai semua bahan pelajaran yang disajikan secara penuh, (2) bahan pengajaran dibetulkan secara sistematis.
Dalam proses pembelajaran dimungkinkan bagi guru untuk menetapkan tingkat penguasaan yang diharapkan dari setiap peserta didik dengan menyediakan berbagai kemungkinan belajar dan meningkatan mutu pembelajaran. Guru harus mempu meyakinkan bahwa setiap peserta didik dapat mencapai penguasaan penuh dalam belajar.
Menurut Carrol (dalam Ramayulis 2005:193) pada dasarnya bakat merupakan indeks kemampuan seseorang, melainkan sebagai ukuran kecepatan belajar (measures of learning rate). Artinya seorang yang memiliki bakat tinggi memerlukan waktu relatif sedikit untuk mencapai taraf penguasaan bahan dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki bakat rendah. Dengan demikian peserta didik dapat mencapai penguasaan penuh terhadap bahan yang disajikan, bila kualitas pembelajaran dan kesempatan waktu belajar dibuat tepat sesuai denagn kebutuhan masing-masing peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas maka model belajar dilandasi oleh dua asumsi yaitu:
a. Bahwa adanya korelasi antara tingkat keberhasilan dengan kemampuan potensial (bakat). Hal ini dilandasi teori tentang bakat yang dikemukakan oleh Carrol yang menyatakan bahwa apabila para peserta didik didistibusikan secara normal dengan memperhatikan kemampuannya secara potensial untuk beberapa bidang pengajaran, kemudian mereka diberi pengajaran yang sama dan hasil belajarnya diukur, ternyata akan menunujukkan distribusi normal. Hal ini berarti bahwa peserta didik yang berbakat cenderung untuk memperoleh nilai tinggi (Ramayulis,194:1990).
b. Apabila dilaksanakan secara sistematis, maka semua peserta didik akan mampu menguasai bahan yang disajikan kepadanya.
2. Strategi Belajar Tuntas
Menurut Benyamin S. Bloom (Ramayulis,194:1990) ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam belajar tuntas yaitu:
a. Menentukan unit pelajaran (dipecah untuk setiap satu dua minggu).
b. Merumuskan tujuan pengajaran (secara khusus dan terukur).
c. Menentukan standar ketuntasan (patokan berupa persentase).
d. Menyusun dianostik test, test formatif sebagai dasar umpan balik.
e. Mempersiapkan seperangkan tugas untuk dipelajari.
f. Mempersiapkan seperangkat pengajaran korektif (bagi peserta didik yang lemah).
g. Pelaksanaan pengajaran biasa (group based instruction).
h. Evaluasi sumatif, (apabila selesai satu unit).
Strategi belajar tuntas dikembangkan oleh Bloom di atas meliputi tiga bagian, yaitu:
a. Mengidentifikasi prakondisi
b. Mengembangkan prosedur operasional
c. Hasil belajar
Strategi tersebut diimplementasikan dalam sistem pembelajaran klasikal maupun individual dengan memberikan bumbu sesuai dengan taraf kemampuan individu peserta didik berupa corrective technique, semacam pengajaran remedial, yang dilakukan dengan memberikan pengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai peserta didik, dengan prosedur dan metode yang berbeda dengan sebelumnya. Memberikan tambahan waktu kepada tambahan waktu kepada peseta didik yang membutuhkan (belum menguasai bahan secara tuntas).
Strategi belajar tuntas dapat dibedakan dari pengajaran non belajar tuntas terutama dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Pelaksanaan test secara teratur untuk memperoleh balikan terhadap bahan yang diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosa kemajuan (diagnostic progress test).
b. Peserta didik baru dapat melangkah pada pelajaran berikutnya setelah ia benar-benar menguasai bahan pelajaran sebelumnya sesuai dengan patokan yang ditetapkan.
c. Pelayanan bimbingan dan penyuluhan terhadap anak didik yang gagal mencapai taraf penguasaan penuh, melalui pengajaran korektif, yang merupakan pengajaran kembali, pengajaran tutorial, restrukturasi, kegiatan balajar dan pengajaran kembali kebiasaan-kebiasaan belajar peserta didik, sesuai dengan waktu yang diperlukan masing-masing.
H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka tersebut di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan, ”Dengan menerapkan model pembelajaran tuntas, prestasi belajar siswa akan meningkat, begitu juga motivasi belajar mereka".




BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Sukidin dkk. (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4) penelitian tindakan sosial eksperimental.
Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan perbedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbolah, (2000) (dalam Sukidin, dkk. 2002:55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada: (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti dan peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan dalam melakukan penelitian, dan (4) hubungan antara proyek dengan sekolah.
Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat kecil.
Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.
A. Rancangan Penelitian
Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi dimasyarakat atau sekolompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, 2002:82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tidakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan invovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.
Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:
1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.
3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga.
4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.
5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu. (Arinkunto, 2002:82-83).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut:

















Gambar 3.1 Alur PTK
Penjelasan alur di atas adalah:
1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya model pembelajaran tuntas.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rangcangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2, dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SDN ABC Kec. Kota Jakarta tahun pelajaran 2009/2010.



2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April semester genap 2009/2010.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas IV SDN ABC Kec. Kota Jakarta tahun pelajaran 2009/2010 pada pokok bahasan kisah-kisah Nabi.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui 5 tahap, yaitu, (1) tahap perencanaan, (2) tahap persiapan, dan (3) tahap pelaksanaan, (4) tahap pengolahan data, dan (5) penyusunan Laporan. Tahap-tahap tersebut dapat dirinci seperti sebagai berikut.
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan meliputi, (1) observasi di sekolah dan diskusi dengan mitra guru, (2) penyusunan proposal penelitian.
2. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini meliputi, (1) pembuatan RP (rencana pembelajaran), (2) pembuatan LO (lembar observsi), (3) pembuatan soal tes formatif, (4) pembuatan angket untuk mengamati motivasi belajar, (5) pembuatan rambu-rambu penilaian, (5) uji coba instrumen, dan (6) seleksi dan revisi instrumen.


3. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan kegiatan yang banyak berhubungan dengan lapangan dan pengolahan hasil penelitian. Tahap pelaksanaan meliputi, (1) tahap pengumpulan data dan (2) tahap pengolahan data.
4. Tahap Penyelesaian
Pada tahap ini meliputi, (1) penyusunan laporan penelitian dan (2) penggandaan laporan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat pengumpul data seperti, tes, kuesioner, observasi, skala sikap, sosiometri, wawancara dan lain-lain.
Instrumen atau alat ukur dalam penelitian ini adalah berupa tes. Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau lisan atau secara perbuatan (Sudjana dan Ibrahim, 1996:100).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a. Lembar observasi pengelolaan model pembelajaran tuntas, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
4 Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep Pendidikan Agama Islam transaksi keuangan. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46 soal yang telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat digunakan untuk mengambil data. Langkah-langkah analisis butir soal adalah sebagai berikut:
a. Validitas Tes
Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur secara tepat. Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga dapat ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini dapat dihitung dengan korelasi Product Moment:
(Arikunto, 2002: 72)
Dengan: rxy : Koefisien korelasi product moment
N : Jumlah peserta tes
ΣY : Jumlah skor total
ΣX : Jumlah skor butir soal
ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal
ΣXY : Jumlah hasil kali skor butir soal
b. Reliabilitas
Suatu tes dikatanan reilabel apabila tes tersebut menunjukkan hasil-hasil yang mantap. Antara validitas dengan reliabelnya suatu soal berhubungan erat, yaitu untuk memenuhi syarat relaiabilitas, suatu soal harus valid dulu. Oleh karena itu reliabilitas suatu soal tidak perlu diragukan lagi apabila soal tersebut benar-benar sudah valid, jadi soal yang valid pasti reliabel. Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus belah dua sebagai berikut:
(Arikunto, 2002:93)
Dengan: r11 : Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih besar dari harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliabel.
c. Taraf Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf kesukaran adalah:
(Arikunto, 2002:208)
Dengan: P : Indeks kesukaran
B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:
• Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar
• Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang
• Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut:
(Arikunto, 2002:211)
Dimana:
D : Indeks diskriminasi
BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir soal sebagai berikut:
• Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek
• Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup
• Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik
• Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik
5. Analisis Item Butir Soal
Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrumen penelitian berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan dianalisis. Uji coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes yang dilakukan meliputi:
a. Validitas
Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes sehingga dapat digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini. Dari perhitungan 46 soal diperoleh 10 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari validitas soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa
Soal Valid Soal Tidak Valid
1, 2, 3, 4, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 26, 27, 28, 29, 30, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45, 46 5, 6, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24, 25, 31, 32, 33, 34, 35, 40,

b. Reliabilitas
Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 0, 423. Harga ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 45 dengan r (95%) = 0,294. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syarat reliabilitas. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
c. Taraf Kesukaran (P)
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal. Hasil analisis menunjukkan dari 46 soal yang diuji terdapat:
• 22 soal mudah
• 14 soal sedang
• 10 soal sukar
d. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek sebanyak 16 soal, berkriteria cukup 21 soal, berkriteria baik 9 soal. Uraian secara lengkap analisis daya pembeda soal tes dapat dilihat pada lampiran.
Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syara-syarat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
F. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

Dengan : = Nilai rata-rata
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
Σ N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

3. Untuk lembar observasi
a. Lembar observasi pengelolaan model pembelajaran tuntas.
Untuk menghitung lembar observasi pengelolaan model pembelajaran tuntas digunakan rumus sebagai berikut:

Dimana: P1 = pengamat 1 dan P2 = pengamat 2
b. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa
Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut:
dengan

Dimana: % = Persentase pengamatan
= Rata-rata
= Jumlah rata-rata
P1 = Pengamat 1
P2 = Pengamat 2

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa data observasi berupa pengamatan pengelolaan model pembelajaran tuntas dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan model pembelajaran tuntas yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran tuntas dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan data pengamatan aktivitas siswa dan guru.
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran tuntas.
A. Analisis Data Penelitian Persiklus
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan model pembelajaran tuntas, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.


b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 2 April 2009 di Kelas IV dengan jumlah siswa 45 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah kepala sekolah dengan dibantu seorang guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:










Tabel 4.1. Pengelolan Pembelajaran Pada Siklus I
No Aspek yang diamati Penilaian Rata-rata
P1 P2
I Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran

B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil penyelidikan
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep

C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi

I Pengelolaan Waktu 2 2 2
III Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias
2. Guru Antusias

Jumlah 32 32 32

Keterangan : Nilai : Kriteria
1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Sangat Baik


Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan waktu, dan siswa antusias. Keempat aspek yang mendapat penilaian kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus I. Dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II.
Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel berikut.

Tabel 4.2. Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus I
No Aktivitas Guru yang diamati Persentase
Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa/merumuskan masalah
Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya
Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran 7,81

No Aktivitas Siswa yang diamati Persentase
Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku siswa
Bekerja dengan sesama siswa
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
Menyajikan hasil pembelajaran
Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi


Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu 20,31%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dan menjelaskan materi yang sulit yaitu masing-masing sebesar 17,19% dan 12,50%. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah mengerjakan/memperhatikan penjelasan guru yaitu 21,09%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah bekerja dengan sesama siswa, diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru, dan membaca buku yaitu masing-masing 17,58% 13,48 dan 10,74%.
Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran tuntas sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.
Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I
No Uraian Hasil Siklus I
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran tuntas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 68,22 dan ketuntasan belajar mencapai 66,67% atau ada 30 siswa dari 45 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 66,67% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan model pembelajaran tuntas.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1) Guru kurang maksimal dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran
2) Guru kurang maksimal dalam pengelolaan waktu
3) Siswa kurang aktif selama pembelajaran berlangsung
d. Refisi
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan
3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.


2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan model pembelajaran tuntas dan lembar observasi guru dan siswa.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 9 April 2009 di Kelas IV dengan jumlah siswa 45 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah kepala sekolah dengan dibantu seorang guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II
No Aspek yang diamati Penilaian Rata-rata
P1 P2
I Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran

B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil peneyelidikan
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep

C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi

II Pengelolaan Waktu 3 3 3
III Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias
2. Guru Antusias

Jumlah 41 43 42
Keterangan : Nilai : Kriteria
1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Sangat Baik

Dari tabel diatas, tampak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran tuntas mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat. Maksudnya dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namum demikian penilaian tersebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas dalam penerapan model pembelajaran tuntas diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan.
Berikut disajikan hasil observasi aktivitas guru dan siswa:

Tabel 4.5. Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II
No Aktivitas Guru yang diamati Persentase

9 Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa/merumuskan masalah
Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya
Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menentukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran 71,81

No Aktivitas Siswa yang diamati Persentase

9 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku siswa
Bekerja dengan sesama siswa
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
Menyajikanhasil pembelajaran
Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi/latihan 12,11


Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus II adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu 23,44%. Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan. Selain itu aktivitas guru yang mengalami peningkatan adalah menjelaskan materi yang sulit sebesar 14,06%. Meminta siwa mendiskusikan dan menyajikan hasil kegiatan 10,93%. Disamping itu ada juga aktivitas guru yang mengalami penurunan antara lain memotivasi siswa dan mengaitkan dengan materi sebelumnya masing-masing menjadi 6,25%, memberi umpan balik menjadi 15,63% dan membimbing siswa merangkum pelajaran menjadi 6,25%
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus II adalah bekerja dengan sesama siswa yaitu 19,53%. Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami peningkatan. Aktivitas siswa yang mengalami peningkatan adalah membaca buku menjadi 13,67%, diskusi antar siswa/antar siswa dengan guru menjadi 14,06%, menyajikan hasil pembelajaran menjadi 7,42%, mengajukan pertanyaan/ide dan merangkum pemelajaran masing-masing menjadi 9,38%.
Aktivitas lainnya yang mengalami penurunan adalah menulis yang relevan dengan KBM menjadi 12,11% dan mengerjakan tes evaluasi menjadi 6.25%.
Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II
No Uraian Hasil Siklus II
1
2
3 Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar 74,67
34
75,56

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 74,67 dan ketuntasan belajar mencapai 75,56% atau ada 34 siswa dari 45 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan menerapkan model pembelajaran tuntas.
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
1) Memotivasi siswa
2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3) Pengelolaan waktu


d. Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain:
1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan model pembelajaran tuntas dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 16 April 2009 di Kelas IV dengan jumlah siswa 45 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai pengajar, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah kepala sekolah dengan dibantu seorang guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus III
No Aspek yang diamati Penilaian Rata-rata
P1 P2
I Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran


B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil peneyelidikan
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep


C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi

II Pengelolaan Waktu 3 3 3
III Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias
2. Guru Antusias

Jumlah 45 44 44,5

Keterangan : Nilai : Kriteria
1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Sangat Baik

Dari tabel di atas, dapat dilihat aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus III) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan model pembelajaran tuntas mendapatkan penilaian cukup baik dari pengamat adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan model pembelajaran tuntas diharapkan dapat berhasil semaksimal mungkin.
Tabel 4.8. Aktivitas Guru dan Siswa Pada Siklus III
No Aktivitas Guru yang diamati Persentase
1

9 Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa/merumuskan masalah
Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya
Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran 7,81

No Aktivitas Siswa yang diamati Persentase

9 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku siswa
Bekerja dengan sesama siswa
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
Menyajikanhasil pembelajaran
Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi/latihan 12,50


Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus III adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu 20,31%, aspek ini menurun kembali seperti pada siklus I. Sedangkan aktivitas menjelaskan materi yang sulit, meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil pembelajaran, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab menurun masing-masing menjadi sebesar 10,94%, 6,25%, dan 7,81%
Aktivitas lain yang mengalami peningkatan adalah mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya dan menyampaikan langkah-langkah strategis masing menjadi 10,94% dan 17,19%. Adapun aktivitas yang lain tidak mengalami perubahan.
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus III adalah membaca buku yaitu sebesar 19,53% dan diskusi antar siswa/antar siswa dengan guru menjadi sebesar 19,14%, aspek ini mengalami peningkatan dibanding siklus sebelumnya. aktivitas lain yang mengalami peningkatan adalah mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru menjadi 12,50%, dan mengerjakan tes evaluasi menjadi sebesar 6,844%.
Sedangkan aktivitas yang mengalami penurunan adalah bekerja sama dengan sesama siswa menjadi 13,87%, mengajukan pertanyaan/ide menjadi 5,86%, menulis yang relevan dengan KBM menjadi 7,03% dan merangkum pembelajaran menjadi 7,81%.
Berikutnya adalah rekapitulasai hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.9. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III
No Uraian Hasil Siklus III
1
2
3 Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar 79,78
39
86,67

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 78,60 dan dari 45 siswa yang telah tuntas sebanyak 39 siswa dan 6 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 86,67% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran tuntas sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan menerapan model pembelajaran tuntas. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4) Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.


d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan model pembelajaran tuntas dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan model pembelajaran tuntas dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
B. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran tuntas memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 66,67%, 75,56%, dan 86,67%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran tuntas dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada pada pokok bahasan kisah-kisah Nabi dengan model pembelajaran tuntas yang paling dominan adalah bekerja dengan sesama siswa, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran tuntas dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.






BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan dari tujuan penelitian tindakan kelas (action research) untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang terjadi di kelas, serta berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama tiga siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran tuntas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam, hal ini terlihat dengan ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (66,67%), siklus II (75,56%), siklus III (86,67%).
2. Model pembelajaran tuntas dapat menjadikan siswa merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, ide dan pertanyaan, siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok dan mampu mempertangungjawabkan segala tugas individu maupun kelompok, serta penerapan model pembelajaran tuntas mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan model pembelajaran tuntas memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model pembelajaran tuntas dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SDN ABC Kec. Kota Jakarta tahun pelajaran 2009/2010.
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.









DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineksa Cipta.
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston.
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Djamarah. Syaiful Bahri. 2000. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hamalik, Oemar. 1994. Metode Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hamalik,Oemar. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin University Press.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya.
Poerwodarminto. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Bina Ilmu.
Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineksa Cipta.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lampiran 1

LEMBAR PENGAMATAN PENGELOLAAN KBM

Nama Sekolah : ………………. Nama Guru : ………………………
Mata Pelajaran : ………………. Hari/tanggal : ………………………
Sub Konsep : ………………. Pukul : ………………………

Petunjuk
Berikan penilan anda dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai.
No Aspek yang diamati Penilaian
1 2 3 4
I Pelaksanaan
A. Pendahuluan
1. Memotivasi Siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah kegiatan bersama siswa.
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan.
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil penyelidikan.
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman.
2. Memberikan evaluasi.
II Pengelolaan waktu
III Antusiasme kelas
1. Siswa antusias
2. Guru Antusias.

Keterangan Jakarta, ……….2009
1. Kurang baik Pengamat
2. Cukup baik
3. Baik
4. Sangat baik
(…………………………..)




Lampiran 2
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS GURU DAN SISWA DALAM KBM

Nama Sekolah : Tanggal :
Kelas/semester : Waktu :
Bahan Kajian : Nama Guru :
Petunjuk Pengisian
Amatilah aktivitas gurudan siswa dalam kelompok sampel selama kegiatan belajar berlangsung kemudian isilah lembar observasi dengan prosedur sebagai berikut:
1. Pengamat dalam melakukan pengamatan duduk di tempat yang memungkinkan dapat melihat semua aktivitas siswa yang diamati.
2. Setiap 2 menit pengamat melakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa yang dominan, kemudian ½ menit pengamat menuliskan kode kategori pengamatan.
3. Pengamatan ditujukan untuk kedua kelompok yang melakukan secara bergantian setiap periode waktu tiga menit.
4. Kode-kode kategori dituliskan secara berurutan sesuai dengan kejadian pada baris dan kolom yang tersedia.
5. Pengamatan dilakukan sejak guru memulai pelajaran dan dilakukan secara serempak.
Aktivitas guru Aktivitas siswa
1. Menyampaikan tujuan
2. Memotivasi siswa/merumusan masalah.
3. Mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya.
4. Menyampaikan langkah-langkah/strategi
5. Menjelaskan materi yang sulit
6. Memebimbing menemukan konsep.
7. Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan.
8. Memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab.
9. Membimbing siswa merangkum pelajaran. 1. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru.
2. Membaca buku.
3. Bekerja dengan sesama siswa
4. Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru.
5. Menyajikan hasil pembelajaran
6. Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide.
7. Menulis yang relevan dengan KBM.
8. Merangkum pembelajaran.
9. Mengerjakan tes evaluasi.

Nama Guru:




Nama Murid: Nama Murid:




Nama Murid: Nama Murid:




Nama Murid: Nama Murid:




Nama Murid: Nama Murid:




Jakarta, 2009
Pengamat

(…………………….)
Lampiran 3

Data Pengamatan Pengelolaan KBM Pada Siklus I

No. Aspek yang diamati Penilaian
P1 P2
1 2 3 4 1 2 3 4
I Pelaksanaan
A. Pendahuluan
1. Memotivasi Siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah kegiatan bersama siswa.
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan.
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil penyelidikan
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman.
2. Memberikan evaluasi.


II Pengelolaan waktu √ √
III Antusiasme kelas
1. Siswa antusias
2. Guru Antusias.



Keterangan:


Dimana: P1 = pengamat 1
P2 = pengamat 2




Lampiran 4

Data Pengamatan Pengelolaan KBM Pada Siklus II

No. Aspek yang diamati Penilaian
P1 P2
1 2 3 4 1 2 3 4
I Pelaksanaan
A. Pendahuluan
1. Memotivasi Siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah kegiatan bersama siswa.
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan.
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil penyeledikan
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman.
2. Memberikan evaluasi.









II Pengelolaan waktu √ √
III Antusiasme kelas
1. Siswa antusias
2. Guru Antusias




Keterangan:


Dimana: P1 = pengamat 1
P2 = pengamat 2




Lampiran 5

Data Pengamatan Pengelolaan KBM Pada Siklus III

No. Aspek yang diamati Penilaian
P1 P2
1 2 3 4 1 2 3 4
I Pelaksanaan
A. Pendahuluan
1. Memotivasi Siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah kegiatan bersama siswa.
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan.
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil penyelidikan
5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman.
2. Memberikan evaluasi.










II Pengelolaan waktu √ √
III Antusiasme kelas
3. Siswa antusias
4. Guru Antusias.











Keterangan:


Dimana: P1 = pengamat 1
P2 = pengamat 2




Lampiran 6

Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran I

No. Nama (Guru-Siswa) P RP I (80 menit) Jumlah
Nama Guru 1 2 3 4 5 6 7 8 9
P1 2 3 3 3 4 6 3 5 3 32

P2 3 2 2 3 4 7 3 6 2 32

Rata-rata X 2.5 2.5 2.5 3 4 6.5 3 5.5 2.5 32

Prosentase % 7.81 7.81 7.81 9.38 12.50 20.31 9.38 17.19 7.81 100

1 Nama Siswa P1 4 4 6 4 2 3 3 2 4 32

P2 8 2 5 5 2 2 4 2 2 32

2 Nama Siswa P1 6 4 6 4 2 3 2 2 3 32

P2 8 2 7 5 1 2 3 2 2 32

3 Nama Siswa P1 5 3 7 5 1 3 2 2 4 32

P2 10 4 4 4 1 2 3 2 2 32

4 Nama Siswa P1 4 4 7 5 2 3 2 3 2 32

P2 10 4 4 3 1 2 4 2 2 32

5 Nama Siswa P1 6 2 8 4 3 1 2 2 4 32

P2 8 3 4 5 3 3 2 2 2 32

6 Nama Siswa P1 6 4 6 4 1 3 2 2 4 32

P2 8 4 3 5 1 3 4 2 2 32

7 Nama Siswa P1 5 4 6 3 3 4 2 2 3 32

P2 5 4 4 5 3 3 3 3 2 32

8 Nama Siswa P1 6 3 8 4 3 1 2 2 3 32

P2 9 4 5 4 1 2 3 2 2 32

Jumlah P1 42
28
54
33
17
21
17
17
27
256

P2 66
27
36
36
13
19
26
17
16
256

Rata-rata X 54 27.5 45 34.5 15 20 21.5 17 21.5 256

Prosentase rata-rata % 21.09 10.74 17.58 13.48 5.86 7.81 8.40 6.64 8.40 100


Keterangan:

Rata-rata (x)

Prosentase rata-rata (%)











Lampiran 7

Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran II

No. Nama (Guru-Siswa) P RP I (90 menit) Jumlah
Nama Guru 1 2 3 4 5 6 7 8 9
P1 2 2 2 3 5 7 4 5 2 32

P2 3 2 2 3 4 8 3 5 2 32

Rata-rata X 2.5 2 2 3 4.5 7.5 3.5 5 2 32

Prosentase % 7.81 6.25 6.25 9.38 14.06 23.44 10.93 15.63 6.25 100

1 Nama Siswa P1 2 5 6 5 2 5 2 3 2 32

P2 3 5 6 5 2 4 2 3 2 32

2 Nama Siswa P1 3 4 7 5 2 4 2 3 2 32

P2 2 6 5 5 3 3 3 3 2 32

3 Nama Siswa P1 4 4 6 5 3 3 2 3 2 32

P2 4 4 7 4 2 3 3 3 2 32

4 Nama Siswa P1 4 6 6 4 1 5 2 2 2 32

P2 3 5 6 4 3 4 3 2 2 32

5 Nama Siswa P1 5 4 6 4 3 3 2 3 2 32

P2 5 5 5 4 4 1 4 2 2 32

6 Nama Siswa P1 5 2 7 6 1 2 3 4 2 32

P2 3 4 7 6 1 2 3 4 2 32

7 Nama Siswa P1 6 4 6 2 3 3 2 4 2 32

P2 4 3 9 4 2 1 4 3 2 32

8 Nama Siswa P1 4 3 6 5 3 3 3 3 2 32

P2 5 6 5 4 3 2 2 3 2 32

Jumlah P1 33
32
50
36
18
28
18
25
16
256

P2 29
38
50
36
20
20
24
23
16
256

Rata-rata X 31 35 50 36 19 24 21 24 16 256

Prosentase rata-rata % 12.11 13.67 19.53 14.06 7.42 9.38 8.20 9.38 6.25 100


Keterangan:

Rata-rata (x)

Prosentase rata-rata (%)











Lampiran 8

Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran III

No. Nama (Guru-Siswa) P RP I (90 menit) Jumlah
Nama Guru 1 2 3 4 5 6 7 8 9
P1 3 2 4 5 2 7 2 5 2 32

P2 3 2 3 6 5 6 2 4 2 33

Rata-rata X 2.5 2 3.5 5.5 3.5 6.5 2 4.5 2 32

Prosentase % 7.81 6.25 10.94 17.19 10.94 20.31 6.25 14.06 6.25 100

1 Nama Siswa P1 2 5 5 7 2 3 3 3 2 32

P2 3 6 5 6 3 2 2 3 2 32

2 Nama Siswa P1 5 6 4 6 2 3 2 2 2 32

P2 5 6 7 4 2 2 1 2 3 32

3 Nama Siswa P1 4 5 2 2 9 1 4 3 2 32

P2 3 5 6 6 1 2 4 2 3 32

4 Nama Siswa P1 4 6 5 6 2 2 3 2 2 32

P2 5 8 6 4 1 1 3 2 2 32

5 Nama Siswa P1 4 7 4 7 2 2 1 3 2 32

P2 5 9 4 7 0 1 2 2 2 32

6 Nama Siswa P1 4 6 4 8 2 2 2 2 2 32

P2 3 8 4 7 3 1 1 3 2 32

7 Nama Siswa P1 5 4 3 7 2 3 3 3 2 32

P2 3 7 6 6 3 1 1 2 3 32

8 Nama Siswa P1 5 5 2 7 2 2 3 4 2 32

P2 4 7 4 8 2 2 1 2 2 32

Jumlah P1 33
44
29
50
23
18
21
22
16
256

P2 31
56
42
48
15
12
15
18
19
256

Rata-rata X 32 50 35.5 49 19 15 18 20 17.5 256

Prosentase rata-rata % 12.50 19.53 13.87 19.14 7.42 5.86 7.03 7.81 6.84 100


Keterangan:

Rata-rata (x)

Prosentase rata-rata (%)











Lampiran 9
Hasil Tes Ulangan Harian Pada Siklus I
No. Nama Nilai Keterangan
T TT
1 Nama Siswa 100 √
2 Nama Siswa 60 √
3 Nama Siswa 80 √
4 Nama Siswa 60 √
5 Nama Siswa 70 √
6 Nama Siswa 80 √
7 Nama Siswa 70 √
8 Nama Siswa 50 √
9 Nama Siswa 70 √
10 Nama Siswa 40 √
11 Nama Siswa 90 √
12 Nama Siswa 60 √
13 Nama Siswa 70 √
14 Nama Siswa 70 √
15 Nama Siswa 70 √
16 Nama Siswa 50 √
17 Nama Siswa 90 √
18 Nama Siswa 50 √
19 Nama Siswa 70 √
20 Nama Siswa 70 √
21 Nama Siswa 40 √
22 Nama Siswa 80 √
23 Nama Siswa 70 √
24 Nama Siswa 80 √
25 Nama Siswa 50 √
26 Nama Siswa 70 √
27 Nama Siswa 70 √
28 Nama Siswa 80 √
29 Nama Siswa 70 √
30 Nama Siswa 50 √
31 Nama Siswa 60 √
32 Nama Siswa 100 √
33 Nama Siswa 70 √
34 Nama Siswa 70 √
35 Nama Siswa 80 √
36 Nama Siswa 60 √
37 Nama Siswa 50 √
38 Nama Siswa 80 √
39 Nama Siswa 70 √
40 Nama Siswa 70 √
41 Nama Siswa 70 √
42 Nama Siswa 60 √
43 Nama Siswa 80 √
44 Nama Siswa 70 √
45 Nama Siswa 50 √
Jumlah 3070
30 15



Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak tuntas
Jumlah Siswa yang tuntas : 30
Jumlah siswa yang tidak tuntas : 15
Skor Maksimal Ideal : 4500
Skor Tercapai : 3070
Rata-rata Skor Tercapai : 68,22
Prosentase Ketuntasan : 66,67%


































Lampiran 10
Hasil Tes Ulangan Harian Pada Siklus II
No. Nama Nilai Keterangan
T TT
1 Nama Siswa 100 √
2 Nama Siswa 60 √
3 Nama Siswa 90 √
4 Nama Siswa 70 √
5 Nama Siswa 70 √
6 Nama Siswa 90 √
7 Nama Siswa 70 √
8 Nama Siswa 50 √
9 Nama Siswa 80 √
10 Nama Siswa 50 √
11 Nama Siswa 100 √
12 Nama Siswa 60 √
13 Nama Siswa 80 √
14 Nama Siswa 70 √
15 Nama Siswa 80 √
16 Nama Siswa 60 √
17 Nama Siswa 90 √
18 Nama Siswa 60 √
19 Nama Siswa 70 √
20 Nama Siswa 70 √
21 Nama Siswa 50 √
22 Nama Siswa 80 √
23 Nama Siswa 80 √
24 Nama Siswa 90 √
25 Nama Siswa 60 √
26 Nama Siswa 80 √
27 Nama Siswa 80 √
28 Nama Siswa 90 √
29 Nama Siswa 80 √
30 Nama Siswa 60 √
31 Nama Siswa 70 √
32 Nama Siswa 100 √
33 Nama Siswa 80 √
34 Nama Siswa 80 √
35 Nama Siswa 80 √
36 Nama Siswa 70 √
37 Nama Siswa 50 √
38 Nama Siswa 80 √
39 Nama Siswa 90 √
40 Nama Siswa 80 √
41 Nama Siswa 70 √
42 Nama Siswa 70 √
43 Nama Siswa 80 √
44 Nama Siswa 80 √
45 Nama Siswa 60 √
Jumlah 3360
34 11



Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak tuntas
Jumlah Siswa yang tuntas : 34
Jumlah siswa yang tidak tuntas : 11
Skor Maksimal Ideal : 4500
Skor Tercapai : 3360
Rata-rata Skor Tercapai : 74,67
Prosentase Ketuntasan : 75,56%

















Lampiran 11
Hasil Tes Ulangan Harian Pada Siklus III
No. Nama Nilai Keterangan
T TT
1 Nama Siswa 100 √
2 Nama Siswa 70 √
3 Nama Siswa 90 √
4 Nama Siswa 80 √
5 Nama Siswa 80 √
6 Nama Siswa 90 √
7 Nama Siswa 90 √
8 Nama Siswa 60 √
9 Nama Siswa 90 √
10 Nama Siswa 60 √
11 Nama Siswa 100 √
12 Nama Siswa 70 √
13 Nama Siswa 80 √
14 Nama Siswa 80 √
15 Nama Siswa 80 √
16 Nama Siswa 70 √
17 Nama Siswa 90 √
18 Nama Siswa 60 √
19 Nama Siswa 80 √
20 Nama Siswa 80 √
21 Nama Siswa 60 √
22 Nama Siswa 90 √
23 Nama Siswa 80 √
24 Nama Siswa 90 √
25 Nama Siswa 70 √
26 Nama Siswa 90 √
27 Nama Siswa 90 √
28 Nama Siswa 90 √
29 Nama Siswa 80 √
30 Nama Siswa 60 √
31 Nama Siswa 80 √
32 Nama Siswa 100 √
33 Nama Siswa 80 √
34 Nama Siswa 80 √
35 Nama Siswa 80 √
36 Nama Siswa 70 √
37 Nama Siswa 50 √
38 Nama Siswa 90 √
39 Nama Siswa 80 √
40 Nama Siswa 80 √
41 Nama Siswa 90 √
42 Nama Siswa 80 √
43 Nama Siswa 80 √
44 Nama Siswa 80 √
45 Nama Siswa 70 √
Jumlah 3590
39 6



Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak tuntas
Jumlah Siswa yang tuntas : 39
Jumlah siswa yang tidak tuntas : 6
Skor Maksimal Ideal : 4500
Skor Tercapai : 3590
Rata-rata Skor Tercapai : 79,78
Prosentase Ketuntasan : 86,67%

































MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENERAPKAN MODEL PENGAJARAN TUNTAS PADA SISWA KELAS IV
SDN ABC KEC. KOTA JAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2009/2010




KARYA TULIS ILMIAH


Oleh
NAMA GURU S.Ag
NIP: 130 000 000






DINAS PENDIDIKAN
SDN ABC KEC. KOTA JAKARTA
2009
ABSTRAK


Nama Guru, 2008. Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Menerapkan Model Pengajaran Tuntas Pada Siswa Kelas IV SDN ABC Kec. Kota Jakarta Tahun Pelajaran 2009/2010

Kata Kunci: Pendidikan Agama Islam, model pembelajaran tuntas

Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan intruksional khusus. Sebab dalam kegiaatan belajar mengajar, mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (a) Apakah penerapan model pembelajaran tuntas dapat meningkatkan prestasi siswa terhadap materi pelajaran Pendidikan Agama Islam (b) Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran tuntas dalam meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Agama Islam?
Untuk meningkatkan prestasi dan motivasi siswa dalam belajar Pendidikan Agama Islam, khususnya di SDN ABC Kec. Kota Jakarta, salah satunya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran tuntas. Dengan menerapkan metode pembelajaran ini diharapkan prestasi serta motivasi belajar Pendidikan Agama Islam dapat meningkat.
Tujuan penelitian tindakan ini adalah: (a) Ingin mengetahui bagaimanakah peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkannya model pembelajaran tuntas. (b) Ingin mengetahui pengaruh model pembelajaran tuntas dalam meningkatkan prestasi dan motivasi belajar terhadap materi pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas IV SDN ABC Kec. Kota Jakarta tahun pelajaran 2009/2010. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (66,67%), siklus II (75,56%), siklus III (86,67%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran tuntas dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa SDN ABC Kec. Kota Jakarta tahun pelajaran 2009/2010, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Kata Pengantar iii
Abstrak iv
Daftar Isi vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Pemecahan Masalah 5
D. Batasan Masalah 5
E. Tujuan Penelitian 5
F. Manfaat Penelitian 6
G. Definisi Operasional 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar 8
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar 10
C. Motivasi Belajar 11
D. Prinsip Motivasi 11
E. Teknik Mimotivasi Berdasarkan Kebutuhan 15
F. Model Pembelajaran Tuntas 18
G. Hipotesis Tindakan 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian 24
B. Tempat dan Waktu Penelitian 27
C. Subyek Penelitian 28
D. Prosedur Penelitian 28
E. Instrumen Penelitian 29
F. Teknik Analisis Data 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data Penelitian Persiklus 38
B. Pembahasan 55
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 57
B. Saran 57
DAFTAR PUSTAKA 59

perpus mayak ponorogo's Fan Box

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates